The Tale of Black Family

By dolphinmanis

54.6K 4.4K 110

Author by Just-Sky Kumpulan mini stories untuk sequel Chasing Liberty. Setelah perang dunia sihir berakhir, D... More

Chapter 2: Seraphine dan Instingnya
Chapter 3: Kecemburuan Membawa Petaka (Part 1)
Chapter 4: Kecemburuan Membawa Petaka (Part 2)
Chapter 5: Hari Papa itu Terdengar Jauh Lebih Keren

Chapter 1: Pohon Silsilah Keluarga Black

16.3K 1.1K 11
By dolphinmanis

Grimmauld Place, Britania Raya


Pertama kali ia menginjakkan kaki ke tempat itu dan memasuki rumah peninggalan keluarga Black, yang ada di dalam pikirannya hanya satu yaitu ia tidak menyukai tempat tersebut. Bukan hanya tempat itu sangat kotor, namun tempat itu juga memiliki sebuah aura yang sangat aneh dan membuatnya sedikit takut, meski pada saat yang sama ia tidak akan mengakui kalau ia merasa takut.

Lucas Adrian Black adalah namanya, dan saat ini ia telah menginjak usia lima tahun yang berarti ia cukup besar untuk melihat dunia bersama kedua orangtuanya, meskipun kedua orangtuanya itu tidak akan mengijinkannya untuk melihat dunia secara bebas karena mereka berdua sangat overprotektif terhadapnya. Tak ingin mengingat hal-hal yang ia rasa akan membuat moodnya menjadi semakin terpuruk, Lucas pun mencoba mengusirnya secara singkat seraya kedua kaki mungilnya terus menuntunnya untuk masuk ke dalam manor tersebut.

"Papa, aku ingin pulang," ujar Lucas singkat kepada Harry, yang ujung jubahnya tengah dipegang oleh tangan mungil milik Lucas sebagai tuntunan ketika mereka berdua masuk ke dalam rumah itu.

Lucas tidak mengerti kenapa mereka berdua pergi berkunjung ke rumah tua itu, padahal ia sangat tahu kalau kedua orangtuanya tidak terlalu suka berkunjung ke tempat ini karena tempat ini menyimpan sebuah kenangan buruk meskipun statusnya menjadi rumah yang diwarisi oleh mereka berdua. Lucas mungkin masih kecil, terlihat dari tingginya yang belum mencapai pinggang Draco (Ia tidak suka kalau tinggi badannya selalu diungkit, alasannya karena Daddy-nya Lucas terlalu tinggi) serta usianya yang baru menginjak angka lima, namun ia bukanlah anak kecil yang tidak mengerti apapun. Meski pikirannya kadang masih diselimuti rasa kekanak-kanakan tapi ia cukup cerdas untuk ukuran bocah usia lima tahun, jadi ia cukup mengerti mengapa Harry dan Draco jarang mengunjungi tempat ini.

Dari apa yang Lucas pernah dengar dari Paman Blaise, Grimmauld Place adalah tempat perang terakhir, dan banyak mimpi buruk yang terselip di sana sehingga kedua orangtua anak itu enggan untuk datang berkunjung, tapi alasan mengapa Daddy dan Papa mengajaknya berkunjung masih menjadi misteri.

Kedua mata emerald yang sangat mirip dengan milik Harry itu berkedip sesaat ketika anak itu merasakan Harry mengacak rambut pirangnya secara singkat, membuat perhatiannya berpindah dari beberapa lukisan menyeramkan milik kakek dan nenek buyutnya yang terpajang di dinding untuk mengarah pada Harry.

"Papa?" Panggil Lucas, tanda tanya pun tersemat dengan jelad di kedua mata anak itu.

"Tidak apa-apa, Lucas tak perlu khawatir kenapa Papa membawanya pergi berkunjung ke tempat ini," jawab Harry, sebuah senyum yang mengisyaratkan kelembutan itu terulas dengan manisnya di wajahnya.

Di usianya yang telah menginjak angka 22 tahun itu, Harry Black nee Potter telah tumbuh menjadi seorang yang sangat menawan. Sepertinya perkataan orang yang mengutarakan kalau seseorang akan terlihat semakin menarik ketika usia mereka telah menginjak kepala dua itu bisa diaplikasikan kepada Harry, mungkin tinggi tubuh Harry hanya mencapai bahu suaminya, tapi ia tumbuh menjadi seseorang yang mampu menarik spesies laki-laki dan perempuan, serta ditambah pula dengan dirinya sebagai Seraphine sehingga hal ini membuat orang-orang semakin tergila-gila padanya. Tubuhnya telah menjadi matang serta perawakannya bisa dikatakan sangat menarik, siapapun yang mendapatkan Harry sebagai pasangan hidupnya pasti adalah orang yang sangat beruntung di dunia ini, dan sayangnya semua orang yang pernah melirik Harry serta mencoba meminangnya pun harus siap menelan ludah penuh kekalahan karena pada dasarnya Harry telah memiliki seorang suami dan seorang anak laki-laki berusia lima tahun.

