Ain't Creeping in Your Heart...

By evakeljombar

81.1K 5K 228

High Rank: #1 in bayi tabung (10042022) #14 in tagar duahati šŸ…[27/03/2020] #9 in tagar duahati šŸ… [08/04/2... More

PROLOG
Bab 1
Bab 2
Bab 3
Bab 4
Bab 5

Bab 6

6K 568 39
By evakeljombar

Suasana makan malam yang terjadi di ruang makan malam keluarga ini terasa begitu hening. Sesekali hanya terdengar suara dentingan sendok dan garpu yang saling beradu. Semua tampak menikmati makanan di hadapan mereka, termasuk aku.

Tidak ada pembicaraan di antara kami. Sampai akhirnya Hyori membuka pembicaraan.

"Nenek, bagaimana kabarmu?"

"Aku baik, seperti yang kau lihat." Sahut Nyonya Im, lalu menyudahi makanan yang sudah selesai ia lahap-seorang pelayan langsung mengambil piring makan Nyonya Im dan menyajikan makanan penutup untuknya.

"Bagaimana keadaan orang tuamu, Hyori?" tanya Nyonya Im.

"Ayah dan ibu baik-baik saja, nek. Berkat nenek."

Jeon Hyori beralih menatap Jongin. "Dan kau Jongin, bagaimana kabarmu?"

Kim Jongin tiba-tiba menghentikan makannya dan menatap Hyori, dingin. Lalu pandangan matanya beralih menatap Nyonya Im.

"Nenek, aku sudah selesai makan. Boleh aku pergi?"

Nyonya Im terdiam sesaat, lalu menghela napas. "Baiklah."

"Kim Jongin ..."

Suara bariton milik Park Chanyeol membuat Jongin menghentikan langkahnya.

Kulihat Chanyeol menyeringai licik padaku sesaat lalu beralih kembali menatap Jongin.

"Bukan kah kalian berdua Hyori sudah lama tidak bertemu?"

Jongin menolehkan kepalanya pada Chanyeol.

"Benarkan Hyori?"

"Benar Oppa." Sahut Hyori sambil tersenyum.

Chanyeol tersenyum miring dan menatapku. "Nona Han, apa kau tahu Hyori dan Jongin dulu pernah pacaran?"

Belum sempat aku menjawab, Chanyeol sudah memotong.

"Kim Jongin dulu sangat tergila-gila pada Hyori," timpalnya sambil menyeringai.

"Hyori-ah, apa kau masih ingat bagaimana Jongin jatuh cinta padamu?"

"Tentu saja Oppa." Dia menatap Jongin yang masih berdiri di sana. "Dia tergila-gila padaku karena permainan harpaku." Ungkap Hyori sambil tersenyum.

Chanyeol kembali menatapku dengan seringaian di wajahnya. "Nona Han, kudengar kau juga senang bermain harpa... apa benar?"

Aku dan Sehun saling menatap bingung, sebelum aku mengangguk pelan.

Chanyeol menyeringai.

Aku semakin heran mengapa dia terus saja menyerangku sejak tadi. Apa dia masih marah karena dipukul Jongin waktu itu dan melampiaskannya padaku?

"Yak Park Chanyeol!"

Kim Jongin menatap Chanyeol dengan tatapan yang berbeda-seperti ingin membunuh pria itu saat ini juga.

"Sudah cukup."

Suara Nyonya Im menghentikan suasana yang tiba-tiba menjadi tegang.

"Dokter Oh, kalau kau tidak keberatan boleh aku berbicara denganmu saja di ruang kerjaku?"

"Tentu Presdir."

***

Aku menatap sebuah kaca di dalam toilet tamu wanita. Tiba-tiba seringaian licik dan tatapan Chanyeol muncul di dalam kepalaku.

Sial.

Mengapa harus memikirkannya saat ini sih?

"Permisi ...,"

Aku terkesiap, dan menatap bayangan Hyori dari balik kaca.

"Oh, kau ..." gumamku.

Hyori tersenyum tipis, lalu melangkah maju mendekati washtafel lain di sebelah.

Suasana menjadi aneh karena kami sama-sama terdiam, hanya terdengar suara air yang mengalir membasahi tangan kami.

Sebaiknya aku segera keluar, firasatku sedikit tak enak. Namun belum sempat aku melangkah pergi dari sana, suara Hyori membuatku berhenti.

"Nona Han ...,"

"Hm?" aku menoleh.

"Boleh kah aku bertanya padamu?"

Aku mengernyit.

"Baiklah, tentu saja boleh."

"Sejak kapan kalian saling mengenal?"

Aku menaikan alisku. Dia?

"Kau dan Kim Jongin ...," suaranya terdengar rendah.

Aku tersenyum. "Oh, sejak kami SMA." Sahutku santai.

Kulihat Hyori mendesah dan kembali menatapku.

"Oh ..., apa dia pernah cerita tentangku?" tanya Hyori. "Ah, maaf ... Seharusnya aku tidak bertanya tentang ini. Bagaimana pun kami hanya masa lalu... dan Kim Jongin berhak bahagia denganmu."

Aku terkesiap lalu menaikan alisku.

Errh ... Jangan bilang kalau Hyori mengira aku dan Jongin memiliki hubungan spesial.

Park Chanyeol.

