THE LITTLE PRINCE (Soonyoung...

By Seunghoney17

104K 8.1K 2.9K

"Hey, kau pria cantik tak seharusnya berkeliaran malam-malam seperti ini. Pria hidung belang pasti akan mengi... More

Prolog
Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16A
Chapter 16B (END)
SOONSEOK's WEDDING PARTY
Epilog [Warning!!!]
[Special Chapter] Kwon - Lee Family

Chapter 4

4K 383 64
By Seunghoney17

Title : THE LITTLE PRINCE
Cast :
- Kwon Soonyoung as Prince Kwon
- Lee Seokmin as Himself
- Wen Junhui as Prince Jun
- Kim Mingyu as Himself
- Jeon Wonwoo as Himself
- Other Cast.
Genre : Boy x Boy, fluffy, kingdom life, hurt, romance
Rated : T
Lenght : Longshoot/Chaptered
Author : Seunghoney17

Disclaimer : Cerita ini hanyalah fiktif belaka. Segala bentuk cerita murni dari imajinasi author. Jika ada kesamaan nama, adegan, dialog, setting atau latar itu tanpa disengaja. Tokoh selain OC kembali pada diri mereka masing-masing. Enjoy this story.

Warning : kerajaan disini adalah kerajaan di era modern, bukan kolosal. Kalo kalian pernah nonton drama Prince Hours mungkin seperti itu gambarannya. Typos everywhere.

WONWOO POV

"Apa menurutmu aku akan bisa melepaskanmu setelah ini?"

Mataku membulat sempurna saat pria tinggi di hadapanku ini mengatakan hal yang cukup mencengangkan. Apa maksudnya? Tidak akan melepaskanku untuk apa?

"M-maksudmu apa?"

Segera setelah pertanyaan itu terucap dari mulutku, Mingyu menjauhkan tubuh jangkungnya. Tangannya pun terlepas tak lagi menggenggam tanganku.

"M-maksudku aku... aku tidak akan melepas tanganmu karena aku sangat haus. Iya aku haus." Mingyu merampas gelas di tanganku dan meneguk air di gelas itu dengan sekali tegukan. Bahkan beberapa tetes air mengaliri lehernya dan membuat ujung kerah bajunya basah. Aku menelan ludahku susah payah agar degup jantungku tak semakin menggila.

"Ah segar sekali." Mingyu menyeka bibirnya dengan punggung tangannya. Kemudian dia tersenyum lebar seakan tak terjadi apapun beberapa menit yang lalu.

"Sedang apa kalian di dapur tengah malam begini?" Aku terlonjak saat suara Seokmin menginterupsi. Refleks aku mundur satu langkah dari depan Mingyu dan mencoba setenang mungkin.

"Aku hanya mengambil minum, begitu juga Mingyu. Kau darimana Seokmin?"

"Aku dari taman untuk menghirup udara segar. Dan sekarang aku haus."

Aku melihat jari-jari panjang itu meraih gelas dan menuangkan air ke dalamnya. Entah kenapa sejak Seokmin datang hingga saat ini aku selalu ingin melihat ke arahnya. Dia terlihat begitu menarik hanya karena gerakan-gerakan kecil yang dia buat. Mendadak aku merasa haus lagi karena melihatnya meneguk air putih itu hingga tak tersisa. Untuk pertama kalinya dalam hidupku kenapa aku merasa senang hanya karena melihat seseorang minum. Aku mencoba menyembunyikan senyum kecil yang tersungging di bibirku.

"Kalian tidak ingin kembali ke kamar?"

"Sebentar lagi." Jawabku setenang mungkin.

"Ah maafkan aku telah mengganggu kegiatan kalian. Ritual minum kalian sungguh romantis. Aku ke kamar dulu." Kulihat Seokmin terkekeh. Dan entah kenapa itu membuatku malu serta sebal di waktu yang bersamaan.

"Yak! Apa yang kau katakan? Kami hanya minum." Mingyu terlihat bersungut-sungut.

"Sejak kapan kau minum dengan cara memegangi tangan orang lain seperti itu? Bahkan menatapnya sedalam itu?" Tentu saja nada bicara Seokmin terdengar sangat meledek dan Mingyu hanya mendesis sebagai jawaban.

"Mungkin Mingyu tidak sengaja memegang tanganku." Jelasku sebenarnya tidak terlalu penting.

"Senior, kau harus berhati-hati karena pria di hadapanmu itu seorang playboy. Dan dia juga berotak mesum. Aku sudah memperingatkanmu." Seokmin mengatakan itu tepat di sebelah telingaku. Sementara aku hanya mematung karena sejujurnya seluruh tubuhku kini gemetar. Aku bisa melihat Seokmin tersenyum miring dengan sudut mataku.