"Tapi aku tidak menyukai tempat ini," kata Lucas lagi, bibirnya mengerucut sangat lucu dan memperlihatkan kalau ia tengah merajuk. "Tempat ini sangat gelap, dan lukisan dari nenek Walburga membuatku sedikit takut."

Mendengar pernyataan yang lucu dari Lucas itu hanya bisa membuat Harry tertawa kecil. Sepertinya bukan hanya Lucas saja yang merasa sedikit takut dengan lukisan dari mendiang Lady Black, sejujurnya Harry sendiri juga merasakan hal yang sama.

"Nenek Walburga tidak akan menggigit, Lucas, jadi kau tidak perlu merasa takut," kata Harry, ia kembali menuntun anak laki-laki berambut pirang platinum itu untuk kembali melanjutkan perjalanan, menyusuri koridor panjang dan melewati beberapa lukisan yang terpajang di sana.

"Tapi wajah nenek sangat seram, aku takut kalau nenek Walburga akan keluar dari lukisannya lalu memakanku nanti," sahut Lucas sekali lagi. "Kenapa Daddy tidak memindahkan lukisan itu, Papa?"

"Daddy tidak memindahkan lukisan nenek Walburga karena itu tidak sopan, terlebih lagi nenek Walburga itu adalah istri dari kepala keluarga Black sebelumnya dan juga sepupu dari kakek Cygnus dan Nenek Dorea," jawab Harry dengan senyum kecil di bibirnya, bila mengingat akan silsilah keluarganya dan Draco yang berasal dari keluarga Black itu mau tidak mau senyuman pun akan muncul. "Kita tidak boleh bersikap tidak sopan pada nenek Walburga, meskipun ia adalah sebuah lukisan sekarang."

Kedua mata emerald milik Lucas pun kembali beranjak dari lukisan wanita yang dimaksud sesaat sebelum ia semakin menempelkan tubuh kecilnya pada Harry saat keduanya melewati lukisan yang menyeramkan tersebut.

Meski Walburga Black yang berada di dalam lukisan itu tidak lagi berteriak-teriak seperti orang kesetanan, memanggil semua orang sebagai 'pengkhianat', 'darah lumpur', atau 'penyihir darah campuran sialan' seperti yang sering ia lakukan ketika tempat ini masih menjadi markas The Order of The Phoenix, wanita itu masih saja terlihat menyeramkan. Dan Harry sendiri berani bersumpah kalau wanita yang ia anggap sebagai orang gila itu menampilkan seringainya ketika mereka berdua melewati lukisannya.

"Papa..." sahut Lucas, suaranya sedikit bergetar dan itu cukup membuat Harry berhenti dari mengambil langkah selanjutnya untuk menoleh ke arah putranya tersebut. "Nenek Walburga menampilkan senyuman seram lagi padaku!"

Dan mendengar kalimat yang disuarakan oleh putranya itu pun membuat Harry untuk menoleh ke arah lukisan wanita berambut hitam itu, dan mendapati bagaimana wanita yang pernah mengusir Sirius dari silsilah keluarganya itu terlihat begitu bangga dengan sebuah seringai tipis terulas di bibirnya.

"Rasanya senang sekali melihat penerus keluarga Black datang berkunjung ke tempat ini, sudah lama kalian tidak mengunjungiku," kata Walburga ketika ia menatap sosok Harry dan Lucas untuk beberapa detik lamanya, perhatiannya pun kini berpindah untuk fokus pada Harry. "Meskipun dia bukanlah penyihir berdarah murni seperti kedua anaknya Cissy dan Lucius."

Entah itu pujian maupun sindiran yang berasal dari mulut wanita dalam lukisan itu, tidak ada seorang pun yang mampu menerjemahkannya. Tapi bagi Harry kalimat itu lebih tepat disebut sebagai sindiran, sehingga ia pun tidak akan ragu untuk memberikan tatapan ganas pada lukisan Walburga.

