Jemuran Zone

By justmoveon_

250K 20K 5.9K

[COMPLETED] [33 Chapter + 2 Extra Chapter + Bonus Chapter] Seharusnya, ketika dua hati saling mencintai, mere... More

1. Kang Gombal
2. Sederet Kalimat Manis
3. Keluarga Absurd
4. Pangeran Penyelamat
5. Retak
6. Gombalan Maut
7. Ramuan Cinta
8. Jatuh?
9. Setan Junior
11. Kalah Telak
12. Tamu Tak Diundang
13. Pembajakan
14. Si Pantat Ketombe
15. Sakit
16. Prioritas Tanpa Batas
17. Hari Spesial Berasa Hari Biasa
18. Sakit Tapi Gak Berdarah
19. Kejutan Diluar Dugaan
20. Terancam Bahaya
21. Penuh Teka-Teki
22. Tak Terduga
23. Badai Belum Berlalu
24. Rasa Tanpa Ungkapan
25. Bahagia itu Sederhana
26. Bahagia adalah Dia
27. Bertemu Teman Baru
28. Rahasia Vegi
29. Keputusan Salah
30. Melodi dari Vegi
31. Hati yang Terluka
32. Bertemu kembali
33. Suara Hati Vegi
Extra Chapter
Extra Chapter 2
Bonus Chapter
ORIXA

10. Ngaku Doi Tapi Kayak Tai

5.7K 632 206
By justmoveon_

Bel pulang sekolah sudah berkumandang. Semua siswa membubarkan diri dari kelas masing-masing. Tapi, tidak dengan Lova. Lova sengaja menunggu seseorang di dalam kelas. Dia menunggu Vegi untuk membicarakan masalah mereka yang tadi.

Pada jam pelajaran terakhir, Vegi memang tidak berada di ruang kelas. Vegi meminta izin untuk menemani Selina di ruang UKS. Karena biar bagaimanapun juga, Selina pingsan akibat ulahnya.

Di waktu yang sama, di lain tempat, Vegi mengatakan sesuatu pada Selina. Dia menyuruh Selina untuk mengambil tasnya, sementara Vegi masih harus mengurus sesuatu. Selina mengganggukkan kepalanya dan berjalan menuju kelasnya.

Vegi juga harus merapikan buku-bukunya yang berada di kelas. Ketika sampai di kelas, Vegi melihat Lova yang masih duduk di bangku mereka. Lova juga melihat Vegi yang sudah datang, namun Vegi hanya meliriknya singkat.

"Veg, gue mau ngomong sama lo." Lova memulai pembicaraan. Dan Vegi sama sekali tidak meresponnya.

"Veg?"

"Gue buru-buru. Nanti gue add id line lo. Gue pasti dateng ntar malem. Lo tenang aja."

"Ta—"

"Gue duluan."

Vegi pergi meninggalkan Lova sendirian. Dengan terpaksa Lova berjalan ke pagar sekolah sendirian. Dia menunggu taksi yang lewat, karena papihul belum mencari supir yang baru untuknya.

Sementara, Vegi segera menemui Selina di parkiran. Dia melihat Selina yang sepertinya sedang menelepon seseorang. Vegi membatalkan niatnya menghampiri Selina dan malah menguping dari belakang. Pastinya tanpa diketahui oleh Selina.

"Lo tau, gak? Tadi itu gue seneng banget. Parah."

"..."

"Gimana gue ga seneng, coba? Lo tau Lova yang most wanted itu, kan? Tau Vegi juga dong, pasti? Nah kan si Vegi biasanya nempel terus sama Lova, modusin si Lova. Tapi, tadi pertama kalinya Lova dibentak sama Vegi. Dan Vegi malah care banget sama gue. Hebat, kan? Siapa dulu? Untung aja gue punya seribu ide buat bikin Lova jelek di mata Vegi. Dan see? Berhasil."

"..."

"Tenang. Bentar lagi gue yang bakal gantiin posisi Lova. Kalau gue jadi pacar Vegi, gue pasti traktir lo. Ini gue lagi tahap nyingkirin Lova dan ngerebut hati Vegi."

"..."

"Udah dulu, ya. Gue hari ini pulang bareng Vegi. Bahaya kalau dia sampe tau. Bisa gagal rencana gue. Bye."

Vegi yang berdiri dua langkah di belakang Selina, benar-benar tidak menyangka. Dia tertipu oleh adik kelasnya sendiri. Dan yang lebih bodohnya lagi, dia membentak Lova-nya tadi. Dia sudah salah paham dengan apa yang telah terjadi.