"Berhenti bicara omong kosong Lee Seokmin!" Mingyu berlari mengejar Seokmin yang beberapa detik lalu atau entah kapan sudah berlari menjauh dariku yang masih berdiri di tempat.

Ini bukan tentang perkataan Seokmin baru saja. Ini tentang jantungku yang seakan bisa saja melompat dari posisinya karena berdegup terlalu kencang. Apa yang kau lakukan Jeon Wonwoo? Seokmin hanya membisikkan kata-kata yang sebenarnya tidak terlalu penting. Kenapa kau seperti orang bodoh dan hanya terdiam? Senyuman miringnya benar-benar menawan. Aku terus mengumpat dalam hati karena mendapati dadaku terus berdegup kencang saat mengingat Seokmin.

***

AUTHOR POV

Mingyu terus berusaha membangunkan Soonyoung yang masih saja meringkuk di bawah selimutnya. Pertama kali dalam sejarah, Mingyu sudah memakai seragam sekolahnya di jam 6 pagi. Biasanya jam 6 pagi dia masih akan mengumpat dan melempar apa saja di sekitarnya saat ibunya berusaha membangunkannya hanya untuk segera mandi dan berangkat sekolah.

"Pangeran, anda harus segera bangun. Anda bisa terlambat ke sekolah."

"Pergi dari sini aku masih mengantuk." Soonyoung melempar salah satu bantalnya dan berhasil ditangkap oleh Mingyu.

Sejujurnya Soonyoung masih sangat mengantuk karena semalam ia baru bisa tidur satu jam setelah melihat punggung Seokmin menghilang dari pandangannya. Mingyu terus saja mengganggunya dan menyuruhnya segera bangun untuk pergi ke sekolah. Sekali saja dalam seumur hidup, Soonyoung ingin sekali membolos sekolah. Tapi tak mau lebih lama lagi mendengar ocehan Mingyu, Soonyoung terbangun dari baringnya dan terduduk di ranjangnya. Soonyoung menguap lebar dan mengucek matanya. Mingyu sekuat tenaga menahan tawanya karena melihat keadaan Pangeran setelah bangun tidur tak jauh beda dengan orang kebanyakan. Rambutnya berantakan dan keadaannya kacau seperti orang pada umumnya.

"Siapkan seragamku."

"Baik, Pangeran."

"Tunggu, kenapa kau yang membangunkan aku? Dimana pengawal Jeon?" Jika saja di hadapannya ini bukanlah seorang Pangeran mungkin Mingyu sudah menyumpal mulutnya dengan kaos kaki. Bisa-bisanya setelah melemparinya dengan bantal dia tidak mengenali siapa orang yang membangunkannya.

"Pengawal Jeon sudah mulai bertugas di kediaman baginda raja, Pangeran." Jawab Mingyu dengan nada tenang.

"Lalu kemana temanmu?"

"Lee Seokmin? Dia sedang menyiapkan sarapan dengan pelayan yang lain."

Tanpa bertanya lagi Soonyoung turun dari ranjangnya dan berlalu menuju kamar mandi. Sesekali dia menguap dan matanya belum mau terbuka. Dengan segera Soonyoung menyelesaikan ritual mandinya. Menganti piyamanya dengan setelan seragam sekolah yang sudah disiapkan oleh palayannya. Lalu dia pergi ke meja makan hanya untuk memakan sarapannya seorang diri. Sebenarnya tidak benar-benar sendiri, melainkan bertemankan pelayan dan pengawalnya yang berbaris rapi di belakangnya.

"Pengawal Lee."

"I-iya, Pangeran." Entah kenapa Seokmin masih merasakan sedikit gugup saat berhadapan dengan Soonyoung, dan Seokmin benci akan hal itu.

"Apa jadwalku sepulang sekolah?"

Seokmin segera membuka buku agenda yang mulai saat ini akan terselip di dalam saku jasnya. Dimana buku agenda itulah yang berisi jadwal Soonyoung setiap harinya. Karena baru awal dia hanya akan mendapatkan buku itu dari Wonwoo dan dia hanya berkewajiban menjalankannya. Karena untuk urusan mengatur jadwal Pangeran itu bukanlah hal yang mudah dilakukan untuk perngawal baru sepertinya.

"Sepulang sekolah anda akan melakukan pertemuan dengan menteri pendidikan untuk membahas tentang pembangunan sekolah gratis di pelosok desa, selanjutnya pertemuan dengan menteri sosial untuk membahas acara amal yang akan dilakukan minggu depan." Seokmin membaca jadwal beserta keterangannya dengan sangat lancar.

"Jam berapa pertemuanku berakhir?"

