Gently Embraced [WBS #2 | SUD...

By anavetj

2.2M 124K 3K

[COMPLETED] Part 1 - 7 : Public Part 8 - End : Private GENTLY EMBRACED Book #2 in The Whittaker Broth... More

GENTLY EMBRACED
INTRO
Gently Embraced - Ch. 1
Gently Embraced - Ch. 2
Gently Embraced - Ch. 3 (Rated)
Gently Embraced - Ch. 4
Gently Embraced - Ch. 5
Gently Embraced - Ch. 6
Gently Embraced - Ch. 8
Gently Embraced - Ch. 9
Gently Embraced - Ch. 10
Gently Embraced - Ch. 11
Gently Embraced - Ch. 12 (Rated)
Gently Embraced - Ch. 13
Gently Embraced - Ch. 14
Gently Embraced - Ch. 15
Gently Embraced - Ch. 16
Gently Embraced - Ch. 17
Gently Embraced - Ch. 18
Gently Embraced - Ch. 19
Gently Embraced - Ch. 20 [End]
Gently Embraced - Epilogue
Pengumuman
INFO PENGHAPUSAN + PO + PEMENANG GIVEAWAY
OPEN PRE ORDER

Gently Embraced - Ch. 7

94.3K 5.9K 171
By anavetj

Alastair melambaikan tangannya pada Rhys dan Emma yang berjalan keluar dari airport. Keduanya baru saja kembali dari bulan madu mereka. Dua minggu berlibur jelas memberikan Rhys aura sehat dan bahagia.

"How's Bahama?" Tanya Alastair ketika kedua orang itu sudah berada di dekatnya.

"We could stay longer." Jawab Emma berseri-seri.

"Benarkah? Kurasa kita terlalu banyak mengunci diri di kamar hotel." Timpal Rhys yang langsung mendapat sikutan tangan Emma di perutnya.

"Jaga kelakuanmu, mister atau kau akan merasakan terkunci di luar hari ini." Ancam Emma dengan tatapan yang dibuat serius.

Rhys menarik Emma ke dalam rangkulannya dan berbisik, "hmm, kau yakin? Dua minggu ini kau tidak bisa tidur tanpa sentuhanku, ingat?"

Wajah Emma memerah ketika Alastair berdeham. Bisikkan Rhys jelas terdengar sampai ke telinga pria itu.

"Okay, hentikan sebelum aku muntah." Komentar Alastair.

Rhys tertawa sementara Emma mendorongnya menjauh dan naik ke dalam mobil yang sudah menunggu. Rhys kemudian duduk di kursi depan penumpang dan Alastair berada di balik kemudi.

"Jadi, dimana aku harus menurunkan kalian?" Tanya Alastair ketika mereka sudah meninggalkan area bandara.

"Ke rumah Ma dan Pa, please." Jawab Emma. "Kami harus menjemput Micaela di sana."

Alastair mengangguk. Ia dapat mendengar nada rindu yang tersirat dalam kata-kata Emma. Melirik rearview mirror, tatapan mereka bertemu dan Emma tersenyum padanya.

"Omong-omong, kami bertemu Lisa di sana." Rhys berkata, mengalihkan pandangan Alastair kepada pria disampingnya.

Lisa. Nama itu masih bisa membuat jantungnya melompat. Sudah tiga tahun berlalu, tapi Alastair sepertinya tidak pernah bisa benar-benar melupakan Lisa.

"O yah?" Responnya acuh.

Rhys tidak menyadari perubahan ekspresi Alastair dan berkata, "ya, dia bersama dengan tunangannya di sana. Hey, aku tidak pernah diberitahu alasan kalian putus."

Alastair tidak menjawab namun tangannya mencengkram roda kemudi lebih erat. Mendengar bahwa Lisa bertunangan secara mengejutkan tidak menimbulkan rasa sakit dalam hatinya. Hanya saja ada sesuatu yang masih mengganjal di sana.

Rhys memutar tubuhnya sedikit untuk melihat Alastair yang masih diam. Melihat ekspresi Alastair, Rhys tau ia menanyakan sesuatu yang masih merupakan topik sensitif.

Melirik Emma yang duduk di bangku belakang, Rhys mendapat delikkan mata wanita itu dan Emma menggelengkan kepala mengisyaratkannya untuk berhenti berbicara.

Sisa perjalanan dilalui dengan suasana canggung dan perbincangan kecil yang tak berarti.

Pada saat Emma menginjakkan kakinya di tempat parkir kediaman Whittaker, wanita itu langsung melesat cepat dan masuk ke dalam rumah tidak menghiraukan umpatan kesal Rhys yang menyuruhnya untuk lebih berhati-hati mengingat usia kandungannya yang baru berjalan 3 bulan.

