BLITHE

By crazierx

5.2K 502 50

{Love Life - 2} [Sequel Forever Love] Dia telah pergi. Pergi untuk selama-lamanya, meninggalkan sebuah cinta... More

Prolog
Chapter 1 : Rayuan Pangeran Kodok
Chapter 2 : Perjalanan
Chapter 3 : Penembakkan
Chapter 4 : Temen Lama
Chapter 5 : Spesial untuk Nathan
Chapter 6 : PDKT sama pacar orang.
Chapter 7 : PHO bangsat
Chapter 8 : Flashback
Chapter 9 : My Little Boy
Chapter 10 : Half a Heart
Chapter 11 : Ketinggalan berita
Chapter 12 : On The Way
Chapter 13 : On The Way(2)
Chapter 14 : The End?
Chapter 15 : The Spaces
Chapter 16 : Bad Luck
Chapter 17 : Terlahir Kembali
Chapter 18 : Kunjungan
Chapter 19 : Mimpi Indah
Chapter 20 : Perlahan-lahan
Chapter 22 : Jealousy
Chapter 23 : Terulang Kembali
Chapter 24 : Be Sick For
Chapter 25 : Fools
Chapter 26 : Kemana Perginya?
Chapter 27 : Titipan dan Pesan Terakhir
Tangis Dalam Tawa
sekadar info

Chapter 21 : Hati Yang Patah

108 12 2
By crazierx

"Ayo ambil! Sebelum gue lempar ke kolam ikan." Tantang Citra yang mengacungkan kunci mobil Angkasa diatas kolam.

"Cit serius, gue ada proyek." Katanya pasrah.

"Gue juga serius, hitungan ketiga gue lempar. 1..2..tth"

"Sini gak!? Gue cium luh." Tangan kekarnya merampas kunci.

"Apasih yang bikin lo pengen pulang? Tante lyssa masak ayam cabe ijo, ha?" Tanya Citra dengan senyum meledek.

"Kan tadi gue bilang ada proyek."

"Kalo gitu biar gue suruh mbak inah masakin ayam cabe ijo banyak-banyak biar lo betah disini."

"Apaan sih Cit?" Angkasa mengenyitkan dahinya menatap Citra dalam-dalam.

Melihat ekspresi Angkasa seperti itu malah bikin Citra tertawa gak jelas "sadar gak sih, kebahagiaan gue tuh sama lo. Kalo lo pergi, gue, ya bahagia, tapi gak sebahagia pas sama lo." Citra mengamati perubahan mimik wajah Angkasa yang terlihat datar.

Kini tangan mereka saling bertautan, saling bersitatap tepat dimanik mata masing-masing lawan. Perbedaan postur tubuh yang menjadikan Angkasa menjulang tinggi diatas Citra sehingga Citra harus mendengak untuk dapat menatap Angkasa kini gadis itu menjatuhkan arah pandangnya ke sandal santai yang dikenakannya saat itu.

"Gue sadar kok, gue bukan siapa-siapa. Gue cuma bisa mengagumkan lo tanpa dicintai." Citra menarik napas dalam-dalam lalu melanjutkan "udah sana pulang sebelum gue copotin ban mobil lo!"

Citra berbalik menghampiri dipan tadi tempat mereka ngobrol untuk mengambil ponselnya yang baru saja berdering. Namun sesuatu menahannya dan membawanya keposisi semula.

"Lo yang terakhir dalam hidup gue, i love you." Ucap Angkasa membuat Citra mematung tak sempat menarik napas sebuah hasrat mendorong dirinya untuk memeluk Angkasa.

Yang dipeluk merasa tubuhnya diterpa badai yang mengandung reaksi listrik yang menyengat jantungnya untuk berdebar dua kali lebih cepat. Kedua lengannya terangkat untuk mendekap gadis yang tengah menenggalamkan wajahnya didada bidangnya.

KRINNGGGGGGG!!! jam wekernya membangunkannya dari mimpi indahnya. Pria yang merasa terusik membuka matanya dengan cepat dan menatap plafon kamarnya membayangkan sebagian mimpinya karena beberapa bagian yang dengan mudahnya terlupakan.

