You're My Propeller (Complete...

By Okahaw

102K 5.2K 1.2K

Untuk membaca cerita ini silakan di-follow terlebih dahulu, karena ada beberapa Part diprivat :) . . Karena C... More

0
Part 2
PART 3
PART 4
PART 5
PART 6
PART 7
PART 8
PART 9
PART XI
PART XII
PART XIII
PART XIV
PART XV
Intermezzo
PART XVI
PART XVII
PART XVIII
Part XIX
Part XX
PART XXI
PART XXII
PART XXIII
PART XXIV
PART XXV
PART XXVI
PART XXVII
PART XXVIII
PART XXIX
Author Note
PART XXX
PART XXXI
PART XXXII
PART XXXIII
PART XXXIV
PART XXXV
PART XXXVI
PART XXXVII
PART XXXVIII
PART XXXIX
PART XL
PART XLI
PART XLII
PART XLIII
Cuap-cuap Author
PART XLIV
PART XLV
PART XLVI
PART XLVII
PART XLVIII
PART XLIX
PART L
PART LI
PART LII
PART LIII
PART LIV
PART LV
PART LVI
PART LVII
PART LVIII
PART LIX
PART LX
Pengenalan Tokoh
PART LXI
PART LXII
PART LXIII
PART LXIV
PART LXV
PART LXVI
PART LXVII
PART LXVIII
PART LXIX
PART LXX
PART LXXI
PART LXXII
PART LXXIII (Not The End)
Kabar Gembira
REZA SIDE STORY
THE WEDDING
Extra Part 1
SEGERA
New Story

Part 1

6.4K 228 31
By Okahaw


Selamat malam, apa kabar semuanye??

Saya merombak isi cerita YMP supaya semakin ketje...

Selamat menikmati...

Ketjup manjah dari author ketje sejagat rayaaaah...

♥♥♥

***

Hari ini adalah tepat tiga bulan seorang Henny Silvia menjadi karyawan resmi di salah satu perusahaan maskapai di Indonesia. Dengan langkah yang percaya diri ia memasuki pagar perusahaan dan langsung menuju ke salah satu gedung yang sangat besar.

"Selamat pagi, Hen," ucap seseorang yang baru saja muncul dari belakang Henny.

"Pagi juga, Mas Rif," balas Henny, melihat kedatangan Rifki.

Mereka berdua rekan satu divisi, sehingga interaksi keduanya terlihat sangat akrab. Henny dan Rifki berjalan memasuki ruangan divisi mereka. Mereka berdua disambut oleh seorang wanita berhijab yang tengah berbadan dua.

"Pagi, Mba Rima," Rifki dan Henny berbarangan menyapa wanita yang bernama Rima. Tak menjawab wanita itu hanya menganguk saja.

Henny langsung duduk di kubikel yang sudah tiga bulan ini menjadi singgasananya. Ia langsung menyalakan komputer yang ada di depannya. Belum ada berkas yang harus diperiksa.

Karena masih terlalu pagi untuk seorang Henny, ia berjalan meninggalkan tempatnya hendak menuju pantry untuk membuat segelas kopi. Awalnya, Henny bukan seorang penikmat kopi. Tapi, semenjak bekerja ia menjadi orang yang kecanduan kopi. Bahkan sehari tanpa kopi matanya akan terasa sangat berat.

"Selamat pagi, Pak." Kata-kata yang sudah sangat dihafal Henny ketika ia akan berjalan menuju toilet.

Sebelum ke pantry perutnya terasa mulas. Ia lebih memilih untuk ke toilet terlebih dahulu daripada menuju pantry. Di saat perutnya memberontak untuk segera menuju toilet, saat itu pula ia harus mati-matian menahan gejolak yang mungkin akan sangat berbahaya.

Ucapan selamat pagi yang terdengar di indra pendengarannya memang tertuju untuk seseorang yang sekarang sudah berdiri di depan Henny. Dengan wajah yang seperti biasa. Wajah penuh dengan aura menyeramkan.

"Kamu ikut saya sekarang!" perintahnya setelah memperhatikan Henny yang terlihat berkeringat dingin akibat menahan hasrat ingin buang air besar. Henny menggeleng dengan kencang. Dia tidak bisa menuruti perintah lelaki yang ada di depannya itu. Yang berstatus sebagai atasannya.

Lelaki di depannya itu menepukan tangannya untuk menyadarkan perempuan yang sekarang masih bengong. Henny langsung tersadar, tanpa pikir panjang ia langsung berlari menuju toilet. Perutnya semakin memberontak. Tak mendengarkan ucapan dari atasannya tadi.