"Kurasa ia terlalu merindukan Micaela," ucap Alastair sambil melangkah masuk ke ruang tamu dimana Emma sudah sedang memangku Micaela dan menciuminya.

Disampingnya duduk Isabel dan Howard yang sedang membaca koran paginya.

"Akhirnya kalian kembali!" Isabel menarik tubuh Rhys dan memeluknya sesaat.

"Yeah," desah Rhys dan kemudian berpaling kepada kedua wanita di hidupnya.  "Hey, baby girl."

"Daddy!" Micaela mengulurkan kedua tangannya dan mulai melompat-lompat.

Rhys langsung mengangkat tubuh kecil Micaela dan menggendongnya. "Kau harus berhenti melakukan hal itu, sweetheart. Ada adik bayi di perut Mommy sekarang, kau ingat?" Dengan wajahnya, Rhys mulai menggelitiki perut Micaela.

Suara tawa nyaring Micaela memenuhi ruang tamu dan Alastair hanya bisa berdiri di sana dan memandang mereka. Ia turut merasakan kebahagiaan Rhys, tapi entah mengapa ia juga merasa kekurangan setelah menyaksikan seberapa besar kebahagiaan itu.

"Perkumpulan keluarga dan tidak ada yang mengajakku?" Cameron muncul dari balik dinding sambil mengayunkan kantong kertas di tangannya. "Siapa yang mau cupcake?"

"Aku! Aku!" Teriak Micaela sambil menggeliat turun dari gendongan ayahnya.

Cameron membiarkan Micaela mengambil kantong tersebut. Ia memang hanya membeli beberapa untuk Micaela, sangat mengetahui anak itu menyukai cupcake.

"Aku akan pergi ke kantor sekarang." Alastair berkata tiba-tiba.

"Sekarang?" Isabel melirik jam di dinding. "Kau masih punya cukup waktu untuk sarapan, bukan?"

Alastair melangkah mundur, terlihat sedikit tidak fokus. "Uh, ada beberapa dokumen penting yang butuh perhatianku segera."

Cameron menaikkan alisnya bingung.

"Oh?" Isabel menatap anaknya curiga sementara Cameron tidak berkata apa-apa.

Alastair membalikkan badan dan pergi begitu saja. Dibenaknya, ia harus melakukan sesuatu tentang situasinya dengan Jess.

"Katakan apa yang kau ketahui." Perintah Isabel pada Cameron setelah Alastair hilang dari ruangan.

Cameron memasang tampang polosnya dan menganggat bahu acuh. Ia tahu dengan pasti bahwa Isabel sama sekali tidak mempercayai aktingnya itu.

"Mungkin ini salahku." Ucap Rhys tiba-tiba menarik perhatian Isabel. "Aku tadi menyinggung soal Lisa. Aku bertanya alasan di balik perpisahan mereka."

Rhys mendapat pukulan di kepalanya dari Isabel. Meskipun tidak sakit sama sekali karena Isabel bukan memukul melainkan lebih kearah mendorong pelipisnya, Rhys tetap meringis.

"Kenapa kau melakukannya?" Erang Isabel sebal.

"Well, kami bertemu dengannya di Bahama dan aku tiba-tiba teringat bahwa aku tidak tahu permasalah apa yang menyebabkan hubungan mereka berakhir. Kukira, karena sudah tiga tahun berlalu, Al sudah melupakannya." Jelas Rhys dengan tampang menyesal.

Isabel mendesah dan kembali duduk di posisinya semula. Howard sudah melipat korannya sedari tadi dan hanya menyimak pembicaraan di depannya. Ia mengelus lengan Isabel, mengetahui bahwa istrinya pasti sedih melihat luka Alastair yang kembali terbuka.

"Aku minta maaf, Ma. Aku tidak bermaksud untuk membuka luka lama." Rhys berlutut di hadapan Isabel dan meremas lengan ibunya itu.

Isabel tersenyum sedih. "Tidak apa-apa. Kurasa ini juga keteledoranku tidak memberitahumu alasan mereka mengakhiri hubungan mereka."

"Apakah karena Lisa berselingkuh? Aku tidak menyukainya sejak pertama kali bertemu dengan Lisa. Terlihat jelas ia mengincar harta Alastair, tapi aku tidak pernah mengerti kenapa Alastair tidak bisa melihatnya."

Howard menggelengkan kepala. "Bukan karena itu. Kau tahu bagaimana mereka bertunangan dan lainnya. Lisa menyalahkan Alastair karena dirinya tak kunjung hamil. Wanita itu berkata ia sudah memeriksakan diri ke dokter dan kondisinya baik-baik saja sehingga pasti merupakan kesalahan Alastair dirinya tak pernah mengandung. Dan karena alasan itulah Lisa memutuskan pertunangan mereka."