"sadar gak sih, kebahagiaan gue tuh sama lo. Kalo lo pergi, gue, ya bahagia, tapi gak sebahagia pas sama lo."

2 kalimat singkat yang selalu diingatnya. Salah satu tangannya meraih ponselnya di meja kecil sebelah ranjangnya. Dilihatnya hari dan tanggal yang tertera dilayar lockscreen seketika matanya membulat dan sudut bibirnya sedikit terangkat.

24 september, gumamnya.

Pria itu beranjak menuju kamar mandi, bersih-bersih sebentar lalu berkemas berangkat ke kantor.

Angkasa dan Citra kini telah kembali menjalin hubungan, biasa disebut CLBK, cinta lama bersemi kembali.
Eaklo-slepet.

•••

Ingatannya kembali seperti sedia kala, ia ingat pernah menjalin hubungan dengan Angkasa, ditinggal pergi oleh Fariz, punya temen seperjuangan yang rada gendeng tapi romantis macam Keenan, memiliki keluarga yang sangat menyayanginya dan 3 kurcaci yang setia padanya;surya-thara-vian.

Kini ia ditemani Keenan berjiarah ke tempat peristirahatan terakhir Fariz, menaburi bunga dan disiramnya gundukan tanah yang didalamnya terdapat jasad orang yang selalu dirindukannya tiap malam.

"Riz sekarang umur aku genap 25, dan kamu semakin tua 30-2. kamu gak berminat ngucapin 'happy birthday' gitu? Atau kado buat aku?" Bibirnya manyun mendapati kenyataan bahwa semua tidak akan pernah terjadi lagi untuk beberapa tahun kedepan.
Sebuah telapak tangan mengusap punggunya dengan arti menyabarkan-menyemangati-menakdirkan. Kacamata hitamnya menunggang dikepalanya dengan pakaian serba hitam serta syal yang dilingkarkan dilehernya menambah kesan berduka. Walaupun sebenarnya ia ingin ditemani Angkasa, tapi yang diinginkan tidak bisa hadir sehingga diganti orang lama yang baru datang kembali.

"Pulang yuk, udah gerimis." Ajak Keenan lembut lalu dijawab dengan anggukan oleh Citra.

Cengkraman lembut jari-jari Keenan dibahunya membuat Citra nyaman seolah-olah ia telah bersama Fariznya lagi. Mereka berdua bangkit dari jongkoknya berjalan menuju mobil di parkiran, baru setengah jalan hujan turun dengan derasnya mengguyur tanah. Dengan langkah seribu mereka berlari secepat mungkin menuju parkiran. Pakaiannya hampir kuyub diguyur hujan yang lumayan deras.

"Kuyub deh." Keluh Citra setelah masuk kedalam mobil.

"Mau kemana lagi?" Tanya Keenan dengan tangan yang siap menyetir.

"Pulanglah, basah begini."

"Yaudah." Jawabnya sebagai penutup pembicaraan.

Ia melajukan mobilnya keluar TPU dan menyisakan bercak tanah merah di roda mobil sportnya. Hujan semakin deras membuat beberapa wilayah ibukota terendam air dan lalulintas menjadi padat.

"Heran deh jakarta banjir mulu," gumam Citra menatap lurus keluar kaca mobil yang menyajikan pemandangan aspal terendam air kotor.

"Mungkin jakarta udah ditakdirkan sebagai kota banjir." Timpal Keenan membuat Citra menoleh kearahnya dengan seriangaian jijik.

"Jangan ngaco!" Pipi Keenan mendapat tempelengan pelan namun spontan.

"Tapi lo ketawa kan? Apapun bakal gue lakuin asalkan lo ketawa."

"Ha eng-nggak ketawa juga, sotoi banget lo." Cegah gadis itu dengan wajah muna ingin tertawa juga.

"Gak usah muna lo kalo mau ketawa ya ketawa aja." Tangannya meraupi wajah Citra yang berseri.

Pria itu merasa senang telah membuat gadis disebelah sedikit lebih bahagia. Dan tidak akan pernah jantungnya berdetak normal jika disaat seperti ini. Terlebih pada saat gadisnya menyandarkan kepalanya dibahunya, debaran didadanya lebih kencang 2 kali lipat seperti ingin loncat.

