VIXX LR // MUTE (Indonesia Ve...

By runee1411

15K 1.4K 205

Si bisu yang berbicara padaku Ravi, Leo, Levi, Wontaek, BoyxBoy, Yaoi Original story by: @cakebabe (htt... More

My Life Suck
His Name Is Leo
He Act Differently Everytime
He's Mute?!
His First Move
What's Wrong With Him?!
I'm Really 'Fine'
Ken & Make-over Day
Does He Like My Appearance?
He Just Talked To Me
Help My Baby
Am I Dirty-Minded Or Him?
Another Move?
Date?
We Did It, But.... (19+)
I Don't Wanna Hear The Reason
The Truth
Tell Me You Like Me
Boyfriend?
He Thirsty
This Can't Be Happening
I'm Broken
Should I Make Him Remember?
Start All Over
I'm Desperate
SORRY

Why Didn't He Ask Me About It

188 12 0
By runee1411

"Dia mencium bibirmu?!" Hakyeon bertanya padaku.

Aku mengangguk.

"Tunggu, dia sedang tidur kan? Oke itu masuk akal. Dia pasti tidak menyadarinya."

Aku mengangkat bahu dan meminum susu yang Hakyeon simpan di meja. Aku ke rumahnya setelah mengantar Ravi pulang.

"Lalu apa yang dia katakan setelah itu?"

"Dia tidak ingat." Kataku.

"Apa?"

"Sudah kubilang, dia mabuk."

"Oh."

"Bisa aku tanya sesuatu?"

"Apa?"

"Apa dia...pacarku?"

Hakyeon menghela napas sambil menatapku.

Mataku melebar. "Benarkah?"

Hakyeon mendekat dan menyentuh wajahku. "Jadi tolong, ingatlah lebih cepat da jangan membutnya sakit lebih lama."

Dia pacarku? PACAR KU? Aku? Dia?

"Tapi tolong. Jangan tanyakan apapun padanya. Dia tidak ingin kau tau."

"Kalau dia oacarku kenaoa dia tidak ingin aku tau?"

"Dia pasti punya alasan. Bagaimana perasaanmu kalau pacarmu tidak ingat padamu?"

Aku diam.

"Kau mau menginap?"

Aku mengangkat bahu.

RAVI POV

Leo mengantarku pulang jam 4 sore dna aku hanya berbaring di kasur setelahnya. Kenapa dia tida menanyakan itu padaku? Aku menghela napas dan menatap langit-langit kamar.

*flashback ke waktu Ravi mandi di rumah Leo*

Kepalaku terasa sangat sakit kemudian aku jatuh ke lantai. Gambar-gambar buram dan suara-suara menggema di kepalaku.

*flashback ke malam sebelumnya* flashback di dalam flashback, maapkeun kalo pusing wkwk

"Kau baik-baik saja? Kau berkeringat dan bergetar hebat!"

Seseorang berteriak dari luar mobil. Aku membuka mataku dan kusadari aku berbari di mobil. Aku ingin berteriak tapi suaraku tidak bisa keluar. Aku melihat sekitar dan melihat punggung pacarku. Ia duduk di kursi kemudi dengan kepala bersandar di setir mobil. Apa aku sedang mimpi? Aku ingin memanggilnya tapi aku tidak punya tenaga untuk bicara jadi aku hanya menutup mataku.

Tubuhku terasa ada yang menggendong, aku membuka mataku dan kulihat dia lagi. Cepat-cepat aku menutup mataku kembali. Aku suka sekali tapi aku harus cepat kembali dari mimpi, sungguh. Ia membaringkan tubuhku di kasur dan aku tidak bisa menggerakkan tubuhku sama sekali, sangat lemas. Ia menatapku sebentar. AKu tidak lihat tapi aku bisa merasakannya. Aku mendengar ia mengerang pelan kemudian melepas bajuku. Ia sedang mengganti bajuku? Aku tersenyum dalam kepalaku dan pura-pura masih tidak sadarkan diri. AKu sungguh tidak sedang mimpi kan? Bisa kurasakan ia mengelap tubuhku dengan handuk basah. Aku bergidik karena sangat dingin tapi Leo meletakkna tangannya di dadaku agar aku merasa tenang. Semoga ia tidka merasakan jantungku yang berdetak sangat kencang. Aku menggigit bibirku, saat ia mengelap bagian sekitar celana dalamku. Sial, aku terangsang. Tahan Ravi, tahan. Aku berbalik dan mengeluarkan suara dengkuran kecil. Leo mengeringkna tubuhku lalu memakaikan baju padaku.

"Aku tidak suka....pakai kaos." Aku bergumam. Aku memang tidak ingin memakai kaos karena aku pikir ia akan tidur di sampingku jadi aku bisa memeluknya tapi ternyata tidak, ia memaksaku pakai kaos dan kemudia ke kamar mandi.