"Pukul 8 malam Pangeran sudah akan kembali ke istana. Jadi saya pastikan kalau Pangeran akan bisa belajar untuk ujian." Seokmin tersenyum simpul menutup kata-katanya.

"Kalian berdua akan mengikutiku sampai ke sekolah?"

"Sesuai dengan instruksi senior Jeon, kami harus mengawal anda kemanapun anda pergi termasuk ke sekolah. Itulah alasan kami juga memasuki sekolah yang sama dengan Pangeran."

Soonyoung mendesah pelan dan melanjutkan sarapannya. Dia benar-benar merasa seperti tahanan kota yang harus diawasi seluruh gerak-geriknya. Bahkan saat di sekolah. Tempat dimana biasanya dia akan bebas dari pengawalan, namun dengan jahatnya sang ayah justru memberinya dua pengawal baru yang sebaya dengannya. Apa dia selemah itu sampai diberi penjagaan sedemikian ketat? Bahkan dia pemegang sabuk hitam taekwondo, seharusnya dia bisa menjaga dirinya sendiri.

"Dan maafkan kami Pangeran karena sudah membuat Pangeran marah di kesan pertama. Sungguh kami tidak bermaksud mempermainkan keluarga kerajaan." Entah darimana keberanian itu datang sampai mulut lancang Seokmin berani mengatakan hal itu.

Soonyoung meletakkan sumpitnya dan berdiri dari posisi duduknya. Berjalan menuju tempat dimana Seokmin sedang berdiri tertunduk di sebelah Mingyu. Meskipun tatapan mata Soonyoung tak sedingin semalam, Seokmin tak berani menatapnya.

"Aku tau, dan aku sudah memaafkan kalian. Dan untukmu, lain kali jangan berada di taman saat tengah malam. Kau bisa sakit karena di luar sangat dingin." Kata itu terucap lirih namun begitu tegas.

Kepala Seokmin mendongak untuk melihat wajah Soonyoung yang jauh lebih pendek darinya. Tak ada raut kemarahan seperti kemarin di wajahnya. Tatapan matanya sangat sendu dan ekspresinya begitu datar. Soonyoung meraih mantelnya di tangan pelayan yang berdiri di belakangnya. Seokmin masih belum bergerak dan masih mencoba mencerna semua kata-kata yang keluar dari mulut Soonyoung. Darimana Pangeran manis ini bisa tau kalau semalam dia berada di taman?

"Mau sampai kapan kalian berdiri disana? Aku tidak mau membawa mobil sendiri."

Soonyoung berjalan keluar area kediamannya. Seokmin segera tersadar saat Mingyu menarik lengannya untuk mengejar Soonyoung yang sudah jauh mendahuluinya. Langkah mereka terhenti saat melihat Soonyoung sedang terdiam di halaman luar kediamannya. Mata Seokmin tertarik melihat benda apa yang sedang diperhatikan oleh Soonyoung. Ternyata di seberang sana ada Pangeran Jun yang sudah lengkap dengan seragam sekolahnya.

"Jun, apa kau mau berangkat bersama kami?" Tanya Soonyoung.

"Tidak hyung, aku membawa mobil sendiri."

"Ah baiklah." Bahkan sebelum Soonyoung menyelesaikan ucapan singkatnya, adiknya itu sudah menghilang meninggalkan halaman kediamannya.

Kediaman Pangeran memang berada di satu area namun gedungnya terpisah oleh halaman yang cukup luas. Soonyoung menghela nafas pelan saat melihat punggung adiknya itu menjauh. Sejujurnya Soonyoung sangat iri dengan Junhui yang pergi kemanapun tanpa pengawalan. Statusnya sebagai Pangeran kedua kerajaan tak mengharuskan ia menerima pengawalan ketat seperti dirinya. Junhui juga tidak perlu susah payah melakukan tugas kenegaraan seperti yang dia lakukan. Junhui hanya akan melakukan hal itu dalam keadaan mendesak seperti Soonyoung benar-benar berhalangan untuk bisa hadir dalam pertemuan. Selebihnya Junhui hanya akan berada di istana atau melakukan hal yang menjadi hobinya.

"Pangeran, kita bisa terlambat kalau terus berada disini." Untuk kesekian kalinya Soonyoung menghela nafasnya berat.

***

SOONYOUNG POV

Tentu saja keadaan sekolah akan sama saja dengan biasanya. Teman-temanku yang sibuk dengan dunianya sendiri tanpa peduli orang di sekitarnya. Bahkan tak juga peduli pada anak baru yang kini tengah dibully oleh teman lainnya. Aku juga tak akan peduli selama hal yang mereka lakukan bukanlah hal yang berbahaya. Aku menghentikan langkahku saat aku merasa dua orang di belakangku ini berjalan terlalu dekat denganku.

