Takdir yang Menyebalkan √

By SirlaDe

32.7K 2.3K 150

Takdir yang selalu mempermainkan perasaan mereka, akankah dapat menjadi sesuatu yang pantas untuk di pertahan... More

Chapter 1
Chapter 2
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Sequel - Reuni
BUKAN UPDATE (sekedar promo)

chapter 3

2.7K 276 10
By SirlaDe

Sinar mentari menyelinap masuk. Ia membuka matanya perlahan dan seketika itu juga terdengar suara ketukan dari jendela kamar. Ternyata burung hantu yang mengantarkan surat. Dengan satu ayunan tongkat, jendela itu terbuka. Ia lirik surat yang dijatuhkan ke ranjangnya.

"Mother?" gumam Draco. Segera ia membuka surat itu dan membacanya perlahan. Seketika dahinya mengerut, "mereka akan ke Hogwarts?" bacanya tak percaya.

"Untuk apa?"

arghh...sial! Dengan segera ia berlari ke kamar mandi dan sialnya lagi, Hermione telah menguasai kamar mandi lebih dulu.

"Granger, tak bisakah kau lebih cepat?" desak Draco seraya menggedor-gedor pintunya.

"Terserah aku mau berapa lama, Malfoy!" kata Hermione santai dari dalam kamar mandi.

"Sial!" umpat Draco. Ia berjalan menuju sofa dan mendudukkan dirinya  dengan posisi yang menurutnya amat sangat nyaman. Berselonjor kaki ke atas meja.

Ia memejamkan mata dan kini bayang masa lalu melintas dibenaknya.

Ketika ia mulai mempertanyakan tentang pentingnya status darah bagi keluarganya

Waktu itu ia berusia dua belas tahun, ketika mulai sadar bahwa seorang mud-blood lebih unggul darinya

"Father, apakah darah murni adalah golongan yang paling unggul dari semua wizard?" tanya Draco polos.

"Tentu saja, hanya pure-blood yang diakui sebagai penyihir." tegas Lucius.

"Tapi, ada murid kelahiran muggle di Hogwarts dan dia diakui."

"Jangan berpikir yang macam-macam!" Lucius menatap dingin ke arahnys. "Tunjukan padanya bahwa dia hanya mud-blood kotor!"

"Baik father, akan kubuat dia tahu diri!"

Draco tertawa getir jika menginat hal itu.

"Granger," gumamnya seraya membuka kelopak mata. Apa yang harus ia lakukan untuk membuat Hermione sadar diri bahwa ia tak pantas di dunia sihir dan ukh... demi bulu kaki Merlin, apa kata Lucius nanti kalau tahu ia satu asrama dengan seorang 'mud-blood'?

Setidaknya Draco telah membuatnya bangga dengan pangkatnya sekarang, tapi...ralat! Lucius bangga?

Owh, ayolah!

Bahkan mengucapkan selamat saja tidak pernah. Sekarang Lucius akan tahu bahwa ia tidak dapat mengalahkan seorang kelahiran muggle, apa Draco akan di cruccio  nantinya?!

BLAM!

Pintu kamar mandi terbuka dengan kasar, membuat Draco tersentak. Ia melirik ke arah sumber suara dan terlihat Granger berlumuran cairan lengket bewarna hitam.

Terukir senyum kemenangan di wajah Draco. Jebakannya berhasil, padahal hampir saja ia lupa telah memasangnya.

Hermione tampak begitu marah, dia tahu pasti kalau pelakunya adalah Draco.

"MALFOY!" gelegar Hermione.

"Wah, kau terlihat menarik, Granger!"

"DIAM KAU, FERRET!" bentaknya dan berjalan ke arah Draco dengan tatapan bengis, "kau menyebalkan!"

"Lalu?" tanya Draco polos.

"Akan kubuat perhitungan denganmu!"

"Mengancamku?"

"Sebaiknya aktifkan alarm bahayamu, ferret! Karena aku akan membalasmu!" ancamnya.

Dia telah berdiri di depan Draco dengan pandangan membunuh. Tangannya sudah mengepal. Tapi bukannya takut, Draco malah kesulitan menahan tawa.