Salah satu tanganya mengusap puncak kepala gadisnya. Rasa itu masih melekat kuat pada hatinya. Ini adalah karma. Karma perasaan yang pernah ia bohongi pada dirinya sendiri bahwa ia sama sekali tidak mencintai Citra. Namun karma akan terus berjalan hingga ia terjerat perasaan bodoh ini selama 11 tahun lamanya.

Mau jadi PHO, rasanya gak enak ngerusakin hubungan temen sendiri. Tapi kalo didiemin aja, rasanya muak banget. Dirinya dilanda dilema tingkat raja.

"Sebenernya lo masih ada rasa gak sih sama Angkasa?" Tanya Keenan memulai pembicaraan. Kepala Citra sedikit mendengak. Pandangan mata Keenan terbagi atas dua pusat yaitu mata Citra dan jalan.

"Gue gak akan mencintai oranglain selain dia. Gue yakin dia juga sama hal kayak gue." Tukas Citra yakin.

"Kalo ternyata salah?"

"Gak akan salah."

"Kalo ternyata bener?"

"Apaan sih keen? Kalo gue nggak ada rasa sama dia, buat apa gue balikan sama dia?"

Tcklingg!

1 message is received.

Citra menegakkan tubuhnya setelah mendengar notifikasi pesan masuk.

From : Kakak

Cit lagi dimana sekarang?

To : Kakak

Otw pulang kak

Sent. Send

From : Kakak

Oh yaudah ati-ati ya

"Siapa?" Tanya Keenan setelah Citra kembali meletakkan ponselnya diatas dashboard.

"Kak chel."

"Oh. Dikit lagi sampe nih."

"Gak nanya."

Keduanya saling adu mulut dan tertawa sehingga jarak tak terasa jauh.

•••

Sepulang kerja Angkasa langsung ke toko cokelat, kata orang cokelat itu berarti kasih sayang jadi ia belikan cokelat spesial untuk orang yang sangat disayanginya yaitu Citra.

Namun saat ia hendak menuju parkiran, hujan turun dengan lebat sehingga Angkasa mengurungkan niatnya untuk menerobos derasnya hujan. Akhirnya ia memutuskan untuk menunggu hujan reda sambil duduk disalah satu meja di beranda toko itu. Kebanyakan orang menyebut tempat ini cafe cokelat, karena banyak remaja-remaja yang hang out kesini sekalian beli cokelat panas dan memanfaatkan wifi yang katanya sinyalnya kuat.

"Angka!" Teriak salah seorang perempuan dibelakangnya. Ia ingat suaranya orang itu. Satu-satunya orang yang memanggilnya Angka dan terkadang ditambah huruf L didepannya.

Dia itu Lita. Gak dia aja yang bisa merubah nama seseorang, Angkasa pun bisa. Lita atau nama bekennya Lite yang kalau disingkat LTE yang digunakan untuk simbol sinyal. Dan angka favoritnya 2, jadi, 2G LiTE. Lemot banget kali ya sinyalnya? Apan dah cay? -_-

Angka dan Sinyal adalah panggilan sayang keduanya. Mulai saat Angkasa memanggilnya sinyal, secara tidak sengaja ada sebuah sinyal pada dirinya untuk mengenal Lita lebih jauh. Setiap hari makan bareng, setiap hari pulang bareng, setiap hari belajar bareng, setiap hari dikasih kode, tapi yang dikode tidak juga merespon tapi sang cinta malah pergi dan singgah dihati oranglain. Masa itu adalah masa dimana mereka masih mengenakan seragam putih-biru, dimana cinta anak SMP adalah cinta monyet dan Angkasa belum seberani sekarang untuk menyatakan cintanya. Hingga hari kelulusan tiba rasa itu masih dipendamnya tapi rasa itu kandas semenjak ia bertemu dengan Olive di SMA. Dan saat SMA mereka pun lost contact karena Lita harus mengejar cita-citanya keluar negri.

Kembali kecerita.

Lita langsung duduk dikursi depan Angkasa tanpa meminta persetujuan pemilik meja itu. Menatapnya riang. Lita melihat semburat senyum rindu dari bibir juga sorot mata Angkasa.