"Ada apa Pangeran?"

"Berjalan minimal dua meter di belakangku. Aku tidak ingin kalian mengekor seperti anak anjing pada majikannya."

Tanpa harus berbalik badanpun aku bisa mendengar mereka mundur beberapa langkah dari belakangku. Baru saja hendak melangkah aku mendengar suara familiar itu di belakangku, Park Seonmi.

"Seokmin-ssi, apa sepulang sekolah kau ada acara?"

"Mingyu-ssi, kau benar-benar sangat tampan."

"Kenapa kau terus mengikuti Pangeran Kwon?"

"Pangeran Kwon sudah terbiasa sendirian saja. Lebih baik kalian bersama kami."

Ocehan Seonmi dan teman-temannya benar-benar membuatku mendidih. Aku membalikkan badanku dan sedikit terkejut saat Seonmi bergelayut di lengan Seokmin. Dan Seokmin hanya diam saja? Entah perasaan apa ini yang jelas aku tidak suka melihat kelakuan Seonmi.

"Kenapa melihatku seperti itu Pangeran? Apa kau cemburu?"

Demi Tuhan aku ingin merobek mulutnya yang terus saja mengeluarkan kata-kata tak masuk akal. Sayangnya aku tak akan bisa membalasnya dengan kata-kata pedas. Seluruh image yang kubangun selama ini akan menguap tak berguna hanya karena aku mengumpat pada Seonmi.

"Lepaskan tangan kalian dari pengawalku." Kataku dingin.

"Kau ini kenapa? Selalu menganggap orang lain sebagai pelayanmu. Mereka ini keluargamu, apa pantas kau memanggil mereka sebagai pelayan?"

Sungguh aku tak ingin mengatakan ini. Karena aku bukanlah tipe orang yang akan memandang rendah pekerjaan orang lain. Tentu pekerjaan sebagai pengawal kerajaan bukanlah hal rendahan. Karena saat kecilpun aku selalu bermimpi untuk menjadi salah satu dari mereka, menurutku mereka sangat keren. Tapi jika aku diam saja aku tidak akan bisa melihat mereka menjadi bulan-bulanan Seonmi.

"Park Seonmi, lepaskan mereka." Pintaku sekali lagi, berharap Seonmi akan menurut kali ini.

"Tidak mau."

"Park Seonmi dengarkan aku, orang yang kau gelayuti adalah pengawalku. Mereka berdua adalah pengawal kerajaan. Dan kau salah jika menganggap mereka keluarga kerajaan."

AUTHOR POV

Mendengar penuturan Soonyoung, Seonmi langsung melepas kaitannya pada lengan Seokmin. Begitupun dengan teman-temannya yang bergelayut manja di lengan Mingyu. Seokmin dan Mingyu mendesah lega karena terbebas dari seseorang bernama Seonmi itu. Namun mata Seokmin mendadak sayu saat menangkap raut wajah dingin Soonyoung. Jauh di dalam lubuk hatinya dia kecewa karena Soonyoung mengatakan dia hanyalah pelayannya. Meski pada kenyataannya itu seratus persen benar, entah kenapa dia merasa sedikit kecewa.

"Jadi kalian berdua ini penipu? Aish bagaimana ini aku terlanjur memeluk lengan pegawai rendahan ini?" Seonmi dengan muka yang sebal menepuk-nepuk lengannya seakan membersihkan kotoran dari lengannya.

"Jangan pernah mengatakan kalau pengawalku adalah pegawai rendahan. Karena setidaknya di mataku derajat mereka jauh lebih tinggi dibandingkan kau, nona Park Seonmi."

Soonyoung berbalik dan melanjutkan langkahnya menuju kelas. Meninggalkan Seonmi dengan perasaan yang tidak bisa dijelaskan. Entah kemarahannya sudah mencapai level apa, Seonmi ingin sekali mencabik wajah mulus Soonyoung. Dalam hati Seokmin tersenyum mendengar perkataan Soonyoung yang membelanya dan menganggap kalau derajatnya jauh lebih tinggi dari seorang bangsawan seperti Park Seonmi.

"Astaga." Seokmin dan Mingyu terkejut bersamaan saat tiba-tiba Soonyoung membalikkan badan.

"Kalian berdua dengarkan aku, jangan pernah menghiraukan apa yang dikatakan orang-orang di sekitar kalian. Tetap ikuti aku dan jangan ada yang membantah. Semua orang disini memiliki mulut yang jauh lebih tajam dari samurai. Kalian harus menebalkan telinga agar hati kalian tak tersakiti. Meskipun tugas kalian adalah menjagaku, tapi aku juga akan melindungi kalian sebagai ucapan terima kasihku."