Aku membuka mataku dan mendengar ia menyalakan keran. Aku melepas kaos yang ia pakaikan padaku dan melemparnya ke lantai. Aku kembali menutup mataku. Kepalaku rasanya seperti berputar-putar.

Pintu kamar mandir terbuka saat aku hampir terlelap. Tubuhku menghadap tembok jadi aku tidak bisa melihat Leo. Ia mendekat, menarik bahuku agar aku tidur terlentang. Sepertinya ia mencoba memakaikan kaos itu lagi, oh, ternyata dia peduli hahaha. Saat ia mencoba memakaikan kaos tersebut aku mengintip dengan membuka pelan mataku. Ia terkejut begitu pula aku. Karena wajahnya tepat di atas wajahku sangat dekat. Aku mencoba rileks agar ia tetap mengira aku masih masuk dan tidak melihat apapun.

Aku tersenyum dan menyentuh wajahnya. "Oh....ini Taewoonieeeee! Hehehe" Kesempatan untukku menyentuk rahang dan lehernya, tapi bagian yang ingin kurain terlalu jauh.

Leo mematung sambil menatapku. Entah kenapa dan bagaimana, tiba-tiba aku menarik lehernya lalu mencium bibir lembutnya. Ia terjatuh menimpa tubuhku, kami bertahan dalam posisi itu beberapa lama. Ia tidak membalas ciumanku dan tidak juga menjauh. Jantungku berdegup sangat kencang dan sepertinya tubuhku juga berkeringat, terasa sangat panas saat itu. Aku melepaskan bibirnya, ku tatap matanya. Ia terlihat kebingungan dengan wajah datarnya. Kusentuh bibir lembutnya terakhir kali dan tidak sadar aku tertidur.

*flashback tadi malam selesai*

Aku meraih ponselku untuk menelpon saudaraku, Ken.

"Yooooo, hai."

"Aku sangat sakit." Kataku pelan.

"Apa? Oke oke, Aku ke sana sekarang."

Kepada siapa aku harus cerita sekarang? Aku hanya punya sahabat sekaligus saudaraku. Tentang aku dan Ken serta orangtua kamu semuanya sudah baik-baik saja. Kami hanya perlu sering bertemu setelah ini.

20 menit kemudia seseorang membuka pintu kamarku.

"Ravi, kau tidak apa-apa?" Suara Ken memecah keheningan kamarku, Oh, aku lupa ia punya kunci rumah ini.

Aku bangkit dari tidurku dan duduk di kasur, Ken juga.

"Apa yang terjadi?"

Aku merangkak mendekat lalu memeluknya. "Leo..." Jawabku pelan.

"Kenapa? Ada apa?"

"Aku menciumnya kemarin."

"Apa?" Ia melepas pelukanku lalu menatap mataku. "Katakan sekali lagi."

"Aku mencium si brengsek Jung Taekwoon."

"Kenapa? Bagaimana? Dia ingat?" Ken tersenyum.

"Entahlah kenapa aku melakukan hal itu, mungkin karena aku mabuk."

"Kau mabuk? Oke, jelaskan padaku agar aku mengerti ada apa ini."

Kuceritakan semua yang kuingat malam itu.

"Ooooh..." Ken memelukku setelah aku selesai cerita. "Maaf aku tidak merasakan hal itu."

"Kalau bisa pun kau tidak ingin merasakannya." Aku menghela napas.

"Jangan sedih. Mau melakukan hal menyenangkan?" Ken mengangkat alisnya.

"Seperti apa?"

"Nonton porno."

Aku memukul kepalanya.

"Bercanda. Aku tidak menonton itu"

"Ya ya, semua orang nonton yang seperti itu."

"Tapi aku tidak. Eh, tunggu. Berarti kau mengaku pernah nonton?" Matanya melebar. "Kau suka nonton yang seperti apa? Gay?"

"Diam!"

"Kau tau, kita  ditakdirkan satu sama lain?" Ken berbaring di kasur, aku ikut berbaring di sampingnya.

"Maksudmu?"

"Fakta kau pindah kemari, aku bicara denganmu, kita menjadi teman bahkan berciuman. Oh Ya Tuhan, kita pernah ciuman. Sial, aku mencium saudaraku sendiri."

"Sial aku lupa itu."

"Kau melupakan  ciuman pertama kita?! hmm, haruskah aku sakit hati?"

"Tidak! Kita saudara, astaga!"

"Saudara tiri melakukan seks." Ken tersenyum.

"Tahu darimana?"

"Porno." Ia mengedipkan sebelah matanya lalu memelukku.

"Otakmu kotor, bagaimana bisa Hongbin suka padamu?"

"Ia mencintaiku." Ia tertawa. "Entahlah, mungkin aku tampan."

Aku tersedak.