"Wow, it's amazing! Kita pisah disini dan ketemu lagi disini? Oh my god this is so suprising!" Lita berseteru heboh dan Angkasa pun tersenyum. "Lo apa kabar?"

"Menurut penglihatan lo gimana?" Angkasa bertanya balik pada Lita.

"Yaya gue tau jawaban." Lita tersenyum simpul begitu pun Angkasa.

"Lo banyak berubah ya sekarang? Masih sama Ale?" Tanya Angkasa lagi.

"Umm kayaknya udah kelar deh." Kata Lite menahan tawanya. "Ka gue punya berita bagus."

"Apa?"

"Gue keterima di Perusahaan Karya Pembangunan. Dan katanya manager gue pak Angkasa Marv S.ars!" Beranda cafe menjadi heboh karena Lita.

"Yang bener?" Angkasa tampak gembira bukan main, teman lamanya kini menjadi karyawannya. "Bentar deh kok gue gak tau apa-apa ya? Harusnya kan minta persetujuan dulu sama gue." Pria itu mengernyitkan dahinya.

"Lagipula kalo pake izin emang lo mau nolak gue?" Gadis itu melipat tangan kirinya diatas meja sedangkan tangan kanannya menahan dagunya sambil meledek Angkasa dengan senyum devil.

Inilah yang ditunggunya sejak lama, menunggu dirinya serta ledekkannya. Bila Lita sudah begini biasanya ia akan menahan tawanya dan Sinyal pasti bilang 'Uuhh ada yang muna.'

"Masih aja muna lo!," Lita makin menggodanya. "Karena gue udah keterima kerja di perusahaan lo, hari ini gue traktir deh, lo mau pesen apa?"

"Samain aja kayak lo."

"Yaudah tunggu sini, jangan kemana-mana kalo ada yang ngasih makanan jangan diterima, ntar kalo ada sianidanya kan repot."

"Iya mama sinyal."

Lita masuk kedalam toko untuk membeli 2 cangkir cokelat panas dan waffle biru kesukaannya. Tidak membutuhkan waktu lama Lita kembali lagi dengan membawa nampan berwarna biru belang cokelat.

"Nih, ati-ati masih panas dek." Lita meletakan cangkir Angkasa didepan pemiliknya. Yang dipanggil 'dek' melirik Lita bingung dan menaikan satu alisnya. "Apa?" Kini ia kembali duduk ditempatnya semula, keduanya saling meniup kepulan asap diatas cangkir yang menandakan isi didalamnya masih panas.

"Umur kita berapa ya Ka?" Tanya Lita yang memberhentikan aktivitas Angkasa meniupi kepulan asap.

"25, kenapa?" Angkasa mendongakkan kepala menatap Lita. Bingung, maybe?

"Belum pengen nikah?" Mata Lita berbinar seperti menginginkan sesuatu.

"Emm, sedang dalam proses." Pria itu melebarkan senyum konyolnya.

"Seriously? Sama siapa?" Gadis didepannya memajukan duduknya dan sangat penasaran.

"Adalah pokoknya, kapan-kapan gue kenalin."

"Okay, gue jangan sampe kelewat, rumah gue masih yang dulu kok. Masih inget kan? Jadi lo gak ada alasan buat ngelewatin gue." Cetus Lita memaksa.

"Pasti. Ngomong-ngomong lo di pas Paris kerja dimana?"

"Gue megang perusahaan bokap, tapi setelah mas Aric ke Paris, perusahaan dipegang dia dan gue diusir Ka. Sedih banget dedek diusir sama abang sendiri." Katanya begitu dramatis. "Tapi setelah gue ketemu lo lagi, gue udah gak sedih lagi deh!" Ujarnya heboh membuat pengunjung cafe menoleh ke meja mereka.

"Please, gak usah lebay deh nyal."

"Lo gak berubah ya."

Keduanya saling berbagi cerita dan menertawai lawan bicaranya, hingga Angkasa lupa akan cokelat kejutan untuk Citra.

•••

"Cit gimana kalo kita mampir ke warung cokelat dulu?" Tanya Keenan disela-sela perbincangan mereka.