Pasti dia! Pasti ini alasan mengapa sejak tadi pria itu menyerangku di meja makan. Mungkin dia pun mengira aku dan Jongin berpacaran karena hari itu Jongin benar-benar memukulnya dengan sangat keras.

Aku menghela napas.

"Tunggu, sepertinya ada salah paham di sini."

"Maksudmu?"

Aku mengedikan bahu. "Yah seperti saat ini kau yang mengira aku dan Jongin pacaran."

Hyori mendesah berat. "Chanyeol Oppa bilang Kim Jongin menyukaimu."

Dia ... Sudah kuduga.

Aku kembali menghela napas. "Aku dan Jongin hanya berteman. Aku memang memiliki kekasih, tapi itu bukan Jongin."

Hyori terkesiap. "Benarkah?"

Mata wanita berparas cantik itu tampak berbinar-binar bahagia.

Aku mengangguk.

"Jadi apakah Dokter Oh adalah pacarmu?"

Aku tersenyum sambil mengangguk memberi jawaban iya.

Hyori tersenyum lebar dan menghampiriku.

"Terima kasih nona Han ..., aku sungguh bahagia mendengarnya."

"Ehm," aku terkesiap-kaget dengan pelukannya yang tiba-tiba.

"Kau tidak tahu betapa aku lega mendengar ini, Nona Han." Ucapnya lagi.

"Eh, bolehkah kita berteman?" tanya Hyori sambil melepaskan pelukannya dariku.

"Setelah bertahun-tahun, aku baru kembali lagi ke Korea dan tak punya teman di sini. Hm, kalau kau temannya Jongin, kau bisa jadi temanku juga." Sambungnya.

Aku terkekeh kikuk di tengah-tengah suasana aneh ini. "Baiklah ..."

***

Sesampainya di rumah aku langsung merebahkan tubuhku di atas kasur-memikirkan perihal tadi.

Tak berselang lama kemudian, ponselku berdering.

My love calling-tulisan yang tampak pada layar ponselku.

"Halo sayang?"

"Kau belum tidur?" tanya Sehun dari seberang telepon.

Aku menggeleng, "Belum. Kau?"

"Aku juga belum. Sayang, mau jalan denganku malam ini?"

Aku melirik jam di dinding kamar, pukul 23.30 KST.

"Baiklah."

"Aku jemput ya ..."

"Hm."

Aku menutup telepon dan segera mengenakan sweater dan syal yang sama dengan punya Sehun.

Kurang lebih 15 menit berlalu, mobil Sehun sudah tiba di depan rumahku. Aku bergegas naik ke dalam.

Setelah Sehun jadi dokter, dia bersama kedua orang tuanya pindah di distrik lain yang jaraknya sedikit jauh dari rumah mereka yang lama, tepat di depan rumahku itu.

"Kita mau kemana?" tanyaku begitu sudah di dalam mobil.

"Ke suatu tempat yang indah. Pasti kau akan suka."

"Benarkah?" tanyaku antusias.

"Hm." Sehun mengangguk.

"Baiklah."

Tak berselang lama, mobil yang dikendarai Sehun pun membawaku menyusuri jalanan Kota Seoul sampai tiba di sebuah taman yang baru saja dibangun dekat dengan rumahnya.

"Wow!"

Aku memekik riang.

Pemandangannya begitu menakjubkan. Banyak lampu berwarna-warni di sana, juga bunga cherry blossom yang sedang mekar, dan lebih luar biasa lagi di tengah taman ada kolam air mancur warna-warni yang terlihat seperti sedang berdansa mengikuti alunan musik.

"Kau suka?" Sehun menatapku.

Aku mengangguk, "Sangat suka."

Tiba-tiba kurasakan tangan Sehun menggenggam erat jemariku. Sehun langsung berlutut di hadapanku dan dari dalam jaketnya, dia mengeluarkan sebuah kotak merah kecil berbentuk hati.

"Hun-ie ...,"

Sehun menatapku dalam. Aku menatapnya dalam menantikan apa yang akan dikatakannya selanjutnya-atau apa yang selama ini selalu kutunggu.

Lamarannya.

"Han Sujeong ... Maukah kau menikah denganku?"

Bersambung ...
___
08/04/2020 Happy Anniversary 8th EXO-Ls. Aku sayang kalian semua. Yuk vote dan koment.

ps: Harusnya kuposting kemarin sih tapi lelah pas turun dari speed. Maklum baru balik dari tempat tugas di desa mengemban tugas negara sebagai PNS di garda depan akibat covid-19 😭

STAY HEALTY YAH.. #DIRUMAHAJA

Continue Reading

You'll Also Like

1M 86.7K 30
Mark dan Jeno kakak beradik yang baru saja berusia 8 dan 7 tahun yang hidup di panti asuhan sejak kecil. Di usia yang masih kecil itu mereka berdua m...
493K 49.4K 38
Menceritakan tentang seorang anak manis yang tinggal dengan papa kesayangannya dan lika-liku kehidupannya. ( Kalau part nya ke acak tolong kalian uru...
339K 28.2K 39
"I think ... I like you." - Kathrina. "You make me hate you the most." - Gita. Pernahkah kalian membayangkan kehidupan kalian yang mulanya sederhana...
57.2K 8.8K 55
Rahasia dibalik semuanya