Long Distance Relationship

Od tikhands

956K 45.3K 2.1K

Mohon Maaf cerita ini akan dihapus untuk diperbaiki secara penulisannya. Jadi nanti akan di publish kembali s... Více

LDR 1
LDR 2
LDR 4
LDR 5
LDR 6
LDR 7
LDR 8
LDR 9
LDR 10
LDR 11
LDR 12
LDR 13
LDR 14
LDR 15
LDR 16
LDR 17
LDR 18
LDR19
LDR 20
LDR 21
LDR 22
LDR 23
LDR 24
LDR 25
Alenta
Lovely Sea

LDR 3

40.9K 2.3K 32
Od tikhands


Lenta berdecak kesal karena sampai saat ini Laut tak membalas kata cintanya. Tuh kan, lebih baik jika dia memang mengimbangi ke-cuek-an Laut di banding ia yang terus-terusan menunjukkan betapa dirinya memang benar-benar sayang dengan pria itu.

"Masih nggak di bales juga?" Kiera meletakkan nampan yang berisi minuman juga cemilan di atas meja. Sepulang dari Kemang tadi mereka langsung menuju rumah Kiera, menurut Kiera, Galih akan sampai di rumahnya lima belas menit lagi. Mereka juga janjian dengan pria itu.

"Sampe dia bales SMS gue yang gue bilang kangen atau sayang sama dia, gue samperin dia ke Bandung saat itu juga." Kiera tertawa keras mendengar penuturan sahabatnya itu.

"Beneran yah? Kalau seandainya Laut bales kata kangen atau sayang lo, lo langsung ke Bandung?" Tantang Viona.

"Iya. Meskipun gue nggak tahu dia ngekost dimana juga bakal gue samperin." Tambah Lenta.

"Tapi tadi pagi dia bilang kangen sama lo, kok lo nggak ke Bandung?" pertanyaan itu datang dari Viona.

"Itu beda. Kan bukan gue yang bilang duluan." Balas Lenta yang kini meneguk orange squash yang disediakan oleh Kiera.

Viona diam-diam memainkan jemarinya di atas ponsel berlayar sentuhnya, ia akan membuat temannya itu membuktikan ucapannya barusan. Senyum manis mengembang di bibirnya saat ia mendapatkan pesan masuk dari seseorang yang baru saja ia kirimkan pesan.

Drrttt... Drrrttt...

Ponsel Lenta yang ada di atas meja bergetar, ketiganya langsung mengarahkan pandangan mereka pada ponsel itu. "Biar gue yang baca." Viona dengan semangat '45 meraih ponsel Lenta, membacakan keras-keras pesan masuk yang diketahui dari Laut itu. "Love you too, Lovely. Muach." Sebuah ciuman diperagakan Viona dengan mencium pipi Lenta langsung.

"Itu serius dari Laut?" Tanya Lenta yang langsung merebut ponselnya dari tangan Viona. Siapa tahu saja Viona bohong, Viona dan Kiera kan paling kompak jika sudah berurusan untuk mengerjainya disaat-saat seperti ini.

From : Laut :3

Love you too, Lovely :*

Wajah Lenta bersemu merah, hatinya benar-benar meletup-letup saat ini, jantungnyapun bekerja tidak normal. Selama mereka jadian, baru kali ini Laut memberikannya emoticon kiss, sebelum-sebelumnya datar tanpa ekspresi.

"Jadi. Hari ini juga lo harus ke Bandung. Lagian, besok kan libur." Kiera mengingatkan apa yang telah diucapkan sahabatnya beberapa menit yang lalu.

"Siapa yang harus ke Bandung?" suara berat dari seorang pria membuat mereka menoleh kearah sumber suara, dan dilihatnya Galih datang bersama dengan gadis yang baru beberapa hari lalu resmi menjadi pacarnya, Beverly, atau biasa disapa Erly.

"Siapa lagi kalau bukan Lenta. Dia kan harus nepatin omongannya dia, kalau Laut sampe bales kata kangen atau sayangnya dia, dia bakal ke bandung saat itu juga dan barusan Laut bales kata sayangnya si Lenta." Jelas Viona dengan senyum yang masih menghiasi bibirnya.

"Terus, lo mau ke Bandung sekarang gitu? Ini udah jam lima sore kali. Mau sampe sana jam berapa?" Tanya Galih dengan ekspresi wajahnya yang super lebay itu.