"Yaudah ayo." Jawabnya menerima tawaran.

"Gak ada janji kan?" Tanyanya lagi.

Citra hanya menggeleng. Dan Keenan memasuki kawasan parkir warung cokelat. Sempat bingung untuk keluar dengan apa, dan tiba-tiba Keenan ingat kalau payung bundanya tertinggal dimobilnya beberapa hari yang lalu. Mereka berjalan beriringan masuk kedalam toko itu. Ketika mereka memasuki beranda toko itu, mereka mendapati pemandangan yang lazim dilakukan pria terhadap pasangannya. Pria itu yang tak asing lagi ialah Angkasa, sedang bercumbu dengan seorang gadis.

Pemandangan itu adalah yang pertama kalinya tersaji secara tak sengaja didepan matanya dalam hubungannya. Saat ia melewati meja yang menjadi saksi bisu kejadian tersebut, ia mendengar gadis itu berkata "gue tau Ka lo cinta sama gue, jadi jangan muna. Gak muna aja kayak bangsat apalagi muna?"

"Sok tau lu dukun. Hati, hati siapa? Gue. Yang ngerasain siapa? Gue. Jadi ya lo gak tau apa-apa." Cetus Angkasa membela diri.

"Oh gitu TEMEN?" Sahut Lita dengan menekan kata 'temen'.

"Bukan."

"Mending pulang."

"Eh jangan. Nanti aja gue anterin lo balik, lagian masih ujan. Kayak kucing kecebur got dah lu, cantik-cantik kuyub."

Lita yang tadinya beranjak ingin pulang kini kembali duduk karena tangannya ditahan untuk pergi. Citra pun melihat aksi pegang-pegangan tangan, dan membuat hatinya biru seketika. Kalau kondisinya bukan ditempat umum, ia akan berteriak sekencang-kencangnya melepas amarahnya.

Angkasa sama sekali tidak menyadari hadirnya Citra disana. Berjalan gontai dibelakang punggung tegapnya.

Saat ia melirik kearah gadis didepan Angkasa, tawa dan kebahagiaannya begitu lepas saat bersamanya. Citra sangat iri akan hal itu, menginginkannya terjadi lagi.
Ia hanya bisa berjalan mengikuti Keenan dan masuk kedalam toko. Bibirnya pun bungkam. Pita suaranya seolah-olah sudah tak berfungsi.

Yang harus dilakukannya adalah menginterogasi Angkasa terhadap perempuan itu agar tak ada kesalah pahaman diantara cinta.

---

Whooa lumayan panjang ya guys, sorry ya slow update. Lagi banyak tuntutan, padahal libur tapi pr bertumpuk-tumpuk.

Vomment nya boleh kali, thank's ya buat yang udah mampir dan setia sama Love Life.

Oiya baca nih ceritanya renopamungks, judulnya MARKETPLACE BOY. Cerita tentang pelajar sarap gitu, somplak banget, lawak, mayan buat ngehibur baca deh ya. Terus sertai bintang juga, bagi yang suka.

Tengkyu, salam cay.

Continue Reading

You'll Also Like

ALZELVIN By Diazepam

Teen Fiction

4.6M 267K 32
"Sekalipun hamil anak gue, lo pikir gue bakal peduli?" Ucapan terakhir sebelum cowok brengsek itu pergi. Gadis sebatang kara itu pun akhirnya berj...
2.4M 143K 42
Kanaya Tabitha, tiba tiba terbangun di tubuh seorang figuran di novel yang pernah ia baca, Kanaya Alandra Calash figuran dingin yang irit bicara dan...
15.5M 875K 28
- Devinisi jagain jodoh sendiri - "Gue kira jagain bocil biasa, eh ternyata jagain jodoh sendiri. Ternyata gini rasanya jagain jodoh sendiri, seru ju...
ARSYAD DAYYAN By aLa

Teen Fiction

2.3M 124K 60
"Walaupun وَاَخْبَرُوا بِاسْنَيْنِ اَوْبِاَكْثَرَ عَنْ وَاحِدِ Ulama' nahwu mempperbolehkan mubtada' satu mempunyai dua khobar bahkan lebih, Tapi aku...