Lost Memories

Od amateurflies

1.3M 63.7K 1.4K

Semenjak kecelakaan beruntun yang terjadi menimpa Nael, ada satu hal yang menghilang begitu saja dari ingatan... Více

Prolog
1. Memori
2. Nama
3. Gadis yang Sama(?)
4. Debaran dan Perasaan
5. Sobekan Kertas
6. Tidak Asing
7. Jangan Panggil Gue Damar
8. Siapa Pengirimnya?
9. Pengagum Rahasia
10. Dalam Diam
11. Tanpa Alasan
12. Ganti Rugi
13. Mulai Pacaran
14. Apa yang Salah dari Mencintai?
15. Cinta dan Benci
16. Mencintai Tanpa Dicintai
17. Tanya Tanpa Jawab
18. Malam Puncak Event
19. Sebuah Kotak
20. Kevin?
21. Halusinasi
22. Berhenti Mencintai
23. Bagaimana?
24. Bolos
25. Yang Disembunyikan
26. Kilas Balik
28. Entah
29. Apa Artinya Debaran Itu?
30. Jatuh di Dua Hati
31. Sebuah Janji
32. Untuk Mempertahankan
33. Terlanjur

27. Membingungkan

22.6K 2K 25
Od amateurflies

Pada kenyataannya, yang mereka sebut 'demi kebaikan', dampaknya tidak selalu 'baik'.

☆☆☆

BRAKK

Hantaman terakhir kini berasal dari mobil lain yang menabrak bagian belakang mobil Damar saat tiba-tiba ia memundurkan mobilnya, sampai mobil Damar sedikit terlempar ke depan, menabrak lagi dua mobil ringsek yang berada di depannya. Hingga terciptalah tabrakan beruntun yang melibatkan tujuh kendaraan bermobil, termasuk mobil Damar, tepat di perempatan jalan raya yang letaknya satu kilometer dari lokasi taman tujuan Damar.

"Aw," lirih Damar sambil menyentuh keningnya yang sudah berdarah-darah karena membentur keras setir mobil yang berada tepat di hadapannya. Damar memejamkan matanya beberapa saat, berupaya untuk menahan rasa sakit yang menyiksa kepalanya.

Melalui kaca mobilnya yang nampak retak, samar-samar Damar dapat melihat seberapa buruk kondisi mobil-mobil lainnya yang ternyata jauh lebih ringsek dibanding mobilnya sendiri. Bahkan salah satu di antaranya ada yang mengeluarkan asap. Sampai tak lama dari itu memunculkan percikan api.

"Semuanya keluar, selamatkan diri kalian! Ada mobil yang mau meledak!" Seorang bapak-bapak dari seberang jalan berteriak sekencang-kencangnya. Meneriaki siapa pun yang masih sadar agar segera keluar dari mobilnya masing-masing.

Damar mendengar itu. Tetapi lagi-lagi Damar bersikap seolah telinganya tertutup. Dia mengabaikan segala suara yang masuk ke pendengarannya. Damar memang sengaja tidak ingin menyelamatkan diri. Damar berpikir, mungkin ini merupakan cara Tuhan menakdirkan dirinya, agar dia bisa menyusul Renaya 'di sana'.

Tok tok tok

Tahu-tahu seseorang mengetuk pintu kaca mobil Damar. "Mas, keluar, Mas!"

Damar diam. Tidak bergerak sesenti pun dari posisinya. Dia hanya mengatur napasnya sekaligus menahan rasa sakit juga perih yang menjalar di seluruh tubuhnya.

Tok tok tok

"Mas, keluar!" Orang itu mencoba untuk membuka pintu mobil Damar. Namun tidak bisa. Damar sudah terlanjur menguncinya.

Sementara orang-orang sangat panik akan dirinya, di dalam mobil Damar malah memejamkan matanya. Bersamaan dengan itu, air mata terjatuh dari ujung matanya. Dalam pejamannya, yang terbayang oleh Damar hanyalah sosok Renaya. Senyum Renaya, tawa Renaya, wajah cantik Renaya. Seseorang yang begitu anggun, yang telah menjadi gadisnya selama tiga tahun, dan masih terhitung sampai detik ini.

"Tenang, Nay. Aku gak akan biarin kamu sendirian 'di sana'. Aku akan temani kamu, biar kamu gak kesepian. Tunggu aku, Nay."

DUARRR!!!

Setelahnya hanya ada suara ledakan besar yang memekak telinga. Ledakan yang tak mampu lagi terhindarkan oleh Damar.

Di saat yang bersamaan, ingatan ketika Nael melihat dirinya bersama seorang gadis yang sedang bermain ayunan tiba-tiba juga muncul di kepalanya.

"Damar!"

Saat menoleh, Nael melihat seorang perempuan berambut panjang dengan gaun indah selutut berwarna biru yang membalut tubuh mungilnya, sedang duduk di sebuah ayunan sambil tersenyum ke arahnya.