Harry adalah seorang Seraphine, salah satu makhluk sihir yang menyerupai manusia, dan terlebih lagi ibunya yang bernama Lily Potter nee Evans itu adalah seorang penyihir kelahiran Muggle yang membuat Harry terlahir sebagai penyihir berdarah campuran. Dan karena Draco yang berdarah murni itu menikahi Harry, maka darah yang mengalir dalam tubuh Lucas adalah darah campuran.

Bila Harry menangkap Walburga menghina putranya, maka ia tidak akan tanggung-tanggung untuk membinasakan lukisan itu dari dinding tempatnya digantung, tidak peduli kalau Walburga adalah Lady Black atau tidak. Tidak ada yang bisa selamat setelah membuat perasaan putra kesayangannya terluka.

"Tenanglah, Potter, aku tidak berniat untuk bertengkar denganmu di sini hanya karena kalian berdua bukanlah penyihir yang aku harapkan," dengan santai Walburga menghapus ketegangan itu dengan tangannya, seolah-olah perkataan yang ia ucapkan tadi hanya sebuah ilusi belaka.

Harry tidak percaya dengan perkataan Walburga sedikit pun, wanita yang ada di dalam lukisan ini terlihat tidak meyakinkan apabila seringai yang menghiasi bibirnya itu masih tersemat di sana. Pemuda itu akan mencoba untuk menahan emosinya, ia tidak ingin melemparkan kutukan ke lukisan Walburga Black di hadapan anaknya.

"Apa yang kalian berdua lakukan dengan berdiri di hadapan lukisan Walburga? Aku sudah menunggu kalian lama sekali di dalam ruangan."

Suara yang sangat mereka kenal pun tiba-tiba muncul di ujung koridor tempat keduanya berdiri, dan secara tidak langsung pun mengalihkan perhatian Lucas dari lukisan menyeramkan milik Lady Black untuk menangkap gambaran sosok yang mengajak mereka berdua untuk datang ke tempat itu.

"Daddy!" Ujar Lucas dengan senyuman lebar terpatri di bibirnya, menggantikan ekspresi penuh kengerian yang ia perlihatkan ketika Walburga menatapnya tadi.

Dengan langkah penuh akan semangat serta menghiraukan apapun di sana, Lucas pun melepaskan jubah milik Harry untuk berlari menghampiri sosok Draco yang menatapnya dengan lembut, ia pun menghambur untuk memeluk Draco.

"Jadi ini adalah ruangan dimana pohon silsilah keluarga Black berada," kata Draco setelah mereka bertiga berada di dalam sebuah ruangan yang sangat besar di mana di setiap dindingnya terdapat silsilah keluarga.

Lucas yang saat ini berada di dalam gendongan Draco pun menatap pohon silsilah keluarga Black yang tergambar di seluruh penjuru ruangan dengan tatapan takjub. Draco telah menjelaskan alasan kenapa mereka bertiga berada di tempat ini, ia ingin menunjukkan Lucas akan silsilah keluarga mereka sehingga rasa kebanggaan Lucas terhadap keluarga Black akan semakin paten di dalam hati kecil anak itu.

Sementara Lucas terlihat begitu takjub melihat semua gambar orang-orang yang pernah menjadi bagian keluarga Black, Harry pun juga merasakan hal yang sama namun dengan emosi penuh nostalgiah tergambar di benaknya.

Terakhir kali Harry menginjakkan kaki ke dalam ruangan itu, Sirius adalah orang yang menunjukkannya serta menjelaskan silsilah keluarganya kepada Harry. Pemuda berambut hitam itu tidak pernah menyangka kalau ia akan berada di dalam ruangan ini lagi, terlebih bersama keluarganya di sini. Kedua matanya menatap sosok gambar Sirius Black yang masih tersapu oleh sihir pada pohon silsilah keluarga Black, sapuan gambar itu dilakukan oleh Walburga Black yang menyatakan kalau Sirius bukanlah bagian dari keluarga Black lagi.

"Draco, apa kau tidak bisa membersihkan sihir yang Walburga lakukan terhadap gambar milik Andromeda dan Sirius?" tanya Harry dengan kedua matanya masih belum beralih dari gambar Sirius di dinding itu.

"Tidak bisa, Harry," Draco menyeimbangkan tubuh mungil Lucas yang masih berada dalam gendongannya. "Mereka yang telah terusir dari keluarga penyihir berdarah murni tidak akan bisa kembali masuk ke dalamnya lagi, kecuali kepala keluarga yang mengusir mereka menerimanya kembali."

