I LOVE YOU MY EX-UNCLE

By Nichanit

105K 2.5K 79

"Ternyata cewe yang gua liat di acara nikahannya Kak Rika itu ponakannya Kak Indra? Ponakan gua juga dong? Ya... More

PROLOG
WEDDING PARTY
Berada Didekatmu Adalah Olahraga Bagi Jantungku
Tumbuh Semakin Besar
Puncak. Ketakutan.
Terjebak Dalam Rasa Terlarang
PERHATIAN
Ini Semua Salah. Maka, Lepaskanlah.

Kita Sama. Sama-Sama Sakit.

8.2K 254 40
By Nichanit

5 Agustus 2016

12:16

Maaf beribu maaf. Author bener-bener minta maaf. Udah beberapa bulan ini menghilang entah kemana. Karena aku lagi pusing banget. Huh kalo diceritain mah bisa panjang deh. Intinya aku minta maaf dan minta kesabarannya buat readers tercinta yang masih setia nunggu cerita gak jelas ini. Jujur aku seneng plus terharu waktu ngecheck watty-ku dan ternyata banyak yang respect sama cerita ini. Malah tadinya gak mau aku lanjutin aja, tapi ngeliat apresiasi kalian aku jadi mengurungkan niat buat hiatus dan memilih ngelanjutin cerita. 

Tapi, aku gak janji bisa cepet. MAAF lagi buat hal ini:( Kalo aku sempat dan ada ide aku bakal usahain nulis buat kalian. Karena memang idenya lagi seret hehehe. Pokoknya aku sayang kalian yang udah mau buang-buang waktu baca cerita ini:*:* Maaf gak bales komen kalian satu-satu tapi aku baca kok. Kalo ada yang mau ngasih saran ide atau apapun, bisa ketik dikolom komentar atau ask di ask.fm aku: anitadwiw. Karena ide kalian juga bisa jadiin aku semangat dan pancingan ide juga diotak aku. 

Oke segitu aja basa-basinya. Kepanjangan sih, tapi daripada bikin laman sendiri ya. Biar bacanya langsung. Enjoy it guys!!

***

Viska POV

Hari-hari berjalan normal seperti biasa. Ya, sangat biasa. Yang tidak biasa hanya hatiku. Setelah pertemuan mengenaskan minggu lalu, aku tak pernah mendengar kabar tentang dirinya lagi. Entahlah, atau mungkin aku yang memang tak ingin tau kabarnya. Paling dia udah jadian sama gadis itu lagi. Pikirku.

"Vis, kantin yuk. Lu gak laper apa? Lu keliatan kurus tau gak, udahlah masalah itu gak usah dipikirin lagi. Jangan kayak abege labil deh lu." Cerocos Ria.

"Bawel lu." Ucapku singkat. Lalu aku mendahuluinya menuju kantin. Ria hanya menggelengkan kepalanya. Aku akui, semenjak tragedi itu, sifatku sedikit berubah, hanya sedikit kok. Jadi sering melamun, berbicara seperlunya. Benar-benar ya aku ini. Udah tua aja kalo galau masih kayak anak kecil. Huh.

Sebenarnya aku malas pergi ke kantin. Selalu ramai kalo jam istirahat seperti ini, berisik sekali.

Aku memilih tempat duduk yang jauh dari kerumunan tukang gosip itu. Jujur aku bukan orang yang terlalu peduli dengan berita-berita hot di kantor. Menurutku, berita seperti itu akhirnya akan menimbulkan masalah, seperti ada seseorang yang berperilaku tidak baik terhadap satu orang, dan hal itu disebarkan oleh si "tukan gosip", jadi seseorang tersebut tidak disukai banyak orang, padahal ia hanya punya masalah dengan satu orang saja. Merembet bukan? Makanya aku memilih netral saja. Bukan, bukannya aku anti sosial. Cuma ya.. aku hanya sekedar "cari aman". Ya hanya itu saja.

Duh, kebanyakan cerita sampai lupa kalo cacing diperutku sudah melompat-lompat kelaparan.

"Gua pesen Mie Ayam aja , Ri." Kataku kepada ria yang duduk dihadapanku.

"Dih, gua kira lu yang mau mesenin." Jawab Ria dengan wajah jutek.

"Gua males, Ri." Kataku lalu memainkan Hpku.