Tanpa mau mendengar balasan kata dari Seokmin dan Mingyu, Soonyoung langsung memasuki kelasnya yang tadinya riuh menjadi diam ketika ia datang. Seokmin tertawa kecil melihat kelakuan Pangeran manisnya itu. Tentu saja Seokmin sangatlah bahagia mendengarnya. Bagaimanapun kata rendahan atau semacamnya tak akan membuatnya gentar melindungi Soonyoung.

Pelajaran demi pelajaran mereka lewati dengan tenang. Seokmin dan Mingyu terlihat bingung dengan beberapa materi yang tadinya tidak diajarkan di sekolah lamanya. Seperti pendidikan tentang etika kebangsawanan, manajemen bisnis dan beberapa hal lain yang membuat kepala Seokmin hampir meledak. Sebenarnya otaknya tidak terlalu tumpul dalam pelajaran hanya saja Seokmin akan sedikit kesulitan mempelajari hal baru. Dan Mingyu kelihatan lebih santai karena memang otak anak itu hampir mendekati predikat jenius. Bahkan Mingyu melewati separuh masa sekolahnya dengan beasiswa penuh. Termasuk sekarang mereka mendapat beasiswa khusus.

Jam makan siang sudah berdentang, itu tandanya seluruh murid diharuskan mengakhiri pelajaran dan mengisi perutnya di cafe yang berada di dalam sekolah. Tentu makanan yang disajikan di cafe diberikan secara cuma-cuma. Hanya saja Seokmin dan Mingyu takut untuk menyentuhnya. Takut jika setelah memakannya mereka akan disuruh pergi ke kasir dan membayar. Separuh gajinya bisa amblas hanya untuk membayar sepiring makanan.

"Mingyu, lihat makanan-makanan itu. Seperti tidak nyata saja. Mereka terlihat seperti di layar televisi." Ucap Seokmin yang belum bisa mengalihkan padangannya dari makanan-makanan yang berjajar rapi.

"Kau benar, bahkan makanan di restoran termahal yang pernah kudatangi tak tertata sebagus itu. Mereka benar-benar tidak nyata." Mingyu menelan ludahnya dan memeluk kotak bekalnya semakin erat.

Soonyoung menatap kedua orang itu dengan alis berkerut. Sekiranya apa yang sedang dua orang itu pikirkan hanya dengan melihat makanan-makanan itu?

"Kalian tidak makan?"

Seokmin dan Mingyu terlonjak mendapati mereka sedang diperhatikan oleh Pangerannya. Mingyu bahkan sempat mengelap sudut bibirnya yang nyaris meneteskan liur.

"Kami membawa bekal, Pangeran. Dan sebaiknya kami makan di luar saja. Ini memalukan jika harus makan di cafe tapi nyatanya kami memakan bekal yang kami bawa dari rumah." Seokmin menampakkan deretan gigi putihnya dan tersenyum lebar.

"Kenapa kalian tidak ambil makanan yang disediakan?" Sejujurnya Soonyoung ingin sekali tertawa, namun dia hanya berdehem dan menahan tawanya.

"Tidak Pangeran. Ini berlebihan untuk kami." Mingyu mencoba mengelak.

"Apa kalian takut jika disuruh untuk membayar setelah makan?"

Bingo! Seokmin merutuk dalam hati karena tebakan Soonyoung seratus persen tepat. Seokmin hanya menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

"Ambil saja, semua makanan disini disediakan secara cuma-cuma. Kalian tidak perlu membayar apapun untuk itu. Makan sebanyak yang kalian bisa, karena masa kerja kalian padaku masih sangat panjang."

Soonyoung mengambil beberapa potong jeruk di meja di depannya dan tersenyum pada kedua pria di hadapannya, sebelum dia berjalan menuju kursi khusus di pojok ruangan.

"Ah satu lagi, makanlah di meja cafe. Jangan di luar. Mengerti?"

"Baik Pangeran."

Mata Mingyu langsung berbinar menatap semua makanan di hadapannya. Tangannya bergerak mengambil semua makanan yang bisa ia jangkau. Sementara Seokmin masih menatap punggung Soonyong yang menjauh darinya. Hatinya merasa sangat bahagia karena Pangeran manis itu telah kembali. Inilah sifat asli Pangerannya, manis dan ramah.

"Hish, singkirkan tanganmu. Aku mau mengambil dagingnya." Seokmin menoleh dan mendapati temannya tengah bertengkar dengan seseorang yang ia ketahui namanya adalah Park Seonmi.

"Ada apa?"

