I SWEAR

By ShellaRizal12

82.8K 6K 143

Yunho benci Jaejoong. Benci sekali. Dan Yunho telah bersumpah bahwa ia akan terus membuat Jaejoong menderita... More

02
03
04
05
06
07 - end-

01

16K 884 18
By ShellaRizal12

PART 1.

  "MEMALUKAN!!"

DUGG!

  "BAGAIMANA BISA KAU KALAH DARINYA EOH?!"

DUGG!

  "AKU MALU MEMILIKI PUTRA SEPERTIMU, JUNG YUNHO!!"

BRAKK!

Namja tampan itu meringis merasakan nyeri yang sangat kuat di punggungnya. Wajahnya memar. Bibir dan pipinya meneteskan darah segar. Yunho memilih untuk menundukkan wajahnya dari tatapan tajam penuh emosi milik Appanya. Jung Jinki mendecih.

Ia meraih vas bunga di atas meja dan melemparnya mengenai dinding di samping Yunho. Membuat beberapa pecahan vas antik tersebut menggores kulit lengan putra tunggalnya. Namja bermata bulan sabit itu mendudukkan dirinya di sofa. Memandang angkuh putranya yang babak belur.

  "Tidak pernah ada keturunan Jung yang lemah dan bodoh sepertimu, Yunho! Kau benar-benar memalukan nama keluarga!" Maki Jinki kesal.

Yunho mendengus. Menahan berbagai emosinya yang menggumpal. Ia mencengkram erat kedua kepalan jemari tangannya. Nafasnya tercekat. Dengan kedua bola matanya yang berkaca-kaca.

Marah.

Sedih.

Kecewa.

Semuanya bercampur menjadi satu. Yunho memejamkan matanya pelan. Membiarkan telinganya kembali mendengar ocehan penuh sindiran dari Appanya.

  "Sejak kecil kau tidak pernah bisa membanggakanku sedikit saja! Selalu mendapatkan juara dua di mana pun kau berada, bagaimana bisa kau membiarkan Kim Jaejoong selalu memimpin huh? Kau lemah!"

Yunho menggertakkan giginya. Mendengar nama itu membuatnya semakin tidak bisa menahan diri. Namja tampan itu beranjak bangun dari duduknya. Ia membungkuk kepada Appanya yang kini menghisap cerutu mahalnya. Kemudian ia berbalik dan melangkah menaiki tangga dan memasuki kamarnya.

BLAMM!

Pintu besar itu terbanting keras oleh Yunho.

  "AARRRGGHHH!!"

Namja tampan itu berteriak lantang. Melampiaskan emosinya seraya membanting apa saja yang ada di dekatnya. Marahnya membuncah. Perasaan dendam yang telah ada sejak ia kecil semakin memupuk. Membuat hatinya sakit dan perih. Yunho merebahkan punggungnya di atas ranjang.

Membiarkan air matanya menetes dalam diam. Ia mencengkram erat seprai putihnya.

Huh.

Selalu seperti ini. Tidak pernah berubah. Yunho dan Jaejoong satu sekolah sejak mereka SMP. Mereka bukan teman, saling mengenal saja tidak. Tapi Yunho sangat membenci namja cantik itu.

Yah.

Yunho membencinya karena Jinki. Appanya selalu merendahkan dirinya dan memaki-maki dirinya setiap hari pembagian rapor bulanan dari sekolah. Yunho sudah berusaha sekuat mungkin untuk menjadi yang nomor satu di mata Appanya. Tapi semuanya seakan mimpi untuk diwujudkan.

Karena namja cantik itu.

Kim Jaejoong.

Ia selalu menjadi juara satu setiap kali pembagian rapor. Nilai-nilainya bahkan melampaui batas standar tertinggi di Korea Selatan. Membuat Jinki marah pada putranya yang dianggapnya bodoh dan lemah. Selalu memukulinya dengan penuh emosi sampai terkadang namja tampan itu pingsan di hadapannya. Yunho benar-benar membenci namja cantik itu seumur hidupnya.

