My Otouto-Kun

By Afrodite_Sparrow12

24.5K 1.6K 125

Squel dari fic berjudul Kepo? Sasunaru and Itakyuu More

My Otouto-kun
My Otouto-Kun
My Otouto-kun
My Otouto-kun
My Otouto-kun

My Otouto-Kun

7.8K 398 4
By Afrodite_Sparrow12

Naruto © Masashi Kishimoto
Story © Me
Pair : Sasunaru/Itakyuu
Genre : Romance/Familly

Warning :

Bl, typo, eyd tak beraturan, dan bisa membuat perut kembung dan masuk angin.

Bagi yang tidak menyukai cerita saya, boleh kembali kehalaman utama.

Happy Reading

"Liburan akhir tahun?"

Itachi tampak menimang-nimang permintaan adiknya. Ia bersedekap dada dan menutup mata berpikir keras, meski lama menunggu tetapi Sasuke masih setia menanti jawaban sang kakak. Sasuke yakin jika Itachi pasti tidak akan mengijinkannya untuk pergi. namun, ia tidak mungkin pergi begitu saja tanpa izin dari kakaknya itu karena bagaimanapun juga saat ini Itachilah yang menjadi walinya, dan yang bertanggung jawab atas dirinya selama orang tua mereka pergi.

"Kyoto itu sangat jauh, kakak tidak mungkin mengizinkanmu pergi tanpa pengawasan begitu saja."

Benarkan kakaknya yang overprotektif itu mana mau memberikannya izin jika ia berpergian jauh. Diam-diam Sasuke menghela nafas, akan sangat memalukan jika sampai Kiba mengetahui alasan ia tidak bisa pergi, bisa jadi ia ditertawakan oleh pemuda Inuzuka itu sampai lehernya terasa kram.

"Memangnya siapa saja yang pergi?"

Sasuke terkejut saat mendengar pertanyaan Itachi, mungkinkah ini pertanda bahwa ia akan diperbolehkan ikut. Tidak Sasuke pungkiri jika ia merasa senang di bagian sudut hatinya.

"Shikamaru Nara, Inuzuka Kiba, Hyuuga Neji dan,"

Haruskah ia menyebutkan nama yang terakhir. Mengingat selama beberapa bulan ini sang kakak tampak tidak begitu menyukai nama itu. Akan tetapi alasan ia ingin ikut pergi adalah karena dia bukan, jika saja dia tidak pergi mana mau juga Sasuke pergi. Itu hanya akan membuang-buang waktu dan uangnya.

"Dan?"

Sasuke menggigit bibir bawahnya,

"dan Na-Naruto."

ah sial pada akhirnya ia menyebutkan nama itu juga. Habislah sudah ia pasti tidak akan di izinkan oleh sang kakak.

"Naruto?"

Sasuke menganggukkan kepala. Pandangan Itachi terhadapnya berubah, ekspresi sang kakak sulit untuk di tebak. Apa yang kakaknya itu pikirkan tentangnya sekarang. Mungkinkah,

"Baiklah, kau ku beri izin untuk pergi!"

Sasuke tidak bisa menahan rasa senang dihatinya. Ia yakin pasti bibirnya sedang menyunggingkan sebuah senyuman.

Ingin rasanya ia berteriak merealisasikan rasa senangnya akan tetapi hal itu tidak mungkin ia lakukan didepan sang kakak.

"Terimakasih banyak kak!"

Ia menundukkan setengah tubuhnya sampai sembilan puluh derajat sebelum menegakkannya kembali dan berlari menuju kamarnya di lantai dua. Ia harus mempersiapkan semua keperluan yang akan ia bawa.

Tanpa Sasuke sadari setelah kepergiannya beberapa detik yang lalu. Wajah Itachi mengeras tatapannya menjadi sangat dingin saat melihat ketempat dimana tubuh sang adik menghilang.
.
.
.
Sasuke mencoba mengingat-ingat kembali kemungkinan apa-apa saja yang lupa ia persiapkan. Sebelum dia benar-benar pergi masih ada kesempatan untuknya mempersiapkan semuanya sampai batas waktunya habis.