"Nona ini menghalangiku mengambil makanan." Garpu Mingyu terus saja ditepis oleh Seonmi. Seperti berperang garpu, suara dentingan itu menimbulkan keributan.

"Sudahlah mengalah saja, Kim Mingyu." Seokmin menahan lengan Mingyu.

"Kalian tak seharusnya berada disini. Hanya bangsawan yang boleh memasuki cafe ini." Ucap Seonmi berapi-api.

"Menyingkir dari hadapanku Park Seonmi, kau menghalangi jalanku." Mata Seokmin segera tertarik pada sosok tinggi di belakang Seonmi, Pangeran Jun.

"Pangeran." Mata Seonmi berbinar menatap wajah tampan Jun yang memiliki ekspresi sangat datar.

"Pergilah ke mejamu dan berhenti membuatku muak. Kau membuang banyak tenagamu untuk menghina orang lain." Jun mengambil piring untuk mengambil beberapa makanan dan buah.

Seonmi mendecih dan menghentakkan kakinya. Itu tandanya dia merasa sangat kesal pada Junhui. Kemudian gadis itu pergi dari hadapan ketiga pria itu.

"Terima kasih Pangeran." Seokmin sedikit menundukkan kepalanya saat berterima kasih. Tanpa menjawab apapun Junhui pergi ke mejanya dan menyantap makan siangnya dalam keadaan diam.

"Wah dia sangat keren." Puji Mingyu saat melihat Pangeran Jun berlalu. Sementara Seokmin hanya diam dan memperhatikan sang 'Pangeran Es'.

'Apa kehidupan di istana benar-benar membuat hati seseorang membeku seperti es?' Seokmin menghembuskan nafasnya pelan.

Jam makan siang sudah berlalu sepuluh menit yang lalu. Dimana semua murid sudah harus kembali ke kelas untuk menerima pelajaran. Berbeda dengan kelas Soonyoung yang kali ini bebas dari pelajaran karena memang menurut peraturan sekolah, beberapa kelas akan memiliki kelas bebas secara bergilir setiap harinya. Dan hari ini kelas Soonyong yang mendapat giliran. Beberapa murid bahkan tak repot melakukan banyak hal, mereka hanya bercengkrama satu sama lain. Ada yang pergi ke perpustakaan, lapangan, ruang broadcasting atau bahkan ke atap sekolah untuk sekedar tidur disana.

Soonyoung sudah memakai earphone-nya dan beranjak dari bangkunya. Sebelumnya dia sudah memperingatkan agar Seokmin dan Mingyu tidak mengikutinya. Soonyoung memang lebih suka menyendiri dan mengelilingi sekolah hanya untuk melihat-lihat. Sementara itu Seokmin dan Mingyu justru pergi ke lapangan dan bola basket sudah bertengger di lengan kekar Mingyu.

"Mau bermain basket bersama kami?" Tawar Mingyu pada beberapa anak yang ada di lapangan. Tapi mereka justru memandang aneh pada Seokmin dan Mingyu. Tanpa mengatakan apapun mereka menghentikan permainan mereka dan memilih pergi dari lapangan.

"Ada apa dengan mereka? Apa salah kalau aku mengajak mereka bermain basket bersama? Apa aku terlihat seperti penyakit di mata mereka? Menggelikan sekali." Mingyu mendecih berkali-kali mendapati perilaku teman-temannya yang menurutnya tidak sopan.

"Berhenti mengeluh Kim Mingyu. Seharusnya kau tau kalau kita dan mereka memang berbeda. Jangan salahkan kalau mereka tidak bisa menerima kita, kita bukan tandingan mereka. Kau ingat kata Pangeran tadi pagi? Jangan pedulikan mereka." Seokmin menepuk pundak Mingyu beberapa kali, lalu merebut bola di tangan Mingyu dan berlari ke tengah lapangan.

"Yang kalah akan mentraktir jjajangmyeon, oke?" Teriak Seokmin disertai tawa.

"Kau curang! Hei!" Mingyu menyusul berlari dan kemudian mereka berdua larut dalam permainan.

Soonyoung baru sampai di atap dan duduk di bangku yang memang disediakan disana. Matanya mengedar menikmati pemandangan langit siang hari yang redup saat musim dingin seperti ini. Matanya menangkap dua sosok sedang bermain basket dengan begitu riangnya di bawah sana. Sesekali Soonyoung akan tersenyum saat mendapati salah satu dari mereka tersungkur dan mereka akan tertawa lebar setelahnya. Entah karena apa Soonyoung ikut senang melihatnya sekaligus iri pada mereka. Soonyoung tidak tau kapan dia terakhir kali tertawa lepas seperti itu. Rasanya sudah sangat lama. Mungkin terakhir kali dia tertawa sebelum ibunya pergi meninggalkannya 8 tahun yang lalu.