Ia benci Jaejoong yang telah membuat Appa membencinya. Ia benci Jaejoong yang telah membuat Appa tidak pernah menyayanginya. Ia benci Jaejoong yang telah membuat dirinya kehilangan masa remaja yang seharusnya menyenangkan.

Yunho menghabiskan hampir seluruh waktunya untuk belajar, belajar dan belajar. Tapi ia tidak pernah menang.

  "Kim Jaejoong, aku bersumpah akan membuatmu menderita seumur hidupmu!" Desis Yunho berbahaya.

Namja tampan itu memejamkan mata musangnya. Menghembuskan nafasnya panjang. Tidak, tidak hanya Kim Jaejoong. Jung Jinki juga turut andil dalam dendamnya yang besar. Namja bermata bulan sabit itu telah menginjak harga dirinya. Ia selalu menorehkan luka pada tubuhnya. Dan selalu meremehkan kemampuannya.

Ia bukan seorang Appa. Jung Jinki tidak pernah bertindak layaknya seorang Appa yang normal. Ia adalah lelaki penuh ambisi untuk menjadi yang nomor satu dalam segala hal. Tidak peduli walau ia telah menyiksa anak kandungnya sendiri.

  "Jung Jinki, aku juga bersumpah, aku akan membunuhmu dengan tanganku sendiri!" Geram Yunho penuh emosi.


-------


  "Appa, tolong tanda tangani raporku"

  "Appa sibuk, besok saja"

Jaejoong menundukkan wajahnya kecewa. Selalu begini. Selalu saja seperti ini. Appanya pasti akan berdalih kalau ia sibuk dan berkata besok, besok, dan besok. Tapi pada akhirnya Park Jungsoo sang kepala pelayanlah yang selalu menandatangani rapornya. Namja cantik itu meninggalkan rapornya di atas meja. Kemudian ia berbalik dan menaiki tangga memasuki kamarnya.

Jaejoong menghembuskan nafas panjang seraya merebahkan punggungnya di ranjang. Mata bulatnya menatap puluhan piala yang berjejer di sudut kamar.

Huh.

Jaejoong tersenyum miris. Seingatnya dulu ia tidak pernah mendapatkan juara apa pun di sekolah. Tapi mendadak namanya dipanggil sebagai juara satu sejak saat itu. Saat di mana ia tenggelam akan trauma masa remajanya.

CKLEK.

Jaejoong menoleh. Menatap adiknya, Kim Junsu, yang kini memasuki kamarnya. Namja imut itu membawa sepiring kue kering. Ia tersenyum lebar dan duduk di pinggir ranjang.

  "Hyung, kue ini sangat enak" Ujar Junsu riang.

Jaejoong tersenyum kecil mendengarnya. Ia beranjak duduk dan mengambil satu kue dari piring. Mengunyahnya dalam diam. Mata bulatnya terus memandangi Junsu yang duduk di sampingnya.

Ah.

Betapa beruntungnya namja imut itu. Ia memiliki sifat yang riang. Ramah pada siapa pun. Banyak teman. Dan terlebih lagi, ia tidak memiliki masa remaja yang kelam. Terkadang Jaejoong ingin menjadi Junsu saja.

Ia benci dirinya.

  "Selamat Hyung, kau juara satu lagi" Ujar Junsu tertawa.

  "Umm, gomawo" Balas Jaejoong tersenyum.

  "Dan Yunho Hyung juara dua ani?"

Jaejoong mengangguk. Perlahan pipinya memerah.

Aigoo.

Junsu sangat menyukai rona imut ini.

  "Hyung, kau malu" Tawa Junsu geli.

  "Aish Kim Junsu!" Erang Jaejoong kesal.