Ria menghela napas lalu pergi memesan makanan tanpa membalas kata-kataku. Aku berpikir sejenak. Akhir-akhir ini aku cenderung sensitif. Suka seenaknya dengan teman-temanku. Aku harap Ria tidak menjauh gara-gara sikapku ini. Karena menurutku, hanya Ria disini yang benar-benar teman. Ya kalian pasti taulah apa yang aku maksud.

"Hai, Vis. Kok sendirian?" ucap seorang lelaki yang tiba-tiba ada dihadapanku. Akupun melihat kedepan. Ah dia lagi. Ya Tuhan, suasana hatiku sedang tidak enak. Kenapa harus ketemu sama dia sih. Gerutuku dalam hati.

Aku tersenyum tipis. "Oh hai, Ren. Engga kok, Ria lagi mesen makanan." Jawabku santai, lalu kembali memainkan HP.

"Boleh aku duduk disini? Tempat lain sudah penuh."

"Ya, silahkan." Kataku tanpa memalingkan wajah dari ponselku.

"Hmm Vis, kamu mau berbagi makanan denganku. Sepertinya Ria lama." Tawar Reno.

Aku mendongak. "Eh gak usah, Ren. Nunggu Ria aja gak apa-apa kok." Jawabku dengan senyuman kecil. Iapun mengangguk lalu memakan makanannya.

Aku menghela napas. Melihat lelaki didepanku ini. Lelaki yang beberapa waktu lalu sempat menyatakan perasaannya padaku. Tentu aku tolak. Bukan karena dia lelaki yang tidak baik. Dia lelaki yang baik, sangat baik. Tapi, sayangnya hatiku tidak memilihnya. Aku kira dia akan menjauhiku saat aku menolaknya tempo hari, ternyata dia masih tetap seperti biasa, tak ada bedanya. Jujur dia teman yang baik, bahkan kalo boleh sedikit egois, aku tak ingin kehilangan teman sebaiknya dirinya selain Ria. Egois bukan? Sudah menolak, tapi tak ingin kehilangan.

"Hei, Vis. Kamu gak apa-apa?" tangan yang melambai-lambai didepan wajahku membuat aku terlepas dari lamunan. Ya ampun, aku melamun sambil memandang wajahnya. Memalukan sekali. Aku mengerjapkan mataku. "Uh iya gak apa-apa kok. Maaf ya." Jawabku gugup.

Ia tersenyum. Mampus lu, Vis. Dia bisa berpikir macam-macam. "Lagi banyak pikiran ya?" tanyanya dengan nada lembut. Senyumnya itu... hmm cukup manis. Walaupun tak semanis Kak Rico. Tuh kan keinget lagi. Viska bego ih ngapain diinget lagi sih. Aku menggelengkan kepala.

"Engga kok." Ucapku sambil membalas senyumannya.

"Baiklah, mungkin kamu memang gak mau cerita. Aku gak maksa kok." Lalu dia kembali makan.

"Duh sorry, Vis. Tadi ngantri banget. Loh ada Reno." Ucap Ria sedikit kaget dengan keberadaan Reno.

"Hai, Ria. Aku ikut duduk disini ya." Kata Reno dengan senyumnya. Huh lelaki ini senang sekali tersenyum.

"Heheh iya, Ren. Gak apa-apa kok." Jawab Ria dengan tawanya yang terkesan dipaksakan. Terlihat sekali.

Kita makan dengan tenang. Tak ada obrolan yang keluar dari mulut kita. Mungkin sedikit canggung karena ada orang baru. Hmm.

Setelah selesai makan. Reno langsung pamit balik ke kantor. Sebelumnya tak lupa ia menawarkan untuk mengantarku pulang. Dan lagi-lagi aku menolaknya dengan halus. Huh, sudah berapa kali aku menolak tawaran baiknya. Tapi aku hanya tak ingin terkesan memberikan harapan padanya.

***

RICO POV

"TARIIIII.." Teriakku dari dalam ruanganku.

Gadis itu datang dengan wajah yang sedikit ketakutan. Kepalanya tertunduk.

"Kenapa bisa salah mengirimkan dokumen sih? Kamu tau gak, client saya marah-marah gara-gara kamu salah mengirimkan dokumen kepadanya. Aduh Tari, dia orang penting. Kamu ceroboh sekali." Kataku dengan nada bicara yang tegas.

"Maafkan saya pak. Ini memang kesalahan saya." Jawab sekertarisku dengan suara kecil.