"Sepertinya aku akan menginap disini malam ini."

"Ya tentu, terserah."

"Terserah? Terserah...???" Tangannya mencoba  menggelitik pinggangku.

"Senang menilah kalian rukun seperti ini." Ayah berdiri di pintu dengan senyumnya seperti orang aneh.

"Ayah hati-hati rahangmu lepas jika tersenyum sangat lebar seperti itu." Goda Ken, kami pun tertawa.

"Lain kali kita harus makan  bersama lagi." Ayah pergi menutup pintu.

"Apa wanita bisa menikahi dua pria?" Tanya Ken.

"Tidak, kenapa?"

"Sepertinya aku ingin ibu menikah lagi dengan ayahmu."

Kami saling tatap.

"Aneh ya? Maaf." Ken tersenyum. "Bisa kita tidur sekarang?"

"Matikan lampunya."

"Ugh, baiklah." Ia bangkit mematikan lampu kemudian kembali memelukku.

Kamu tidur berpelukan. Rasanya menyenangkan ada Ken di sisiku, meskipun aku sangat ingin menyentuk Leo sekarang.

----

Aku melihat Leo keluar dari rumah N. Mata kami bertemu namun Leo cepat mengalihkan pandangannya. Ia menginap di sana kemarin?

Hatiku.....

"Kau tau N tidak akan melakukan hal seperti itu kan?" Ken berbisik.

Ya tentu. Aku mengangguk lalu kami berjalan menuju sekolah.

"Eh, hai." N menyapa kami.

Leo terlihat sangat canggung, ia bahkan tidak melihat padaku sama sekali.

Aku melirik N, ia menggeleng.

"Ada apa-" Aku menyikut Leo

Ia menghindar lalu pindah ke samping N.

Ada apa dengannya?

Ken mengelus punggungku, kami berangkat ke sekolah saling diam.

"Nanti kita bicara." Pinta N saat kami berpisah masuk kelas masing-masing.

Aku langsung masuk kelas tanpa menunggu Leo, duduk di bangkuku lalu mengeluarkan barang-barangku. Leo berjalan lambat menuju bangkunya.

Tunggu. Apakah ia merasa tidak nyaman dengan ciuman kemarin? Harus aku tanyakan? Tidak, pura-pura tidak tahu lebih baik. Tapi sulit.

"Kau marah padaku?"

Ia menggeleng kepalanya.

"Lalu kenapa?"

Ia menggeleng lagi.

"Baiklah."

Aku mengeluarkan ponselku menelpon N.

"Halo?" N mengangkat telponku saat deringan pertama.

"Bisa kita bicara sekarang." Aku melirik Leo lalu memutar mataku.

"Baiklah, temui aku di kantin."

Aku berdiri meninggalkan kelas.

"Ravi kau mau ke-" AKu menutup pintu sebelum guru menyelesaikan kalimatnya.

Aku dan N bertemu di kantin.

"Oke, tapi kau jangan marah padaku." Kata N.

"Aku sudah terlanjur kesal, jadi apapun itu."

"Ia tau kalian bersama."

"Bagaimana? Kau memberitahunya?"

Tidak! Ia sendiri yang menyadarinya...Katanya kau menciumnya. Dan sepertinya sangat jelas kalau kalian pacaran, jadi ia bertanya padaku."

"Kenapa dia tidak menanyakan itu padaku?" Aku mengehela napas. "Lalu apa yang kau katakan?"

"Segera kembalikan ingatamu dan jangan membuatnya semakin menderita. Itu yang ku katakan..."

"Astaga, ternyata itu yang membuatnya canggung hari ini?"

N mengangguk. "Tunggu, kau ingat sudah menciumnya?"

"Ya, saat itu aku agak sadar dan aku tidak bisa menolak bibirnya."

"Jadi bagaimana sekarang?"

"Entahlah."

"Kau masih tidak mau bicara padanya soal ini? Kalau aku akan kulakukan."

"Tidak. Aku hanya menunggu saat yang tepa."

Tunggu....aku bisa menunggu, kan? Dia pacarku. Dia akan selalu menjadi pacarku.

Continue Reading

You'll Also Like

1M 60.6K 36
Delissa Lois adalah seorang gadis cantik yang terkenal barbar, suka mencari perhatian para abang kelas, centil, dan orangnya kepo. tapi meskipun begi...
794K 82K 56
Menceritakan tentang kehidupan 7 Dokter yang bekerja di rumah sakit besar 'Kasih Setia', mulai dari pekerjaan, persahabatan, keluarga, dan hubungan p...
269K 28K 30
warn (bxb, fanfic, badword) harris Caine, seorang pemuda berusia 18 belas tahun yang tanpa sengaja berteleportasi ke sebuah dunia yang tak masuk akal...
40.2K 4.2K 16
Romance story🤍 Ada moment ada cerita GxG