Kini Nael bisa melihat detil wajahnya dengan jelas dari ujung kaki sampai kepala, dia memang bukan Naya. Mereka sama sekali tidak mirip. Gadis itu itu tidak memakai kacamata. Di belakangnya, Nael juga masih melihat dirinya sendiri sedang berdiri, tertawa bersama dengan gadis itu, sambil mendorong ayunan yang diduduki oleh gadis itu.

"Jangan kencang-kencang, dong! Ntar aku jatuh, gimana?" protes gadis itu sambil tetap tertawa.

Dari ingatan yang satu, tiba-tiba loncat lagi ke yang lainnya. Tahu-tahu Nael melihat di depan matanya ada seorang gadis yang kini ia sudah ingat, gadis itu adalah pemilik nama Renaya Mahira. Yang saat ini Nael lihat ia sedang berdiri berhadapan dengan dirinya yang lain.

"Mata yang indah. Aku suka menatapnya."

"Kalau mataku nggak indah, jadi kamu nggak bakal suka sama aku?"

Naya menggedikkan kedua bahunya. "Mungkin," ucapnya sambil melempar senyum meledek.

"Hm," Nael nampak berdeham, kecewa. "Padahal aku nggak punya alasan kenapa aku bisa suka sama kamu."

"Kenapa nggak punya alasan?" tanya gadis itu. "Bukannya segala sesuatu membutuhkan alasan, ya?"

Nael menggeleng pelan. "Karena kalau aku suka sama kamu dengan alasan, suatu saat nanti alasan itu juga bisa menjadi alasanku untuk ninggalin kamu. Lain halnya kalau aku suka kamu tanpa alasan, aku nggak punya apa-apa yang bisa dijadikan alasan untuk ninggalin kamu sampai kapanpun."

Saat melihat Naya tertawa, Nael baru ingat, kalau itulah satu-satunya hal yang ada dalam diri Naya, yang membuatnya selalu jatuh hati semakin dalam padanya, tawanya. Bagi Nael, Naya selalu terlihat manis saat sedang tertawa. Dan sungguh Nael sangat merindukan tawa itu. Rasanya sudah lama sekali tidak melihat dan mendengarnya.

Selama ingatan itu satu persatu muncul secara acak di kepalanya, selama itu pula Nael berupaya keras menahan apa yang dirasakan kepalanya. Selama itu pula, cowok bermata cokelat terang itu terus mengerang kesakitan. Mencengkram kepalanya sekuat mungkin. Berharap sakitnya dapat hilang.

Namun, tidak ada hasil. Sampai ketika Nael sudah merasa terlalu sakit, dan ia tidak kuat lagi menahannya, saat membuka matanya ia sudah tidak bisa lagi melihat apa-apa. Pandangannya gelap. Hingga tiba-tiba ia merasakan tubuhnya ambruk begitu saja. Tanpa sempat lagi melihat sekelilingnya.

🌺

Alis Sera tertaut rapat, merasa asing akan pemandangan yang ia lihat di sekolahnya. Tidak biasa-biasanya anak-anak berkumpul meramaikan lapangan kalau bukan saat upacara. Dan yang Sera bingungkan, mereka semua memasang raut khawatir. Ingin tahu apa yang mereka khawatirkan, ketimbang masuk kelas, Sera memilih untuk menuruti rasa penasarannya lebih dahulu.

Di tengah-tengahnya, Sera juga mendapati beberapa orang yang mengenakan seragam serba putih seperti sedang menanti sesuatu. Siapa pula yang tidak heran melihat ada ambulance terparkir di area sekolah sepagi ini? Termasuk seorang gadis modis yang hari ini mengenakan bandana merah muda terselip di antara rambut panjangnya yang tergerai.

"Ada apa, sih?" tanyanya pada seorang perempuan.

"Ada yang berantem. Terus pingsan."

"Hah?"

Tak lama dari itu, Sera melihat seseorang yang sudah terbaring tak sadarkan diri, didorong menggunakan ranjang besi beroda, dimasukkan ke dalamnya. Beberapa saat Sera sempat menegaskan wajahnya.

"Kak Nael?!" kejutnya.

Tak ingin menghabiskan banyak waktu, cepat-cepat Sera berlari ke kelasnya. Ia harus memberitahu Naya!

Karena Sera yakin, meskipun Naya telah sampai sekolah duluan ketimbang dirinya, sikap temannya yang satu itu yang terlalu cuek, pasti membuatnya tak acuh akan keadaan sekitar. Termasuk akan keramaian yang terjadi di sekolahnya sendiri akibat ulah Nael dan Nata.

🌺

"Nay, Kak Nael, Nay!" pekik Sera panik saat di depan kelas, setelah berlarian menaiki tangga dari lantai satu. "Gawat!"

"Kenapa?" Naya yang sedang membaca novel, bertanya balik. Nampak jelas di wajahnya tidak tersirat kekhawatiran apa-apa. Menandakan gadis itu tidak tahu-menahu.