"Oh..." Harry terlihat sedikit kecewa karena ayah baptisnya tidak bisa menjadi keluarga Black lagi seperti dirinya, namun perasaannya itu segera terlupakan saat ia merasakan Draco menggenggam jemari tangan kirinya dan memberikan tatapan lembut padanya.

"Tenanglah, kita di sini bukan untuk bersedih 'kan?" kata Draco yang mencoba menghibur suaminya, kedua mata silver kebiruannya yang terlihat sangat tenang tersebut meyakinkan Harry kalau semua akan baik-baik saja.

Meski tangannya tidak melepaskan milik Harry dari sebuah genggaman yang ia lakukan, pemuda berambut pirang platinum tersebut menyuruh Harry dan Lucas untuk melihat silsilah baru yang terbuat atas nama mereka bertiga.

Gambar dan nama milik Draco yang dilengkapi oleh tanggal lahirnya berasal dari silsilah keluarga Narcissa Malfoy nee Black dengan Lucius Malfoy, dimana di sebelah kiri gambar milik Draco terdapat gambar milik Alex, dan nama Draco pun dihubungkan oleh garis merah dengan nama Harry di sebelah kanannya. Selain itu, nama Harry sendiri juga berasal dari kedua orangtuanya (dimana James Potter terhubung dengan gambar milik Dorea Black dan Charlus Potter) dan terhubung dengan nama Draco.

Namun yang membuat semuanya spesial adalah gambar seorang balita dengan nama Lucas Adrian Black yang berasal dari hubungan garis merah di antara nama Draco dan Harry, dan namanya itu dihubungkan oleh garis berwarna biru tua.

"Garis yang berwarna biru tua adalah garis yang menyatakan hubungan keluarga seperti orangtua dengan anak-anaknya, sementara garis yang berwarna merah menyatakan hubungan pernikahan seperti yang menhubungkan gambar Daddy dengan Papa," kata Draco yang mencoba menjelaskan. "Dan melihat keadaan kita bertiga yang terhubung dengan silsilah keluarga Black, ini artinya Lucas adalah pewaris sah dari keluarga Black di masa mendatang."

"Daddy, apakah ini artinya aku adalah Black sejati?" Tanya Lucas, kedua matanya menatap gambarnya yang terpampang di pohon silsilah keluarga Black. Ia terlihat begitu senang melihat gambarnya ada di sana.

Dari atas kepala balita itu, baik Draco dan Harry saling bertukar pandang setelah mendengar pertanyaan Lucas.

"Kau lebih dari seorang Black yang sejati, Lucas," jawab Draco, membuat Lucas menoleh ke arah ayahnya untuk meminta penjelasan.

"Yang dikatakan oleh Daddy adalah benar, Lucas lebih dari seorang Black yang sejati karena Lucas adalah putra dari Daddy dan Papa," lanjut Harry, senyuman pun merekah di bibirnya. "Most beloved son from Daddy and Papa."

Tatapan penuh pertanyaan yang Lucas miliki pun kini berganti dengan ekspresi penuh akan kebahagiaan serta kebanggaan, baik Daddy dan Papa-nya telah menjawab pertanyaan yang tak terucap itu. Lucas Adrian Black lebih dari seorang Black, karena ia adalah putra dari Draconis dan Harry Black, sebuah kedudukan yang lebih penting dari seorang pewaris keluarga terhormat di dunia sihir.

Aku beruntung bisa dilahirkan di dalam keluarga ini, aku sayang Daddy dan Papa, pikir Lucas dengan senyuman lebar yang mengembang di bibirnya.


AN: Terima kasih sudah mampir dan membaca fanfic ini. Bisa dikatakan fanfic ini adalah sequel dari Chasing Liberty, tapi dalam bentuk kumpulan mini stories
Author: Sky

Continue Reading

You'll Also Like

677K 32.5K 38
Alzan Anendra. Pemuda SMA imut nan nakal yang harus menikah dengan seorang CEO karena paksaan orang tuanya. Alzan kira yang akan menikah adalah kakek...
951K 77.8K 28
Mark dan Jeno kakak beradik yang baru saja berusia 8 dan 7 tahun yang hidup di panti asuhan sejak kecil. Di usia yang masih kecil itu mereka berdua m...
133K 11.2K 9
"Kami adalah anak laki-laki kalian, Father dan Dad." Adalah kata-kata yang mengagetkan seorang Draco Malfoy dan Harry Potter di saat mereka sedang be...
247K 19.5K 94
"Jadi, saya jatuh dan cinta sendirian ya?" Disclaimer! Ini fiksi nggak ada sangkut pautnya di dunia nyata, tolong bijak dalam membaca dan berkomentar...