***

Lumayan lama Henny berada di dalam salah satu bilik yang ada di toilet. Akhirnya ia keluar juga, dengan wajah yang lebih lega. Ia tak menyangka kalau pagi ini ia akan mendapatkan panggilan alam yang menurutnya sangat menyusahkan.

Ia menatap pantulan dirinya di cermin,  merapikan diri, menyemprot minyak wangi dalam botol kecil yang selalu dibawanya ke mana-mana. Merasakan bahwa tidak ada aroma yang menempel lagi, Henny melangkah keluar toilet.

Mungkin hampir tiga puluh menit Henny berada di toilet. Ia teringat tadi ia sempat mendapat perintah untuk mengikuti atasannya yang menurutnya sangat penting. Tanpa pikir panjang ia berjalan menuju ruang atasannya. Sebelumnya sampai di ruang atasannya. Ia melihat sekretaris cantik tinggi semampai dan memesona. Baru sebulan ini sekretaris itu bekerja di sana.

"Misi, Mba, Pak Henry-nya ada?" tanya Henny dengan sopan, tak lupa senyuman yang selalu ia pasang untuk menambah kesan ramah.

"Mau ngapain kamu?" tanya sekretaris itu dengan wajah tak bersahabat.

"Tadi Pak Henry nyuruh saya ke sini," jawab Henny santai.

"Yaudah masuk!" ucapnya ketus. Henny tak peduli ia langsung meninggalkan sekretaris itu.

Henny sekarang sudah berada di dalam ruangan atasannya. Ia dapat melihat nama yang tertulis di kaca bening yang berada di meja Henry Maradinata. Nama atasannya yang sekarang ada di hadapannya. Karena tak mau berlama-lama di ruangan ini Henny harus membuka suaranya.

"Maaf, Pak, tadi ada apa memanggil saya, Pak?" tanya Henny sedikit ragu.

"Hmm, kamu ikut kami ke hanggar!" jawab Henry tanpa melihat lawan bicaranya itu. Henny yang melihat kelakuan atasannya itu mengangguk saja.

***

Tiga bulan yang lalu, Henny adalah seorang jobseeker yang sangat aktif. Ia aktif mengikuti tes di mana-mana. Bahkan, kota-kota besar di pulau Jawa hampir semua  sudah ia singgahi demi sebuah panggilan tes kerja.

Berkat kesabarannya dalam menghadapi sekian banyak kegagalan mengikuti tes. Akhirnya tepat tiga bulan yang lalu, ia berhasil masuk ke perusahaan maskapai penerbangan. FHair adalah salah satu maskapai perintis yang sedang berkembang dan maju. Rezeki terbesar yang diberikan Tuhan kepada Henny.

***

Henny sekarang berdiri di sebelah Rima yang juga ikut menuju hanggar. Rima sibuk dengan ponselnya. Untuk mengambil foto pesawat saat sedang berada di hanggar.

"Hen, fotoin gue ya, itu baling-balingnya harus dapat," ucap Rima yang tiba-tiba menggangu konsentrasi Henny memgamati jenis pesawat ATR.

"Propeller woi Propeller! baling-baling? malu-maluin aja lu," serobot Rifki yang mendengar teriakan Rima. Rima mencebik tak suka. Ia kembali fokus ke kamera ponsel yang sekarang ada di tangan Henny.

"Udah, Hen, buruan!"

"Hm, satu dua tiiiiiiiiigaaa!"

Cekrekkk

Beberapa kali Henny mengambil foto Rima dan hasilnya sama saja. Wanita itu malah marah-marah karena menurutnya Henny tidak ikhlas mengambil fotonya.

"Sabarrrrrrrrr." Henny menghela napas panjang. Ia harus ingat kalau Rima sekarang tengah berbadan dua.

"Ehemmmmm." Suara seseorang menginterupsi kegiatan Henny. Henny langsung menoleh dan mendapati ada sosok yang ia kenali, bahkan sangat ia kenali.

"Kak Anggara?" bisik Henny mungkin hanya dirinya sendiri yang terdengar.

Lelaki bernama Anggara itu langsung menyunggingkan senyumnya. Henny mematung akibat tersihir senyuman yang selalu menjadi candunya.

Ya, senyuman itu dari dulu sampai sekarang masih bisa membuat kedua lutut Henny melemah. Ia seperti sudah tak berpijak lagi.

"Ternyata benar, aku kira bukan kamu, Dek," kata Anggara yang kali ini membuat seluruh sel-sel di dalam indra pendengaran Henny mendadak bersorak-sorai kegirangan. Sudah berapa lama ia tidak mendengar suara ini? Empat tahun? Iya, Henny sudah empat tahun tidak mendengar suara merdu yang selalu menjadi nina bobok pengantar tidurnya.