Hah Uchiha! Uchiha padahal masih banyak waktu yang bisa ia gunakan untuk mengingat semua yang perlu ia ingat dan bawa nantinya. Bukankah kau akan pergi dua hari lagi? Mengapa harus sesibuk itu sekarang? Apakah rasa senangmu menyumbat otakmu untuk berpikir lebih rasional lagi. Sasuke menatap author yang banyak bacotnya, tatapan membunuh ia berikan berharap bisa membunuh orang yang sedang menyusun cerita kehidupannya ini, tapi author balas dengan tatapan datar yang mengatakan-Kau-tidak-akan-kubuat-pergi-jika-kau--menatapku-seperti-itu.

Sasuke mengehela nafas mengalah, untuk sejenak ia terdiam. Ia masih tidak percaya jika dua hari lagi ia akan pergi. Ini untuk pertama kalinya ia bepergian jauh tanpa kedua orang tuanya dan tanpa keberadaan kakaknya.

Kwek kwek kwek satu pesan kau terima, satu pesan kau terima kwek kwek kwek

Suara ringtone serta nada getar di ponselnya, membuyarkan lamunan Sasuke, ia pun berjalan menuju tempat tidurnya. Meraih ponselnya yang berada dibawah bantal.

Naru-dobe

Sasuke bisakah kau menemuiku di taman kota, ditempat yang biasa? Aku sudah menunggumu

12 : 38
15 Juni 2016

Tanpa babibu lagi Sasuke meraih jaketnya yang ia gantung ditempat gantungan kain di samping lemarinya, juga meraih kunci mobil yang ia letakkan di atas rak-rak buku di dekat pintu keluar kamarnya. Tanpa membalas pesan yang baru ia terima, Sasuke bergegas menuju taman kota, tidak ada waktu lagi karena orang itu sudah menunggunya.

Saking terburu-burunya Sasuke melewatkan keberadaan Itachi yang memandang heran kepergiannya sebelum memutuskan untuk mengikuti kemana ia akan pergi dan menjadi penguntit lagi.
.
.
.
Taman Kota
13 : 04

Akhirnya Sasuke menginjakkan kakinya di atas rerumputan di taman kota setelah ia menempuh perjalan selama kurang lebih dua puluh menit.

Tempat yang biasa yang dimaksud pengirim pesan adalah air mancur. Seingat Sasuke di taman ini hanya ada 1 air mancur dan itu berada tidak jauh dari posisinya sekarang.
.
.
Setelah 5 menit berjalan akhirnya air mancur itu terlihat, tempat yang sangat indah dan bisa Sasuke katakan bahwa ini adalah tempat yang romantis. Keberadaan air mancur yang dikelilingi oleh taman bunga beragam warna memberikan kesan yang Sasuke sulit untuk melukiskannya dengan kata-kata, terlebih jika sosok pemuda pirang yang sekarang berdiri ditengah-tengahnya menyandar pada dinding kolam air mancur atau jika yang lalu-lalu ia duduk di bangku yang telah disediakan oleh pengelola taman. Kesan indahnya menempel pada sang pemuda dan membuat keindahan itu berlipat ganda.

"Sudah lama menunggu?"

Sasuke tidak bisa menahan senyumanya ketika berhadapan dengan si pemuda. Pemuda itu menggeleng dan balas tersenyum kearahnya membuat lesung di kedua pipi chubi itu terlihat.
Ah manis sekali, membuat jantung Sasuke bekerja lebih cepat dari biasanya.

"Ada apa?"

Naruto menggelengkan kepalanya.

"Ayo duduk dulu, kau pasti lelah."

Sebenarnya Sasuke ingin membalas "Jika untukmu aku tidak akan merasa kelelahan sedikitpun" akan tetapi jelas ia tidak akan berani mengatakannya sebab ia adalah seorang Uchiha yang pantang untuk mengatakan hal-hal tabu semacam itu.

"Kakakku tidak memberikan ku izin untuk pergi, dia bilang itu adalah tempat yang jauh. Padahal aku berharap liburan tahun ini aku bisa kesana,"

Raut kecewa jelas terpatri di wajah Sasuke, kecewa mendengar perkataan Naruto barusan. Padahal dia pikir dialah yang tidak akan diberikan izin. Tapi ternyata Narutolah yang tidak bisa pergi.

"kau sendiri bagaimana?"