"Ya memang salah kamu. Karena kamu yang saya tugaskan. Sekarang siapa coba yang mau tanggung jawab?" tanyaku padanya.

Ia hanya diam tanda bahwa jawabannya adalah tidak tau. "Aarrgghhh" aku mengacak-ngacak rambutku frustasi.

"Sudah. Kamu keluar saja sekarang." Kataku kepadanya. Tari menggaguk lalu keluar dari ruanganku.

Aku memijat keningku. Pusing sekali. Akhir-akhir ini banyak sekali masalah disini. Ditambah pikiranku yang sedang tidak fokus. Kerjaanku tiap hari hanya marah-marah seperti orang gila. Sejak kejadian itu, aku jadi lebih banyak melamun. Dan alhasil, pekerjaanku terbengkalai. Viska Viska Viska. Hanya itu nama yang ada dipikiranku saat ini. Aku benar-benar tak habis pikir dengan keputusan yang dia ambil waktu itu. Aku yakin dia bohong. Sangat yakin. Terlihat jelas dimatanya. Ah memikirkannya hanya membuat kepalaku sakit. Mungkin aku harus minum obat nanti.

Ting. Ting.

Ponselku berdering tanda pesan masuk. Siapa yang mengirim pesan jam segini. Aku melihat isi pesannya. Huh ternyata dari dia.

Tesa:

Kak, hari ini jemput aku ya. Please..

Hampir saja aku melempar ponselku kalau saja aku tidak sadar. Sungguh, gadis ini membuatku tambah ribet. Selalu saja permintaanya bikin aku kesal. Aku ingin menjauhinya. Tapi.. ah lagi-lagi karena hal itu. Tuhan tolonglah, aku lelah dengan dia. Akupun membalas pesannya.

Me:

Aku sibuk, Tes.

Aku harap dia mengerti. Aku sedang tak ingin diganggu sekarang. Tapi ternyata..

Tesa:

Ih gak mau ah. Kakak harus jemput, aku gak mau tau.

See? Coba beri aku alasan jika aku gak boleh kesal dengannya. Sangat pemaksa.

Me: Gak bisa, Tes. Maaf.

Tesa : Kok kakak jahat sih. Aku gak bakal mau makan.

Me : Kamu itu pemaksa banget sih. Kakak tuh lagi sibuk! Ngerti dong. Lama-lama aku muak dengan sikapmu.

Aku tak peduli. Dia keteraluan. Selalu mengancam jika aku tak menuruti keinginannya.

Tesa : Aku gak peduli! Pokoknya aku gak bakal mau makan kalo kakak gak jemput aku!

Me : Terserah.

Aku menjauhkan ponselku. Aku mengabaikan pesan pesan darinya. Dia menelpon pun aku tak mau angkat. Dia benar-benar seperti anak kecil. Aku sudah lelah, sangat lelah. Ku pejamkan mataku sambil menyender. Lumayan. Setidaknya pikiranku bisa sedikit tenang.

Dddrrrttt.

Aku melihat ponselku yang bergetar lagi. Ternyata telpon dari Ibunya Tesa. Dia pasti mengadu. Kebiasaan. Sangat tidak dewasa sekali. Ah biarkan. Masalah dengannya nanti saja. Yang terpenting sekarang bagaimana pikiranku bisa tenang kembali.

Viska, sungguh. Kau membuatku rapuh.

***

Sedikit ya? I know:( So, yang punya ide cemerlang, bantu aku ya!! Makasihhh:*

Nit.

Continue Reading

You'll Also Like

333K 1.4K 16
⚠️LAPAK CERITA 1821+ ⚠️ANAK KECIL JAUH-JAUH SANA! ⚠️NO COPY!
17M 754K 43
GENRE : ROMANCE [Story 3] Bagas cowok baik-baik, hidupnya lurus dan berambisi pada nilai bagus di sekolah. Saras gadis kampung yang merantau ke kota...
1.5M 136K 48
Kehidupan Dinar Tjakra Wirawan berubah, setelah Ayah dan kakak laki-lakinya meninggal. Impiannya yang ingin menjadi seorang News anchor harus kandas...
543K 3.1K 24
Warning ⚠️ 18+ gak suka gak usah baca jangan salpak gxg! Mature! Masturbasi! Gak usah report! Awas buat basah dan ketagihan.