"Gue kesana nggak sendiri lah, mana berani kesana sendiri. Kalian harus nemenin gue kesana. Nggak mau tahu!" Tegas Lenta. Ia memaksa keempat sahabatnya itu untuk ikut bersamanya.

"Galih aja, gue soalnya ada janji sama Rion anak Bahasa Inggris buat jalan. Lagian, Galih juga udah tahu kostannya si Laut kok." Kiera menolak. Ia tak mungkin membatalkan janji dengan Rion, apalagi selama ini dia menantikan kesempatan untuk dapat kencan dengan Rion dan malam ini adalah kesempatannya, dan dia tak akan menyia-nyiakan itu.

"Nggak mau tahu. Pokoknya kalian ikut semua!" Tegas Lenta sekali lagi. Ia tak mau jika salah satu diantara temannya ada yang tidak ikut. Intinya, semuanya harus ikut menemaninya.

***

Laut baru saja selesai membersihkan dirinya setelah mengerjakan tugas dari kampus. Lumayan buat hari ini. Ehm, tapi dia jadi ingat mengenai SMS dari Viona. Apa iya, kekasihnya itu benar-benar akan menemuinya? Rasanya mustahil, Lenta yang tak pernah bepergian jauh tanpa izin orang tuanya bisa nyasar ke Bandung untuk menemuinya.

Laut meraih ponselnya, mencoba membaca sekali lagi pesan masuk dari Viona tadi sore.

From: Viona

Laut. Mau ketemu Lenta nggak?

Sent : Viona

Emang kalian ada dimana? Bukannya lagi di kemang?

From: Viona

Gue akan buat Lenta malam ini juga ada di Bandung kalau lo bales SMS dia dengan bilang sayang sama dia.

Sent: Viona

Males ah. Paling lo boong.

From: Viona

Udah sih, tinggal SMS doang. Lagian sekali-kali bikin pacar lo seneng kenapa sih? Jadi manusia kok kaya es gitu. Kalau bukan karena gue dan Kiera yang selalu bujuk dia buat bertahan sama lo, gue yakin di kampus Lenta udah punya pacar bahkan udah gonta-ganti. Nggak stuck di lo yang cuek abis kaya bebek.

"Laut." Chacha muncul di ambang pintu kamar kost Laut, ia segera masuk tanpa di persilakan. Laut segera meletakkan ponselnya di samping ia duduk saat ini.

"Kenapa?" Tanya Laut saat Chacha sudah duduk disampingnya.

"Mau curhat sekaligus minta tolong." Chacha memasang wajah super sedih yang ia miliki dan mau tak mau Laut mengangguk meskipun waktu sudah hampir menunjukkan pukul sepuluh malam. Untung saja, ibu kost yang super galak itu hanya sebulan sekali berkunjung untuk mengecek bagaimana kelakuan para penghuni kost meski kediaman beliau dekat dengan rumah kost. "Bayu lagi deket sama Kei, anak kelasan lo itu yang super cantik." Chacha mulai bercerita.

"Terus? Lo cemburu?" Tanya Laut. Laut tahu betul jika Chacha yang baru putus dari Bayu beberapa minggu lalu masih menyimpan perasaan pada Bayu. Chacha mengangguk kecil. Benarkan apa yang ada dipikiran Laut?

"Tenang aja. Gue tahu kok, Kei bukan tipe ceweknya Bayu dan Bayu juga bukan tipenya Kei." Laut mencoba menenangkan.

"Tapi kan, Ut. Cinta bukan karena tipe. Bayu bukan tipe gue, tapi gue malah jatuh cinta sama dia!" Chacha menggelembungkan pipinya. Sadar bahwa cinta bukan hanya melihat dari karakteristik yang telah ditetapkan oleh dirinya sendiri.

"Sekarang, lo mau gimana?" Tanya Laut. Mata Chacha berbinar mendengar pertanyaan itu. Waktunya meminta tolong!

Chacha baru saja akan membisikkan sesuatu pada Laut, namun ia mendengar suara Bayu yang berbicara dengan seseorang. Entahlah itu siapa, yang pasti ia hanya mendengar suara Bayu yang semakin mendekat. Dengan cepat ia mendekatkan wajahnya pada wajah laut. "Ini waktunya lo bantuin gue." Bisik Chacha yang membuat kening Laut berkerut.

***

"Ini kamar Laut. Bentar ya." Bayu berbicara pada sosok gadis cantik disebelahnya. Ia membuka pintu kamar Laut, dan matanya dibuat membulat dengan adegan yang tersaji di dalam sana. bukan hanya Bayu yang membulatkan matanya namun juga gadis di sebelahnya.