"Puas lo?"

Selina segera membalikkan tubuhnya setelah mendengar suara seseorang yang dia kenal.

"Eh ka-kakak? Ka-kakak sejak kapan berdiri di situ?"

"Dengerin gue, ya. Jangan pasang tampang polos lo di depan gue lagi. Gue muak. Gue ini tipe orang yang ga bisa tinggal diem gitu aja. Gue suka ceplas ceplos. Maaf kalau lo tersinggung. Lo cantik, tapi otaknya kosong. Bahkan, Indonesia ga butuh generasi muda kayak lo."

"Kak, aku bisa jelasin."

"Asal lo tau, gue tadi sempet care sama lo bukan karena suka. Lo pikir lo siapa? Gue suka sama lo? Secepet itu? Never. Selamanya lo ga akan bisa gantiin Lova. Lo itu cuma sampah. Bahkan sampah aja ga pantes dibandingin sama lo. Soal gue yang tadi care sama lo, itu semata-mata karena gue menghargai cewek yang lagi sakit. Lo aja yang keduluan baper. Dikata apa kalau seandainya gue ngediemin lo yang pingsan gitu aja? Lo malah seenaknya manfaatin keadaan gue."

"Kak, a—"

"Jujur, gue ga pernah sekasar ini sama cewek sebelumnya. Seharusnya cewek itu disayang, tapi pengecualian untuk lo. Lo pantes dikasarin. Biar nantinya ngga makin ngelunjak. Mau jadi ratu di hati gue, malah make cara busuk. Lo inget kata-kata gue kali ini. Lo ga akan pernah bisa jadi kayak Lova. Cewek kayak lo ga pantes bersaing sama Lova. Cewek sebangsat lo bener-bener hina di mata gue."

Selina tersentak mendengar perkataan kasar yang keluar dari bibir Vegi. Vegi hanya menatapnya datar. Vegi tidak main-main dengan perkataannya. Kali ini, Vegi benar-benar kecewa. Kenapa dia sampai sebodoh itu lebih percaya pada Selina ketimbang Lova?

"Misi. Gue mau pulang. Lo pulang aja sendiri. Punya kaki, kan? Kalau ga bisa pulang, mending potong aja kaki lo. Ga guna. Jangan berharap gue bakal nganter lo pulang, setelah apa yang lo lakuin tadi."

Vegi menaiki motornya dan menghidupkan mesinnya. Vegi pergi meninggalkan parkiran dan juga Selina. Dari spion dia bisa melihat Selina yang berlari mengejarnya. Sampai akhirnya Selina tersandung dan jatuh ke tanah. Dengan cepat Vegi menghentikan motornya. Sampai menimbulkan suara decitan.

Dia benar-benar bingung sekarang. Apa dia harus membantu Selina? Setelah terjadi perdebatan antara otak dan hati, Vegi memutuskan untuk menghampiri Selina. Dia bukan laki-laki tidak punya hati yang tega mengabaikan perempuan yang sedang terluka.

Vegi membawa motornya mendekati Selina. Melepaskan helm lalu turun dari motornya.

"Lutut lo luka. Makanya lain kali jangan lari kayak orang bego. Ga waras lo."

"Ma-maaf."

"Bisa bangun, gak? Lo pulang bareng gue. Pertama dan terakhir kalinya." Vegi menjulurkan tangan membantu Selina berdiri.

"Kakak udah maafin aku?"

"Gak. Jangan GR. Mau pulang gak, lo?" Selina menganggukkan kepala dan mengulum senyum. Dia yakin kalau Vegi tidak akan setega itu untuk tidak memaafkan kesalahannya.

Dengan sedikit terpaksa, Vegi mengantar Selina pulang. Selama perjalanan, Vegi merasa risih karena Selina memeluknya begitu kencang. Tanpa Vegi tahu, Selina tersenyum penuh kemenangan di balik punggungnya.

***

Lova's POV

"Mamida!"

Hari ini aku badmood maksimal. Semuanya karena Selina. Junior cabe pencari perhatian. Aku mencari mamida dan ingin bercerita masalah tadi padanya.

"Kenapa curut? Mau curhat? Sini duduk." Mami mengajakku duduk di sofa ruang tamu.

Aku menceritakan semuanya pada mamida. Tanpa adanya satupun pengurangan maupun penambahan. Mamida mendengarkan curhatanku dengan tampang serius.