"Ckckck," Sera berdecak sambil menggeleng-gelengkan kepala. "Kak Nael berantem, Nay! Terus tadi gue liat dia nggak sadarkan diri

Naya benar-benar bergeming mendengarnya. Sebagian jiwanya seperti tak percaya dengan apa yang Sera katakan. "Lo nggak bercanda, kan?" tanyanya.

Sera menggeleng.

Tanpa bicara apa-apa, Naya melepas novel dalam genggamannya. Berlari ke bawah, tidak peduli akan bel yang baru saja berdering.

"Nay, tunggu! Lo mau ke mana?" Sera bertanya seraya mengejar.

Naya mengabaikannya. Kedua kakinya tetap menuruni anak tangga satu persatu secepat yang ia mampu. Tidak tahu kenapa, perasaan gadis itu seketika menjadi tidak keruan. Padahal ini bukan pertama kalinya Naya mendapati Nael pingsan. Bahkan Naya sudah bisa menebak, cowok yang paling ia sukai matanya itu pasti seperti ini karena sakit kepala yang sering Naya dapati menyerang kepalanya tiba-tiba.

Pergerakan kaki Naya berhenti di tengah-tengah lapangan. Gadis itu berdiri memutar dengan pandangan yang menyapu sekelilingnya. Mencari Nael.

"Naya, tunggu!" teriak Sera lagi, ketika ia sudah berdiri di dekat Naya. "Naya!" Sera memanggil lebih keras. Sehingga akhirnya Naya menoleh. "Tadi Kak Nael gue liat dibawa ambulance. Coba lo tanya Kak Nata. Barangkali dia tahu."

🌺

Dengan sisa-sisa rasa sakit yang masih sedikit menusuk kepalanya, Nael maksakan kedua matanya untuk terbuka sempurna. Awalnya Nael pikir ia sedang berada di UKS seperti biasanya tiap kali ia terbangun setelah pingsan karena ingatannya sendiri. Tapi saat ia lihat lebih detil lagi sepertinya tidak. Nael melihat ada selang infus yang menempel pada salah satu punggung tangannya.

"Gimana kepala lo? Masih sakit?"

Seseorang membuat Nael menolehkan kepalanya. Didapatnya Nata yang masih mengenakan seragam sekolah utuh, duduk di kursi sebelah ranjangnya.

"Kenapa gue dibawa ke sini? Kenapa nggak di UKS sekolah aja?" Tanpa menjawab, Nael membalas tanya balik.

"Alat medis di UKS nggak lengkap. Lo bahaya kalau cuma dapet penanganan dari sana. Makanya gue bawa ke sini. Pihak sekolah udah hubungi Tante Nita. Sebentar lagi dia ke sini."

Mendengar pernyataan demi pernyataan yang Nata ucapkan, tidak tahu kenapa sungguh membuat Nael tidak mengerti lagi akan jalan pikiran orang itu. Bisa-bisanya dia sepeduli itu pada Nael, di saat aura perkelahian di antara mereka tadi pagi masih benar-benar dapat ia rasakan. Bahkan Nael lihat luka di sekitaran wajah Nata akibat hantaman kepalan tangannya pun masih basah.

"Maksud lo apa, sih,Nat? Gue bener-bener nggak ngerti." Nael bertanya dengan sorot mata menuntut penjelasan penuh. "Dengan lo berlaku seperti ini lo bikin gue bingung menyikapinya. Kemarin-kemarin lo bekerjasama dengan nyokap gue untuk menutupi masalalu gue. Tapi sekarang bisa-bisanya lo bersikap seperti ini. Sampai-sampai gue nggak bisa ngebedain, yang lo ngelakuin ini tulus karena gue temen lo, atau cuma berpura-pura semata?"

===

To be continue...

A/n: jangan lupa vote dan komen sebanyak2nya kalau mau up lebih cepet yaaa~

Selamat bermain dengan tanda tanya

Pokračovat ve čtení

Mohlo by se ti líbit

544K 44K 29
ace, bocah imut yang kehadirannya disembunyikan oleh kedua orangtuanya hingga keluarga besarnya pun tidak mengetahui bahwa mereka memiliki cucu, adik...
3.7M 295K 49
AGASKAR-ZEYA AFTER MARRIED [[teen romance rate 18+] ASKARAZEY •••••••••••• "Walaupun status kita nggak diungkap secara terang-terangan, tetep aja gue...
1.7M 122K 81
[Brothership] [Not bl] Setiap orang berhak bahagia, meskipun harus melewati hal yang tidak menyenangkan untuk menuju kebahagiaan. Tak terkecuali Erva...
3.1M 261K 62
⚠️ BL Karena saking nakal, urakan, bandel, susah diatur, bangornya Sepa Abimanyu, ngebuat emaknya udah gak tahan lagi. Akhirnya dia di masukin ke sek...