"Laa... ut..." Lirih gadis itu dengan suara bergetar. Seolah tersadar, Laut mendorong tubuh Chacha dari dirinya. Tamat sudah riwayatnya! Gadis yang dicintainya kini memandang tak percaya dan penuh kecewa serta luka. Laut bangkit dari duduknya, menghampiri gadis itu yang kini hampir saja menangis. Lenta, ya gadis itu adalah Lenta. Ia baru saja sampai di kost-an Laut, sementara teman-temannya meninggalkannya sendiri di sini, mereka asik pergi ke Bober Café.

Seperti ada bahaya saat Laut mendekatinya, Lenta memutar tubuhnya dan segera berlari menjauhi Laut yang semakin dekat. Bayu sendiri menatap tak percaya mantan kekasihnya. Tak menyangka jika gadis yang pernah dicintainya itu mampu melakukan hal menjijikkan tersebut.

Chacha menundukkan kepalanya, bukan rasa cemburu yang biasa diperlihatkan Bayu padanya namun sebuah tatapan jijik yang dilihatnya di bola mata berwarna hitam pekat itu. Chacha jadi merasa bersalah dengan Laut. Ini semua gara-gara dirinya. Dan ia merasa malu pada Bayu.

Sementara itu, Laut masih mengejar Lenta yang baru saja keluar dari pintu gerbang kost-annya. Dilihatnya gadisnya itu akan menyebrang, namun dari arah kiri, terdapat motor yang sedang melaju dengan kecepatan tinggi, buru-buru ia meraih lengan Lenta, membawanya masuk ke dalam pelukannya dan di saat bersamaan motor itu melewati mereka.

Ah. Lenta sebeneranya membenci situasi ini. Rasanya seperi drama. Adegan seperti ini kerap dibacanya di berbagai cerita dalam novel maupun cerita pendek online, namun entah mengapa air mata yang coba ditahannya seolah keluar begitu saja seperti dalam adegan yang pernah dibacanya. Nyatanya rasanya lebih menyakitkan dibanding sekedar membacanya.

"Lo mau mati?" Tanya Laut ketus, ia menatap Lenta yang sudah melepaskan diri dari pelukannya bahkan gadis itu berusaha untuk melepaskan tangannya yang masih melekat di lengan Lenta.

"Apa perduli lo kalau gue mati?" Balas Lenta, air matanya masih setia mengalir di kedua pipinya, membuatnya benar-benar terlihat lemah di depan Laut. Namun, ia tak mau laki-laki di depannya itu benar-benar menganggapnya lemah, dengan suara keras yang baru saja dikeluarkannya setidaknya ia masih terlihat kuat.

"Gue sayang sama lo! Ngerti nggak?!" suara Laut tak kalah keras dari Lenta membuat nyali Lenta sedikit menciut. Ia menundukkan kepalanya, mencerna apa yang baru saja di katakan oleh laut. "Gue sayang sama lo Len, jadi gue nggak mau lo kenapa-napa." Suara Laut lebih lembut, diraihnya dagu gadisnya, membawanya untuk balas menatap matanya.

"Lo bohong Laut kalau lo sayang sama gue! Lo nggak mungkin kissing sama cewek itu kalau lo emang sayang sama gue." Lirih Lenta. Laut menggeleng kecil, menampik anggapan dari Lenta.

"Ikut gue. Gue jelasin semuanya." Tanpa persetujuan dari Lenta, Laut membawa gadis itu kembali masuk ke dalam kost-annya dan menaiki anak tangga, dilihatnya Bayu yang baru saja akan turun ke lantai dasar. Bayu tersenyum tipis pada Laut juga Lenta, Laut membalas senyum itu begitupun dengan Lenta. Laut tahu, bagaimana sahabatnya itu mengetahui semua perasaannya pada gadis yang digandengnya dan gadis yang tertangkap basah sedang berciuman dengannya di kamar tadi. Sehingga, senyum itu masih tersungging manis di wajah tampan Bayu. Mereka sudah saling mengenal sejak awal masuk SMA, jadi tak ada keraguan di hati Bayu mengenai sosok Laut. Toh prinsipnya selama ini adalah 'tidak boleh ada masalah dengan sahabat mengenai cinta'.