  "Hahahaha, Hyung, sampai kapan kau akan menjadi secret admirer-nya Yunho Hyung? Kau menyukainya sejak 3 tahun yang lalu!"

  "Itu urusanku, Kim Junsu!"

  "Arra, arra, itu urusanmu"

Jish.

Jaejoong mendecak sebal dan kembali berbaring di atas ranjang. Tidak mengacuhkan Junsu yang terkikik gemas di sampingnya. Adiknya yang satu itu selalu menggodanya dengan membawa-bawa nama Jung Yunho.

Well, Junsu memang benar.Ia menyukai namja tampan itu sejak dulu. Jaejoong jatuh cinta ketika melihat Yunho bermain basket di lapangan sekolah waktu itu. Dan ia memilih untuk membungkam perasaannya dari siapa pun kecuali Junsu sejak masa-masa kelam menjelang ujian kelulusan sekolahnya.

Yunho tidak mengenalnya. Yunho tidak pernah berbicara dengannya. Yunho tidak peduli padanya. Itu adalah alasan sekunder kenapa Jaejoong memilih untuk diam. Dan memang menurutnya lebih baik diam dari pada mengungkapkan perasaannya secara terang-terangan.

  "Hyung, aku ada tugas, bantu aku ne?"

Jaejoong mendesah. Ia mengangguk.


-------


Bel masuk berdentang keras di seluruh koridor sekolah. Para siswa-siswi beranjak memasuki kelas masing-masing. Termasuk Jaejoong dan Junsu yang berbeda kelas. Namja cantik itu menahan nafasnya setiap kali ia menginjakkan kaki di kelasnya. Mata bulatnya selalu melirik sosok tampan yang duduk di pojok kelas diam-diam. Yunho sedang membaca buku di sana.

BRUKK.

Jaejoong duduk di kursinya. Menundukkan wajah mencoba mengasingkan diri dari anak-anak kelasnya. Sementara teman-teman sekelas Jaejoong memang tidak ingin menyapa atau berbicara pada namja cantik itu. Jaejoong terlalu angkuh di mata mereka. Ia sombong karena dirinya pintar. Bahkan namja cantik itu selalu mengacuhkan mereka setiap kali mereka mendekat.

  "Anyeong haseyo, yeoreobun"

  "Anyeong haseyo, Songsaenim!"

Namja bermata kodok itu tersenyum kecil. Ia segera menaruh barang-barangnya di atas meja dan membuka buku teksnya. 

  "Selamat untuk hari pembagian rapor bulanan kemarin, anak-anak" Ujar Minho.

Ia tersenyum seraya menyibak halaman buku absensinya.

  "Seperti yang kita tahu, tidak lama lagi akan diadakan ujian kelulusan, dan kalian harus mengumpulkan nilai tugas kelompok menjelang hari tersebut"

Para siswa-siswi mengeluh tidak senang. Ah, mereka benci tugas kelompok. Minho Songsaenim pasti akan memberikan tugas yang sangat sulit seperti biasanya. Namja bermata kodok itu semakin melebarkan senyum mautnya. Ia senang melihat para muridnya menderita.

Hahaha.

  "Songsaenim akan membagi kelompok hari ini, setiap kelompok beranggotakan dua orang, dan dilarang memprotes" Ujar Minho lagi.

Anak-anak kelas berdecak kesal. Mereka mengeluarkan buku catatan dan bersiap mencatat nama teman sekelompok masing-masing.

  "Kelompok satu, Park Sooji dan Lee YoonHyuk. Kelompok dua, Lee Yunji dan Lee SeoHea"

Suasana kelas hening. Hanya terdengar suara langkah kaki milik sang guru.

  "Kelompok tiga, Hwang Chansung dan Park Seongrin. Kelompok empat, Park Yeonshin dan Park Yoohwan. Kelompok lima, Jung Yunho dan Kim Jaejoong"

DEG.