Rhys memandang ayahnya, setengah berharap bahwa tiba-tiba saja seseorang akan berkata bahwa Howard hanya bercanda.

"Tapi, itu argumen konyol!" Seru Rhys ketika tidak ada yang berkata-kata lagi.

Kini giliran Isabel yang menepuk tangan Rhys. "Kau bisa melihatnya dan begitu juga kami, tapi tidak Alastair. Ia menelan mentah-mentah ucapan Lisa dan bahkan tidak menyadarinya juga ketika satu minggu kemudian wanita itu berkencan dengan pria yang lebih kaya."

"Damn, wanita itu sengaja menghancurkan harga diri Alastair." Gumam Rhys marah.

"Tidakkah ia memeriksakan diri ke dokter?" Tanya Emma sambil membersihkan tangan dan mulut Micaela yang kotor karena cupcake.

Howard dan Isabel menghela napas bersamaan. "Tebakkan ku adalah tidak." Jawab Howard.

Sumpah serapah yang keluar dari bibir Cameron mengalihkan pandangan mereka pada putera bungsu Whittaker itu. Cameron berjalan mondar mandir dan bertanya, "jadi, maksud kalian, selama ini Alastair beranggapan bahwa dirinya mandul hanya berdasarkan tuduhan Lisa?"

Isabel dan Howard mengangguk.

Cameron kembali mengumpat mendapatkan jawaban mereka.

"Hentikan, jangan mengumpat di hadapan Micaela." Ucap Emma sebelum bertanya dengan tenang, "ada apa, Cam?"

"Aku mengira ia sudah memeriksakan diri ke dokter sehingga merasa yakin bahwa dirinya tidak akan bisa memiliki anak. Tapi, jika ternyata ini semua hanya asumsinya maka ia dalam masalah besar."

Isabel berdiri dan melangkah mendekati Cameron dengan wajah resah. "Masalah besar?"

Cameron memandang kedua orang tuanya dan sekali lagi mengumpat yang langsung mendapat tatapan tajam Emma.

"Maaf, Emma." Ucap Cameron dengan nada malu.

"Jangan ulangi lagi. Micaela bisa terkontaminasi perkataanmu." Emma memeringatkan sekali lagi.

"Jadi, mau memberitahu kami tentang masalah besar itu?" Tanya Howard pada Cameron.

Cameron menggeleng dan berkata, "bukan masalah besar yang perlu kalian khawatirkan. Hanya saja, ada wanita yang mendatangi Alastair dan mengaku bahwa ia sedang mengandung bayinya. Dan Alastair mengusirnya."

Isabel terkesiap. Dengan kedua tangannya, ia menutup bibirnya yang sedikit terbuka karena terkejut.

"Dimana wanita itu?" Tanyanya cepat.

Cameron menggeleng tidak tahu. "Aku rasa ia pelayan di Indigo, atau paling tidak pernah bekerja di sana karena aku pernah melihatnya mengenakan seragam Indigo."

Isabel menepuk tangannya sekali setelah mencerna penuturan Cameron kemudian tersenyum manis, terlalu manis sehingga membuat Cameron khawatir.

"Don't say it." Ujar Cameron dengan nada tertahan.

Isabel menyilangkan tangannya dan menaikkan sebelah alisnya memandang Cameron.

Cameron menghela napas dan melemparkan kepalanya ke belakang. "Fine," ucapnya panjang. "Aku akan mencari tahu tentang wanita itu, tapi aku tidak mau bertanggung jawab jika Alastair marah."

Isabel memekik senang dan memeluk Cameron yang hanya bisa pasrah.

***

Thankyou loveliest atas komen-komen kalian yang menyegarkan di chapter sebelumnya dan maaf telah membuat kalian kesel sama Al. Hehehe.
Mudah-mudahan kalian bisa puas dengan buffering chapter kali ini dan sabar menunggu kelanjutannya yah.
Ciao~

Continue Reading

You'll Also Like

5.8M 92.1K 23
#1 LastStandingNation Ketika kebangkrutan melanda keluarganya, Livy terpaksa tinggal bersama teman ayahnya, keluarga Ackles. Arthur Ackles yang kaya...
2.2M 132K 50
17+ (Cerita sudah diterbitkan secara self publish. Tersedia juga di google playbook) Tristan, pria pendiam yang memiliki masa lalu kelam di hadapkan...
5.2M 193K 48
[BOOK 1 of Golden Family] Ketika rasa peduli dan sakit berubah menjadi cinta tak bersyarat. Seorang wanita harus mengalami pahitnya kehidupan ketika...
1.7M 88.3K 26
Peristiwa pembunuhan kedua orang tuanya, membuat Romeo bersikap waspada. Ia pun menyewa seorang bodyguard terlatih untuk melindungi saudara kembarnya...