Laut membawa Lenta masuk ke dalam kamarnya, mendudukkan Lenta di atas ranjang kamarnya, ia duduk di sebelah Lenta. Ditatapnya wajah gadis itu, masih mengeluarkan mata airnya ternyata. Dengan lembut, Laut menghapus sisa air mata yang ada di kedua pipi Lenta, memberikannya sebuah senyum manis pada kekasihnya itu. "Chacha minta tolong sama gue buat bikin Bayu cemburu, dan kebetulan tadi ada suara Bayu yang mau kekamar jadilah ada adegan yang lo liat tadi." Jelas Laut setelah Lenta bisa mengendalikan air matanya.

"Tapi lo nikmatin!" Ketus Lenta, membuat Laut terkekeh dibuatnya. Gadisnya ini memang terlihat lucu jika sedang cemburu.

Laut menarik Lenta untuk lebih dekat dengannya, tangan kirinya yang terbebas dari pinggang Lenta, mengangkat dagu Lenta dengan lembut. Ia mendekatkan wajahnya pada wajah Lenta. Semakin terkikis jarak diantara mereka, sampai akhirnya Lenta merasakan sebuah sentuhan hangat dibibirnya.

Lenta menegang, ini pertama kalinya selama hampir delapan belas tahun hidupnya seorang lelaki menjamah bibirnya dengan bibir lelaki yang menyandang status sebagai kekasihnya. Kekasih-kekasihnya dulu maksimal hanya bisa mencium kening atau pipinya, tidak akan diizinkannya untuk menyentuhnya lebih dari itu.

Tapi sekarang? Lenta malah hanya diam saat bibir Laut bermain apik di bibirnya, membiarkan bibir Laut menjamah setiap bagiannya. Laut menarik bibirnya dari bibir Lenta, membiarkan gadis itu untuk menguasai dirinya yang sempat menegang. "Nggak usah tegang. Gue tahu, ini ciuman pertama lo, kan?" Laut menyeringai, membuat Lenta mengembangkan kedua pipinya. Sementara matanya yang sipit menatap tajam pria yang masih merangkul pinggangnya.

"Dan lo berani-beraninya ngambil itu dari gue! Padahal gue udah berniat buat nggak ngasih ciuman pertama gue untuk siapapun kecuali sama cowok yang udah sah jadi suami gue nanti!" Lenta menyentakkan tangan Laut yang melingkar di pinggangnya tadi. Ia bangkit dari duduknya dan berdiri di hadapan Laut.

Laut menatap seolah ia takut pada omelan Lenta. Padahal, ia sangat senang Lenta sudah kembali menjadi Lenta yang dikenalnya. "Nanti kalau yang jadi suami lo bukan gue, lo bilang aja maaf sayang ciuman pertama aku sama cowok yang sampai saat ini masih ada di dalam hati aku juga." Saran Laut yang mendapat sebuah pukulan pada bahunya. Laut malah terkekeh seolah pukulan yang lumayan kencang itu merupakan sebuah sentuhan lembut dari tangan kekasihnya. "Lagian, gue juga meragukan kalau suami lo nanti bukan gue. Yang pasti, gue udah janjian sama Allah buat nulis nama gue di daftar jodoh lo." Kata Laut mulai ngaco.

"Mau lo!" Sungut Lenta, membuat Laut menarik gadisnya itu lebih mendekat. Ia benar-benar merindukan Lenta. Empat bulan tak bertemu membuat rasa rindu itu ternyata benar-benar bersarang dihatinya.

Lenta bangkit dari duduknya, ia menunduk untuk melihat Lenta yang menatapnya dengan kepala mengadah. "Emang." Kata Laut cepat dan berhasil menciptakan blush on alami di kedua pipi Lenta.

t

Pokračovat ve čtení

Mohlo by se ti líbit

5.6M 298K 57
Tanpa Cleo sadari, lelaki yang menjaganya itu adalah stalker gila yang bermimpi ingin merusaknya sejak 7 tahun lalu. Galenio Skyler hanyalah iblis ya...
2.4M 116K 54
Mari buat orang yang mengabaikan mu menyesali perbuatannya _𝐇𝐞𝐥𝐞𝐧𝐚 𝐀𝐝𝐞𝐥𝐚𝐢𝐝𝐞
1.4M 70.7K 52
Rasa cinta terlalu berlebihan membuat Lia lupa bahwa cinta itu tidak pernah bisa dipaksakan. Rasanya ia terlalu banyak menghabiskan waktu dengan meng...
21.9K 3.1K 66
Just a fictional story that is in the mind of the author Each story has a different number of chapters all pict credit : pinterest update day : rando...