Kedua mata Jaejoong membulat sempurna. Nafasnya tercekat. Pensil yang digenggamnya terjatuh tanpa sadar. Omo. Jantungnya berdebar kencang. Sementara Yunho terdiam. Ia menolehkan wajahnya. Menatap tajam Kim Jaejoong yang menunduk di sana.

Heh.

Yunho menyeringai lebar.


-------


Bel pulang berdering nyaring. Jaejoong menghembuskan nafas panjang dan menutup buku catatannya. Namun kemudian gerakannya terhenti. Ketika seseorang membanting buku yang sangat tebal di atas mejanya.

  "Referensi tugas yang diberikan Minho Saenim ada di sana. Aku mau kau rangkum dan menyerahkannya kepadaku besok"

Jaejoong mengangkat wajahnya. Terkejut mendapati Yunho yang kini berdiri di sana. Namja cantik itu terlalu gugup dan kaget, hingga ia hanya bisa terdiam merespon Yunho. Membuat namja tampan itu berdecak, mengira Jaejoong benar-benar angkuh padanya.

Cih.

Menjijikkan.

  "Buat dalam bentuk makalah dan aku ingin setiap jenis tulisan per-babnya berbeda"

Setelah itu Yunho beranjak pergi keluar kelas. Meninggalkan Jaejoong yang menghembuskan nafas panjang.

Ah, malam ini sepertinya ia tidak akan tidur.

  "Hyung!"

Jaejoong menoleh, menatap Junsu yang menghampiri dirinya. Namja cantik itu segera membereskan barang-barangnya dan meraih tas sekolahnya.

  "Kajja"

  "Hyung, hari ini ada anak pindahan di kelasku, namanya Park Yoochun"

  "Hmm?"

  "Ia benar-benar lucu, Hyung, bahasa Koreanya berantakan, hahahaha"

  "Pindahan dari mana?"

  "Virginia, Hyung, itu di daerah mana ya?"

  "Bukan daerah, Kim Junsu, itu negara"

  "Jauh tidak Hyung?"

  "Molla, kenapa kau tidak pergi saja ke sana dan ukur berapa jaraknya dari rumah?"

  "Hyung!"

Jaejoong terkekeh. Ia mengacak rambut adiknya dan memasuki mobil mereka.

  "Jjong Jussi, Appa di rumah?"

Supir berwajah tampan itu menganggukkan wajahnya. Ia melirik Junsu dari kaca spion tengah.

  "Ne, Tuan Besar bersama rekan kerjanya di rumah"

  "Oh ne? Siapa?"

  "Hmm, Tuan Choi Siwon"

DEG.

Tubuh Jaejoong mendadak kaku. Mata besarnya membelalak. Ia menoleh menatap Junsu yang juga terkejut. Namja imut itu menggenggam jemari Hyungnya yang kini bergetar ketakutan.

  "Jjong Jussi, antarkan kami ke La Pomme saja, jemput kami kalau teman Appa sudah pulang" Ucap Junsu cepat.

Jonghyun menaikkan alisnya. Ia mengangguk patuh dan mengalihkan kemudinya.

  "Hyungie, tenanglah, tidak apa, ada aku di sini" Bisik Junsu lirih.

Jaejoong menundukkan wajahnya. Ia menggigit bibirnya menahan tangis. Bahkan hanya mendengar namanya saja sudah membuatnya sangat ketakutan. Keringat dingin mengalir di pelipisnya. Punggungnya terasa dingin. Jaejoong benar-benar ketakutan.


-------


SSRAK!

  "Tulis ulang, makalah ini benar-benar payah" Ucap Yunho seraya merobek makalah yang diberikan namja cantik itu.

Jaejoong menahan nafasnya. Menatap nanar referensi tugas kelompok yang dikerjakannya semalaman penuh hancur begitu saja. Namja cantik itu masih terdiam. Membuat Yunho mendengus.

  "Apa lagi yang kau tunggu? Kutip!" Ujar Yunho membentak.