Padahal Sasuke sudah tidak sabar, bahkan sikap tenangnya selama ini pun runtuh hanya karena membayangkan jika liburan tahun ini ia habiskan bersama dengan Naruto.

"Sasuke! Kau tidak marahkan?"

Sasuke menggelengkan kepalanya. Dia tidak boleh marah, itu yang sedang ia katakan pada dirinya. Sekalipun rasa kecewa itu tidak bisa ia pungkiri membuatnya ingin berteriak keras dan memaki.

"Tidak masalah, kakakku juga tidak mengizinkanku."

Akhirnya ia berbohong, untuk pertama kalinya Sasuke berbohong pada Naruto.

"Hehehe ternyata kita sama ya. Tadinya kupikir hanya aku, dan hal itu akan membuatmu kecewa."

Sasuke hanya dapat tersenyum getir, menyembunyikan perasaannya yang kalut.

Menatap air mancur dihadapannya tanpa minat.
Kenapa rasa kecewa itu menyakitkan?.
.
.
Sekalipun Naruto tidak menyadari perubahan raut wajah Sasuke yang begitu kentara namun berbeda dengan seorang pria dibalik pohon besar yang tidak jauh berada di depan sana. Ia bisa melihat dengan jelas kekecewaan di raut wajah Uchiha bungsu.

Ya pria itu adalah Itachi kakak Sasuke, laki-laki dengan tanda lahir diwajahnya itu sudah berdiri di sana sedari tadi. Mendengarkan percakapan Antara adiknya dengan pemuda pirang yang duduk di sebelah sang adik. Orang dengan seribu keingintahuan tentang semua hal yang berhubungan dengan Sasuke, yang selama beberapa bulan yang lalu semenjak Sasuke menyebutkan nama si pemuda pirang kepadanya. Itachi tidak pernah bisa berhenti untuk tidak mengikuti kemanapun sang adik pergi. Meski sebelumnya juga, namun Itachi sudah melupakannya.
.
.
.
Sasuke pulang dalam keadaan lesu, semangat 45 yang tadi Itachi lihat hilang entah kemana tergantikan raut wajah sendu. Hati Itachi jadi tidak kuat melihatnya, 'Dia masih memikirkannya.' batin Itachi berkata saat melihat adiknya yang berjalan sempoyongan menaiki tangga menuju kamarnya.

Sepertinya Itachi harus melakukan sesuatu yang dapat menghibur adiknya.
.
.
.
Tbc

Ahahahahah buat yg baru lagi..

Sebenarnya ini udah lama saya buat, tp waktu itu secara tiba2 teksnya hilang. Dan baru ketemu sekarang.. *iyalah...

Oh ya saya mau jujur..

Sebenarnya setiap saya membuat cerita. Saya hanya menuliskan apa yang saya pikirkan..

Jadi saya lebih suka memikirkan ide baru ketimbang ide untuk melanjutkan cerita saya.

Dan saya akan melanjutkannya kalau memang sudah ada idenya. Dan seandainya tidak ada saya akan membuat cerita yang baru..
*bingung
Saya harap yang membaca cerita saya tidak kecewa.

Arigato sudah mau membaca sampai akhir.

Salam A.S :)

Continue Reading

You'll Also Like

255K 34.9K 24
Sederhana saja. Hanya tentang kehidupan tiga bersaudara putra Pak Bratadikara yang akan membuatmu harus memutuskan antara dua pilihan, yakni mengingi...
2.9M 208K 51
Apapun akan gue lakuin untuk ngelindungin orang yang gue cinta, termasuk bertumpah darah sekali pun. π™π™–π™£π™œπ™œπ™– 𝙀𝙧𝙖𝙣𝙙𝙀 π˜Ώπ™–π™­π™©π™šπ™§π™«π™£ Terim...
40.1K 5.7K 27
'benci bisa jadi cinta loh, cantik' 'apaan, diem lu' 'aduh, malu malu ih si geulis' 'gue laki ya, jangan main cantik-cantik lu' 'tapi lu emang cantik...
110K 19.5K 38
Jennie Ruby Jane, dia memutuskan untuk mengadopsi seorang anak di usia nya yang baru genap berumur 24 tahun dan sang anak yang masih berumur 10 bulan...