"Kak Anggara?" Henny mengulang suaranya lebih besar lagi. Anggara mengangguk pelan. Henny berjalan mendekati Anggara. Tanpa pikir panjang, ia mencubit pipi sebelah kiri Anggara.

"Auuuhhh!!!" teriak Anggara kesakitan. Henny tertawa senang.

"Ih, beneran ini Kak Anggara, aku kira khayalan aku aja." Henny terkekeh sendiri. Ia langsung mengulurkan tangannya. Anggara menerima uluran tangan itu.

Rima yang melihat Henny tampak begitu bahagia mulai curiga dan berjalan mendekati kedua makhluk itu. Sementara Rifki sudah menghilang entah kemana.

"Kak Anggara, apa kabar?" tanya Henny dengan sedikit gugup. Dari tadi jantungnya berdegup kencang. Sejak serangan mendadak dari senyuman Anggara.

"Alhamdulillah, seperti yang kamu lihat," jawab Anggara masih dengan senyumannya.

"Oh, Alhamdulillah," ucap Henny tak begitu besar.

"Jadi, Kak Anggara kerja di FHair sekarang?"
"Iya, kamu juga kan?"

"Kok tahu, Kak?"

"Ya, karena kamu ada di sini."

Anggara tertawa melihat ekspresi lucu Henny yang sedang manggut-manggut sambil menggembungkan pipinya.

"Ehemmmm." Ada suara lagi yang menginterupsi percakapan keduanya.

Henny dan Anggara langsung menoleh ke arah yang sama. Rima sedang tersenyum simpul menatap Anggara.

"Siapa, Hen? Pacar lo, ya? Ganteng kenalin gue lah," tanya Rima dengan gaya yang menurut Henny ngga banget.

"Ingat perut noh, Mba." Henny menunjuk ke perut Rima yang sudah membuncit. Anggara tersenyum saja.

"Eh iya, kenalin ini Kak Anggara."

"Kak Anggara, ini Mba Rima teman kantor."

Henny memperkenalkan Anggara kepada Rima dan sebaliknya. Rima dan Anggara saling berjabat tangan.

"Kak Anggara bukan pacar aku loh, Mba." Agak berat Henny mengatakan ini, karena dia memang bukan pacar Anggara. Seandainya dia sekarang adalah pacara Anggara mungkin Henny akan bangga memperkenalkannya sebagai pacar.

"Iya, kita ngga pacaran, tapi mantanan."

Tiba-tiba Henny merasa ada guntur menghantam kepalanya

Dunia Henny seperti akan runtuh. Anggara mengakuinya sebagai mantan.

Boleh balikan ngga?

"Dan ngga mungkin buat balikan," sambung Anggara dengan suara tenangnya.

"Wuuuuuutttt?" teriak Rima tertahan. Henny sudah tidak bisa fokus lagi memperhatikan Anggara. Memdadak hatinya ingin menangis. Yang semulanya ia bahagia bertemu Anggara sekarang ia justru merasa terluka.

"Ehem!"

Mereka bertiga menoleh ke sumber suara.

Sekarang ada lelaki dengan tangan yang dimasukkan ke dalam saku celana dan wajah yang sangat datar. Namun, memancarkan aura menyeramkan.

"Kalian di sini bukan untuk mengobrol, kalau ingin ngobrol terus silakan resign!"

Terkadang bahagia dan bersedih datang di saat bersamaan.

***

Hallo Guys? Gimana? Oke kan?

Apa kabar para penggemar setia Henry dan Henny?

Yuhuiii

Voment seperti biasa ditunggu cuy wkwkwk

Love yaaaa ♥♥♥

Continue Reading

You'll Also Like

377K 20.3K 25
"Jadi Mas harus gimana sekarang? Mas bingung, Dek!" tegas pria di depanku. Aku menarik napasku dalam. Sebenarnya aku tidak mampu mengatakan ini padan...
542K 48.4K 41
Tidak ada yang dapat mengetahui perjalanan hidup kita. Seperti halnya, Serenata Renjana. Berawal pada saat Nata menolong anggota militer yang menjadi...
144K 6.8K 20
[[END]] ❝Hanya kisah malang seorang ibu tunggal berumur 21 tahun, yang memiliki anak lelaki berumur 4 tahun, hasil dari kecelakaan.❞ Ib : LNF ver ch...
1.9M 147K 39
"Enggak lah, makanan warung tenda malah lebih enak. Gimana? Kamu mau nggak? Saya udah laper banget." Kata Dira sambil memegangi perutnya. Reno tersen...