Jaejoong terkejut. Ia segera berlutut dan mengumpulkan sobekan-sobekan makalahnya.

  "Belikan aku roti cokelat di kantin, aku lapar"

  "T-Tapi Yunho ah---"

  "Kau mengatakan sesuatu, Kim Jaejoong?"

Jaejoong menggeleng. Ia segera berlari keluar kelas setelah mengumpulkan sobekan makalahnya. Namja cantik itu mengerutkan dahinya bingung. Kenapa ia merasa takut berada di dekat Yunho? Padahal selama ini ia selalu berdebar-debar melihat namja tampan itu dari jauh. Sementara itu, Yunho menyandarkan punggungnya di kursi. Kelas sedang kosong. Anak-anak berada di kantin saat ini.

Namja tampan itu mengepalkan jemarinya erat.

Belum.

Ia belum cukup puas menyiksa namja cantik itu. Ini sangat belum sebanding dengan apa yang ia rasakan selama ini. Jaejoong harus terus menderita. Sampai ia merasa puas. Yunho menolehkan wajahnya ketika mendengar suara langkah mendekat.

Jaejoong sudah kembali.

  "Mi-Mianhae Yunho ah, hanya tersisa roti Strawberry di kantin" Lapor Jaejoong gugup.

Wajah Yunho mengeras. Ia merebut roti yang ada di tangan Jaejoong dan melemparnya ke lantai. Kemudian ia menginjaknya sampai roti itu hancur. Jaejoong menatap tidak percaya kelakuan Yunho.

  "Makan" Ucap Yunho dingin.

  "N-nde?" Gumam Jaejoong kaget.

  "Aku bilang, makan roti ini, Kim Jaejoong"

  "T-Tapi---Aakkh!"

Yunho tersenyum kecil seraya menekan kepala Jaejoong menunduk ke bawah. Hingga namja cantik itu terpaksa berlutut di hadapannya.

  "Kau harus membuatku senang, Kim, kalau tidak aku akan menghancurkan kerja kelompok kita di hadapan Minho Saenim" Desis Yunho tajam.

Jaejoong terisak. Ia meraih roti yang sudah hancur itu dengan tangan bergetar. Membuka mulutnya dan mengunyahnya menahan mual. Yunho mendengus. Ia masih belum puas. Namja tampan itu meraih kotak susu yang ada di mejanya. Ia menyobek kotak susu tersebut dan menuangkannya di atas remah-remah roti tesebut. Mata musangnya menatap nyalang Kim Jaejoong.

Namja cantik itu mengusap air matanya. Ia tidak mengerti dengan sikap Yunho. Tapi ia benar-benar tidak ingin membuat Yunho marah padanya.

  "Cih, bahkan seekor anjing liar memiliki cara makan yang lebih baik darimu" Ujar Yunho berdecak.

Namja tampan itu beranjak dari duduknya. Ia melangkah keluar kelas. Meninggalkan Jaejoong yang kini menangis dalam diam.

Apa yang salah?


-------


  "Hyung, waeyo? Kau terlihat tidak sehat" Tanya Junsu khawatir.

Jaejoong mendesah pendek. Ia menggeleng pelan dan memaksakan senyumnya pada Junsu.

  "Aku akan ke rumah Yunho hari ini, tugas kelompok" Bisiknya pelan.

Junsu menaikkan alisnya. Rumah Yunho? Wow! Bukankah itu bagus?

  "Hihihi, pasti sangat senang ne Hyung?" Ujar Junsu terkikik.

Jaejoong hanya tersenyum miris mendengarnya.

Yah.

Menyenangkan, kalau Yunho tidak sekejam yang ia pikirkan. Namja cantik itu bahkan merasa takut berada dalam satu ruangan yang sama dengan Yunho. Jaejoong benar-benar tidak mengerti apa yang salah. Tapi ia tidak berani bertanya. Namja cantik itu mengumpulkan makalah yang baru saja ia selesaikan dan memasukkannya ke dalam tas. Kemudian ia beranjak pergi dan memasuki mobil yang dikemudikan Jonghyun.