FLASHBACK

"Pangeran, kau sudah siap untuk berlibur?"

"Tentu saja, aku sudah sangat siap bu. Bahkan aku memamerkan pada teman-temanku kalau aku akan berlibur bersama ayah dan ibu."

"Anak pintar." Wanita paruh baya itu mengusap rambut halus putranya.

Hari ini mereka akan berlibur ke pulau Jeju untuk merayakan ulang tahun Pangeran kecilnya, meski ulang tahunnya akan jatuh seminggu lagi. Meluangkan waktu bagi seorang raja dan permaisuri sangatlah sulit dilakukan mengingat banyak sekali hal yang harus mereka urus setiap harinya. Namun demi kebahagiaan putra kecilnya, mereka menyempatkan diri untuk mengajak putra kecilnya itu berlibur meski tak jauh.

Bahkan sejak semalam, senyum itu tak pernah luntur dari bibir mungil Soonyoung. Pangeran kecil itu merasa dirinya sangat bahagia hanya karena diajak berlibur ke pulau Jeju oleh ayah dan ibunya. Itu sudah lebih dari cukup mengingat betapa sulitnya mendapatkan waktu luang kedua orang tuanya. Bibir mungilnya tak berhenti bersenandung sepanjang perjalanan.

"Pangeran, apa kau sangat bahagia? Sekarang usiamu sudah sepuluh tahun. Dan ayah sudah berjanji padamu akan memberimu gelar Putra Mahkota jika usiamu menginjak duabelas tahun."

"Benarkah? Apa dengan menjadi Putra Mahkota seluruh negeri ini akan menjadi milikku? Apa seluruh rakyat akan sangat menghormatiku seperti mereka menghormati ayah?"

"Benar sekali, Pangeran. Kau akan menggantikan kedudukan ayahmu saat kau sudah dewasa nanti. Lalu ayah dan ibu akan sangat bangga melihatmu duduk di singgasana."

"Terima kasih ayah, ibu." Soonyoung memeluk orang tuanya bergantian.

Perjalanan mereka berakhir di sebuah villa pribadi milik raja. Memulai kegiatan mereka dengan bermain di pantai. Membangun istana pasir mereka, bermain voli, berenang dan melakukan banyak hal lain. Soonyoung sama sekali tak melepas tawanya sedetik pun. Terlalu menyenangkan untuk bisa dijabarkan dengan kata-kata. Jika bisa dikatakan ini adalah hari terbaiknya. Berlibur bersama kedua orang tuanya, dan mendapat kado sebuah penobatan dirinya menjadi Putra Mahkota meskipun itu baru akan terjadi dua tahun lagi.

Namun di tengah kebahagiaan mereka, ayahnya mendapat telepon kalau kakeknya mendapat serangan jantung mendadak dan harus dilarikan ke rumah sakit. Kepanikan menyelimuti mereka. Soonyoung kecil terus menangis karena takut terjadi sesuatu pada kakeknya. Ayahnya memutuskan untuk pulang saat itu juga padahal hari sudah menjelang malam. Hatinya tidak akan tenang jika mereka belum sampai di rumah.

Sepanjang jalan Soonyoung hanya menangis di dekapan ibunya. Dan sebisa mungkin ibunya menenangkan putra kecilnya itu. Sementara ayahnya terus mencoba menghubungi para pengawalnya yang berada di rumah sakit untuk memastikan bahwa keadaan baik-baik saja.

Keadaan jalan memang sangat gelap dan satu-satunya penerangan yang ada hanyalah lampu mobil mereka. Hingga di sebuah tikungan tajam, sang supir tak melihat jika dari arah berlawanan ada sebuah truk yang melaju cukup kencang. Pantulan cahaya dari lampur truk itu membuat supir pribadi kerajaan itu membanting setirnya ke kanan dimana ada jurang menganga lebar dan siap menelan siapa saja. Terdengar suara decitan yang memekakan telinga setelah itu dan mobil mereka terpelanting jatuh ke dalam jurang.

Soonyoung kecil masih terus menangis di pelukan ibunya meski badannya di penuhi dengan luka dan darah segar mengalir dari pelipisnya. Terdengar suara ledakan keras saat ketiga orang itu berhasil keluar dari mobil yang mereka tumpangi. Mereka bertiga, tanpa sang supir.

"Pa-pangeran baik-baik saja?" Suara parau wanita itu membuat Soonyoung semakin menangis keras.

"Ibu... ayah... aku takut..."

"Te-tenang Pangeran... ibu... di-sini..."