"Kau mirip ingus Troll!" ejek Draco. Bagaimana tidak lucu, Hermione hanya memakai baju kaus dengan celana selutut, rambutnya yang bagai semak itu telah lepek karena lendir hitam pekat, ah! Bukan hanya rambut, tapi seluruh tubuhnya.

"JANGAN TERTAWA!"

"Hei, suka-suka aku mau tertawa atau tidak!" masih dengan cengiran Draco menahan tawa yang akan meledak. Hiburan yang menarik disaat seperti ini.

"MALFOY!" bentaknya lalu mengambil lendir yang melekat di rambutnya dan menempelkannya pada Draco.

Dravo terlambat menyadarinya. Senjata makan tuan, heh?

"Wah, kau jadi lebih tampan Malfoy!" sindirnya.

"Arrgh... apa-apaan kau!" lendir hitam lengket terhias di pipi kiri Draco, "sial!" Ia lihat Hermione berbalik ke kamar mandi dengan kaki menghentak kasar.

cih!
tak akan kubiarkan kau kabur rambut semak!

Draco menarik tangan Hermione dengan kasar. Gadis itu hilang keseimbangan dan tubuh berlendirnya menghantam Draco, membuat mereka bersamaan jatuh ke sofa. Wajah Draco menatap jijik. Lendir-lendir itu berpindah padanya.

"Minggir kau, Granger!" ia mendorong tubuh Hermione yang menimpanya ke samping dan terjatuh ke karpet.

Hermione meringis dan menatap sebal ke arah Draco.

"Granger, kau benar-benar malapetaka!" geram Draco. Ia segera masuk ke kamar mandi. " Aku harus berendam seharian untuk membersihkan kotoran ini!"

****

Setelah pertengkaran dengan Malfoy tadi, Hermione menjadi benar-benar kesal. Dengan wajah sangar ia berjalan menuju Great Hall.

"Mione..." sapa Ron dari meja Gryffindor, tampaknya ia sedang butuh sesuatu dari Hermione.

Dengan ekspresi yang tetap menyeramkan Hermione bergegas menuju tempat sahabatnya itu.

"Mione, kau kenapa?" tanya Ginny hati-hati, "kau terlihat kesal!?"

Hermione mendengus lalu duduk di samping Harry.

"Malfoy brengsek!" kata Hermione kesal, "lagi-lagi dia mengerjaiku!"

Semua temannya menatap ngeri. Mereka tidak mau mencari mati dan hanya bisa diam. Ron yang sebelumnya berniat meminjam tugas herbologi, kini mengurungkan niatnya. Mungkin setelah makan saja, pikirnya.

"Hey, lihat!" seru Ron pelan dan mengerdikan kepala ke arah depan tempat meja makan Profesor.

"Ada apa?" tanya Harry heran.

"Itu, Lucius Malfoy!" jelas Ron.

Seketika itu juga Harry, Ginny dan Hermione menatap ke arah yang ditunjuk Ron. benar saja, di sana ada Lucius yang sedang berbicara dengan Prof. Snape.

"Dia siapa?" tanya Hermione seraya melirik ke arah wanita cantik separuh baya di samping Lucius.

"Dia Narcissa Malfoy, istri Lucius" jawab Ron.

"Mau apa mereka ke sini?" tanya Harry.

"Entahlah, mungkin rindu pada anak tercinta?" sindir Ron, membuat sahabat-sahabatnya tersenyum geli.

Sementara itu, Draco merenungi nasibnya. "Oh tidak!" gumamnya.

"Kenapa Drakkie?" tanya Pansy dengan nada manja seperti biasa.

"Itu orangtuamu, kan, Draco?" tanya Theo yang berada di depan Draco.

"Hn," jawab Draco sekenanya.

'akh, sial! sial! sial!

semoga saja mereka tidak tahu siapa ketua murid putri, Draco tidak habis pikir, untuk apa mereka repot-repot datang ke sini. Tidak mungkin karena rindu padanya, bukkan!?

Hermione Granger. Kalau orangtuanya Draco tahu, tamatlah gadis itu!

Dan tamat jugalah Draco.
Mungkin.