Mata besar Jaejoong mengerjap saat ia tiba di kediaman namja tampan itu.

Omo.

Rumah yang sangat besar. Jaejoong segera turun dari mobil dan berjalan menuju pintu depan. Menekan bel dan tersenyum canggung kepada seorang maid yang membuka pintu tersebut. Ia mengantarkan Jaejoong menuju kamar Yunho.

GULP.

Namja cantik itu menelan salivanya gugup. Ia mengetuk pintu tersebut dan segera masuk ketika Yunho menyahut.

  "Kerjakan referensi selanjutnya di sana" Ujar Yunho seraya menunjuk lantai dekat televisinya.

Jaejoong mengangguk. Ia menahan nafasnya. Ah, wangi tubuh Yunho yang sangat khas memenuhi udara di ruangan ini.

  "Yu-Yunho ah, ini makalah yang sudah kuperbaiki" Ucap Jaejoong seraya menyerahkan makalahnya.

Yunho berdecih. Ia duduk di pinggir ranjang dan meraih makalah tersebut. Namja tampan itu mengambil segelas air mineral yang tergeletak di atas meja nakas. Kemudian ia menuangkannya di atas makalah tersebut. Membuat kertas-kertasnya basah dan mengkerut.

  "Ulangi lagi, makalah ini basah" Seru Yunho dingin.

Jaejoong terdiam. Jemarinya mencengkram erat pensilnya. Mata bulatnya memperhatikan makalah yang susah payah dibuatnya dilempar begitu saja oleh Yunho. Ia menghembuskan nafas panjang diam-diam.

  "Yunho ah, kenapa kau melakukan ini padaku? Apa aku pernah berbuat salah kepadamu?" Bisik Jaejoong bergetar.

Yunho menolehkan wajahnya. Ia menyeringai seraya mendekati Jaejoong yang memundurkan posisi duduknya, hingga punggungnya menyentuh dinding. Namja tampan itu mencengkram rambut almond Jaejoong dengan kencang. Mengacuhkan Jaejoong yang meringis kesakitan di hadapannya.

  "Kesalahanmu? Terlalu banyak, Kim Jaejoong, sampai aku tidak bisa menghitungnya lagi" Desis Yunho tajam.

Jaejoong menahan nafasnya. Air matanya mengalir bebas tanpa diperintah. Mata besarnya menatap penuh ketakutan kepada Yunho.

  "Selesaikan referensi itu, aku muak melihat wajahmu" Ucap Yunho seraya menghempaskan kepala namja cantik itu.

Jaejoong mengaduh merasakan dinding yang keras itu membentur kepalanya. Namja cantik itu mengusapnya seraya memandangi Yunho yang sudah keluar dari kamarnya. Dahi Jaejoong mengernyit. Ia bisa merasakan kepala belakangnya basah. Namja cantik itu terisak kesakitan.

Ia berdarah.

TBC :D 

Continue Reading

You'll Also Like

65K 7.1K 25
" kamu ga sendirian angelina Christy " -chk
1.1M 97.6K 56
Ziel adalah candu. Tawanya Candanya Aroma tubuhnya Senyum manisnya Suara merajuknya dan Umpatannya. . . . "Ngeri bang." - Ziel "Wake up, Zainka."...
PENGASUH By venta

Fanfiction

67K 7.9K 55
Pusat organisasi pembunuh bayaran telah terbongkar dan menjadi buron oleh negara. Salah satu cabang dari organisasi ini, memilih untuk membanting set...
1.3M 17.6K 45
ON GOING SAMBIL DI REVISI PELAN-PELAN. Start 18 November 2023. End? Cerita bertema 🔞, Kalau gak cocok bisa cari cerita yang lain terimakasih. Mars...