Mungkin itu adalah kata terakhir yang bisa Soonyoung dengar sebelum ibunya tak sadarkan diri. Dan tak akan pernah sadar kembali karena tak berapa lama setelah itu nafasnya berhembus untuk terakhir kali.

FLASHBACK END

SEOKMIN POV

Setelah menyelasaikan permainan basketku dengan Mingyu aku memutuskan untuk kembali ke kelas. Setengah jam lagi sudah memasuki jam terakhir dan itu tandanya sebentar lagi kami akan pulang. Sebelumnya kami menyempatkan diri untuk membeli minuman di mesin minuman yang tersedia.

"Kau mentraktirku, Lee Seokmin?"

"Percaya diri sekali."

"Lalu kenapa kau membeli dua minuman?"

"Ini untuk Pangeran."

"Dasar pelit! Tukang cari muka."

"Kau yang pelit, tidak pernah mau keluar uang. Jangan lupa traktir aku jjajangmyeon nanti malam."

Aku tertawa lebar dan berlalu mendahului Mingyu. Tentu Mingyu sangat kesal karena selain aku tidak membelikannya minum, dia juga kalah bermain basket dariku. Biasanya aku yang akan kalah, tapi entah kenapa kali inu dewi keberuntungan sedang bersamaku.

Keadaan kelas tak begitu ramai, tapi aku tak menemukan sosok Pangeran dimanapun. Aku bertanya pada beberapa anak dan mereka menjawab hal yang sama, atap. Aku segera berlari menuju atap. Entah apa yang dia lakukan disana tapi pasti di atap sangatlah dingin sekarang. Mantelnya masih menggantung di bangkunya jadi bisa dipastikan dia hanya memakai seragamnya saja. Aku mengedarkan pandanganku ke segala arah namun aku tak melihat sosok Pangeran.

"Pangeran... Pangeran Kwon... Apa kau ada disini?"

Tak ada sahutan sedikitpun. Itu membuatku semakin khawatir. Mataku memicing saat aku melihat ada ujung sepatu di balik bangku yang berada di ujung atap. Aku segera berlari kesana dan benar saja Pangeran sedang meringkuk di bangku itu. Dia menggigil tapi keningnya penuh dengan keringat. Apa dia sedang sakit? Bibir mungilnya terus mengigau dan menyebutkan kata, ibu?

"Pangeran..." aku mencoba untuk membangunkannya dengan cara menepuk pelan pipinya. Badannya dingin tapi keringat yang keluar sangat banyak.

"Pangeran..." ulangku.

Aku tersentak saat tubuh mungil itu terbangun dan langsung memelukku. Badannya bergetar hebat seakan meminta perlindungan. Aku bahkan hampir tidak bisa bernafas karena dia memelukku sangat erat.

"Pa-pangeran..."

"Aku takut... Ibu aku sangat takut."

"Pa-pangeran, apa kau..." apa dia sedang menangis?

Dengan tiba-tiba Soonyoung melepaskan pelukannya dan menangkup wajahnya. Aku tau dia sedang menangis. Tapi kenapa?

"Apa Pangeran sedang sakit?" Aku mencoba menyentuh keningnya tapi dia menepisnya dan menggeleng.

"Kenapa Pangeran tidur di tempat ini? Disini sangat dingin. Pangeran bisa sakit. Kita turun sekarang ya?"

"Lee Seokmin..."

"Iya Pangeran?"

"Maukah kau memelukku?"

***

Aaa ige mwoya? XD
Hai guys, do you miss me? No? Ah its okey XD
I'm back with this long chapter, its almost 4k words kkk .. and i never did it before haha ..
Apa ceritanya membosankan? Kasih saran dong hehe .. Ini belum masuk konflik kok .. masih terlalu awal untuk konflik .. yah gue gak tau sih bakalan seru apa gak konfliknya .. but mind to give me Vomment? Kkkk ..

Dan buat yg nungguin special chapternya CMD, i will post it soon .. really soon .. so, wait for it guys ^^ thank u for always supporting me ^^v

Continue Reading

You'll Also Like

58.3K 8K 67
❝ini semua gara-gara mulutnya yang gak sinkron!❞ ==== : bxb, absurd, lowercase, nonbaku. : just 150-200 words for each chapt. 🕣 » update suka-suka a...
6.8K 721 20
[Seventeen BxB Fiction] Choi Seungcheol x Hong Jisoo *** Si patah hati harus jatuh cinta kembali. Bertemu dengan teman bermainnya semasa kecil sebaga...
18.2K 2.8K 31
Masa remaja bisa jadi waktu penuh tanda tanya, juga untuk empat anak laki-laki yang belajar menjabarkan apa arti cinta. [Congruous : Book I]
185K 10.5K 10
"Kau tak pernah sendirian."