Ia melirik ke arah partnernya itu. Hermione terlihat makan seperti biasa.

Seharusnya Draco membuat perjanjian dulu dengannya agar dalam sehari ini tidak mengaku sebagai ketua murid.

"Drakkie sayang..." sapa Narcissa seraya mengusap lembut rambut anak semata wayangnya. Wanita cantik itu membuat wajah Draco memerah karena malu.

"Kenapa kesini, Mother?" tanya Draco untuk mengalihkan perhatian.

"Aku hanya menemani Lucius yang ada urusan dengan Prof. Dumbledore, jadi sekalian saja mengunjungimu!" jelas Narcissa.

"Drakkie, apa benar kamu jadi ketua murid?"

"Ya, tentu saja!" jawab Draco bangga, walau sedikit tak suka membahas masalah ini.

"Lalu siapa partnermu?"

Tepat sasaran. Apa yang harus ia jawab?

'Hermione Granger, Mother!', begitu?

Oh, great! Jangan harap Draco akan mengatakannya.

"Ah, Mother! Aku lupa kalau ada tugas untuk nanti yang belum diselesaikan, aku harus ke perpustakaan!" kata Draco cepat Dengan segera ia bangkit, pamit, lalu keluar dari great hall.

Menghindar adalah cara terbaik.

Hermione melirik ke arah Draco yang berjalan tergesa-gesa keluar dari great hall. Rasa kesal masih tersirat dari tatapannya ke arah sang pangeran Slytherin.

"Hey, mau apa si Lucius menatap ke sini seperti itu?" gumam Ron pada sahabatnya.

"Tatapan mengejek lagi," cibir Harry.

"Sudah bawaan!" sambung Hermione sekenanya.

Setelah menyantap sarapan, Hermione berjalan ke kelas astronomi bersama Harry. Di perjalanan mereka berpapasan dengan Lucius, seketika saja suasana menjadi tidak mengenakkan.

"Harry potter sang heroik dan si muggle-born, mud-blood" desis Lucius.

"Jangan mengatakan hal rendahan seperti itu pada sahabatku!" ancam Harry.Hermione tampak shock dengan panggilan tersebut, ia terdiam dengan mata berkaca-kaca.

"Memang mud-blood, bukan!?"  Lucius menekankan kata terakhirnya, "tak kusangka darah kotor seperti itu bisa menjadi ketua murid!"

"Jaga ucapan anda, Sir!" kata Harry dengan nada berbahaya.

"Tenanglah, aku hanya mau berpesan pada sahabatmu itu," cibir Lucius dengan nada super angkuh, "jangan sampai dia mengotori anakku dengan darah lumpurnya itu!"

Serasa tersambar petir, Hermione menatap geram sekaligus sedih ke arah Lucius. Tubuhnya bergetar dan wajahnya memanas. Dengan segera ia berlari ke asramanya, hatinya terluka, harga dirinya telah diinjak-injak oleh Malfoy senior itu. Selagi berlari, air mata mulai merembes di pipinya.

Ketika hendak masuk melewati lukisan asrama ketua murid, ia berpapasan dengan Draco Malfoy dan hampir saja bertabrakan.

"Hey, hati-hati, apa kau tak punya mata!?" hardik Draco.

"Diam kau!" bentak Hermione dengan nada serak.

"Kau membentakku, heh?" kata Draco kesal seraya menahan tangan Hermione agar sang gadis tidak pergi, "kau kira kau siapa?"

"LEPASKAN!" Hermione menyentakkan tangannya sekuat tenaga agar terlepas dari cengkraman Draco namun tidak berhasil.

"Kau-" Draco sempat melihat wajah sang gadis sudah merah dan basah, "menangis?" suaranya mulai melembut.

"Itu.bukan.urusanmu! PURE BLOOD, heh?!" desis Hermione perlahan-lahan namun memberi penekanan pada setiap kata-katanya.

"A-apa maksudmu?" tanya Draco heran, "kau sudah gila, hah?"

"KAU YANG GILA! KAU BRENGSEK! Anak dan ayahnya sama saja!" bentak Hermione dan terus memberontak agar dilepaskan.