"Sarap si Selina. Masa dia ngatain mami murahan? Ga pernah diajarin orang tuanya kali, ya? Pantes aja ga ada sopan santunnya gitu." Mami menggeleng-gelengkan kepalanya setelah menyimak ceritaku.

"Mana sih yang namanya Selina? Coba mami mau liat," sambung mami.

Aku segera mencari instagram milik Selina. Setelah sepuluh menit berkutat dengan handphone, aku berhasil menemukan akunnya. Aku memencet salah satu foto di profilnya. Lalu menunjukkannya pada mami.

"Tampang kayak begini berani ngehina mami?"

"Tampang kayak cabe-cabe-an, kan? Lebih cantik curut ke mana-mana lah, mi."

Mami menggelengkan kepalanya. "Tampangnya cantik, sih. Ga kalah cantik sama kamu. Udah, biarin dia berkembang. Nanti juga kena karmanya. Sana ganti baju, baru makan."

KAMPRET.

Aku berjalan menuju kamarku yang berada di lantai dua. Sambil menghentak-hentakkan kaki dan mencibir di sepanjang jalan. Semua orang benar-benar telah menghancurkan moodku saat ini.

Setelah selesai mengganti pakaian dan makan, aku berbaring di atas kasurku. Baru tiga puluh menit memejamkan mata, nada dering handphoneku berbunyi. Ternyata datangnya dari aplikasi line.

Doi-nya Lova added you as a friend.

"Hah, doi Lova? Siapa sih yang ngaku-ngaku jadi doi gue? Jones kali, ya?"

Doi-nya Lova: Queen

Aku tau dia siapa. Vegi. Siapa lagi yang berani memanggilku queen, selain kang tai Vegi? Ngapain dia mengirim line padaku? Bukannya dia masih marah? Ah, bodo. Mending ga usah dibales.

Doi-nya Lova: Turun ke bawah sekarang, buruan.

Turun ke bawah? Ngapain coba?

Doi-nya Lova: Jangan banyak berpikir dulu, buruan buka pintu rumah lo. Gue di depan rumah lo ini. Nanti gue jelasin.

Dia pikir aku percaya? Kan, acaranya nanti malem. Kenapa dia datengnya jam segini? Lagian, kami sedang bertengkar, bukan?

Doi-nya Lova: Queen sayang. Napasku, separuh jiwaku, tulang rusukku. Bisakah kamu membuka pintu rumahmu? Vegi-mu di sini lelah menanti.

LovaC.: Derita lo. Tapi, lo beneran di depan rumah gue? Ngapain? Acaranya nanti malem, goblok.

Doi-nya Lova: Mau lamaran. Tepatnya, mau ngelamar lo. Udah siap? ❤️

Oh, lamaran.

Tunggu ...

LAMARAN?!

"DASAR VEGI PERRINSO SABLENG, SENGKLEK, GA WARASSSSS!" teriakku sangat-sangat teramat keras dari dalam kamarku. Mungkin teriakanku akan terdengar sampai ke lantai bawah.

Doi-nya Lova: Ga usah teriak gitu, dong. Gue emang ga waras. Ga waras karena tergila-gila sama lo😍

"VEGI SIALAN! TERKUTUK! MATI LO!"

Doi-nya Lova: Aw, mau dong mati. Tapi, mati-nya bareng sama lo, ya. Supaya kisah cinta kita terukir abadi😙

"VEGIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIII!"

Dan itu adalah suara teriakan yang paling dahsyat, yang pernah aku keluarkan.

***

[11 Juni 2016]
-Sinta Dewi-

Continue Reading

You'll Also Like

713 417 26
"Aku bisa buat kamu cinta sama aku, Lyn. Karena aku yakin kamu wanita terbaik buat aku." "Jangan kepedean, Kak. Aku, gak cinta ya sama kamu. Justru p...
1.1M 104K 56
"Jangan lupa Yunifer, saat ini di dalam perutmu sedang ada anakku, kau tak bisa lari ke mana-mana," ujar Alaric dengan ekspresi datarnya. * * * Pang...
MARSELANA By kiaa

Teen Fiction

1.2M 65.7K 52
Tinggal satu atap dengan anak tunggal dari majikan kedua orang tuanya membuat Alana seperti terbunuh setiap hari karena mulut pedas serta kelakuan ba...
1 : Adiksi By S

Teen Fiction

44.8K 4.6K 25
Ketika aku merekam seluruh perasaanku untukmu dalam sebuah kaset, terkadang aku ingin kamu mendengar seluruhnya. Tapi, kurasa kamu tidak ingin dengar...