"Dengar Granger, jangan membawa orangtua dalam urusan kita!" ancam Draco dengan begitu sinis dan semakin menarik Hermione mendekatinya. Terlihat kilatan amarah di balik mata abu-abunya yang menatap mata coklat susu Hermione.

"Uukhh..." ringis Hermione ketika Draco menggenggam pergelangan tangannya dengan sangat kuat.

"Terserah aku mau menyangkut-pautkan orangtuamu, lagi pula kalian sama-sama menyakitkan!" kata Hermione sambil terus berusaha melepaskan cengkraman Draco.

"Kau tahu apa tentang kami, jangan berlagak kau mengenal kami!" desis Draco dan semakin mengeratkan cengkramannya.

"Akh! S-sakit, l-lepaskan, Malfoy...!" Hermione mulai meringis, ia terlihat sangat lelah dan air mata masih saja membanjiri wajahnya.

"Kau!" amarah sang pangeran telah memuncak, wajahnya yang putih pucat mulai memerah dengan urat-urat leher yang menegang.

"Malfoy, lepaskan aku, sakit!" Hermione terus memberontak dan memukul tangan Draco.

Dengan geram si Malfoy junior itu menarik Hermione ke ruang rekreasi dan menghempaskan sang gadis ke sofa hingga terlentang. Dengan cepat ia mengunci pergerakan Hermione dengan kedua tangannya yang berada di samping kiri-kanan telinga Hermione sebagai penopang tubuhnya agar tidak menindih sang putri Gryffindor. Kakinya juga mengunci pergerakan kaki si gadis.

Hermione mulai terisak.

"Kau tahu apa tentang aku dan Ayahku, Granger?" lirih Draco, "berhentilah menjadi nona sok tahu. Kau tidak tahu apa-apa!"

"Menjauh dariku!" bentak Hermione di tengah isakannya

"Kau kenapa?" tanya Draco sambil menatap intens ke mata coklat susu itu, "kau sudah gila, mud-blood jalang!"

"Berhenti mengatakan itu padaku, Ferret!"  geram Hermione, "kau dan ayahmu sama-sama bermulut kotor!"

"KAU YANG KOTOR!" bentak Draco. Ia meninju sofa di samping Hermione, membuat sang gadis menutup matanya dengan bibir gemetar.

"Kau kira--kau kira kau begitu bersih? Kau kira kau tak tersentuh, hah?" kata Hermione yang berusaha menahan tangisnya, "kau kira hanya kau yang pantas berada di tingkat tertinggi? Kau salah, Malfoy!"

Draco terdiam sejenak.

"Aku memang tidak tersentuh, lalu kau mau apa? Menyentuhku?" sindir Draco, "kau memang wanita jalang!"

PLAKKK!!!

Hermione menampar pipi kanan Draco dan menatapnya tajam, "Kau, pantas mendapatkan itu!"

"Kau-" kata Draco ditengah keterkejutannya. Baru kali ini ada orang yang berani menamparnya, yeah... kecuali ayahnya, "kau akan menyesal, Granger!"

"KYAA. . .!" teriak Hermione.

= BERSAMBUNG =

A/N

jika menyukai cerita ini, silahkan tinggalkan jejaknya :)
Sampai jumpa pada chapter selanjutnya.

Continue Reading

You'll Also Like

16.6K 2.5K 19
Original story by galfoy. Translated. Pasukan Orde menyelamatkan Draco dan Lucius Malfoy setelah Voldemort mencampakkan mereka. Semua rumah persembun...
26.7K 2.4K 11
Perbedaan dua sisi tersebut terlalu nyata. Hitam dan putih. Gelap dan terang. Namun apa jadinya jika ke dua sisi tersebut mencoba bersatu...
71.3K 11.3K 16
Yang publik ketahui, kedua pemimpin perusahaan ini sudah menjadi musuh bebuyutan selama bertahun-tahun lamanya, bahkan sebelum orang tua mereka pensi...
62.3K 7.4K 29
Hermione tidak tahan sekaligus muak dengan Draco Malfoy yang selalu bertingkah seenaknya. Hingga, Ia memutuskan untuk melakukan hal gila dengan dasar...