NOT A DRAMA QUEEN [不是戏剧女王]

By zhangfeiya

1.9M 31.3K 780

Karena kalah taruhan, Shanly terpaksa menyatakan cinta pada pria asing yang dia temui di Mall. Apa yang akan... More

SINOPSIS
PROLOG
2 - AWAL PETAKA
3 - Mr Perfect & His Elite Maid
4 - Shanly Dromicia Moz
5 - The Party
6 - THE BOSS (1)

1 - SURAT KONTRAK PEMBAWA PETAKA

72.6K 4K 156
By zhangfeiya

***

Shanly mengusap wajahnya dengan frustasi. Di hadapannya, Ellena tampak tersenyum penuh kemenangan sambil memamerkan surat perjanjian yang sudah mereka buat sejak sebulan lalu. Saat ini mereka berdua sedang berada di ruang tamu apartemen Shanly, dan seperti biasa Ellena bersikap santai dengan tiduran di atas sofa seolah dialah tuan rumahnya. Tapi bukan sikap Ellena yang membuat Shanly frustasi, melainkan isi surat itu.

Surat perjanjian itu berisi, Jika Shanly berhasil menurunkan berat badan maka dia akan mendapatkan macbook baru dari Ellena, tetapi jika dia gagal maka Ellena berhak mengajukan permintaan apa pun yang tidak boleh dibantah - Selama permintaan itu manusiawi dan tak melanggar hukum.

Dan alasan senyum Ellena merekah seperti tadi karena Shanly gagal.

Ya, Shanly gagal. Dia hanya sanggup menurunkan dua kilogram dalam sebulan, dan itu artinya dia harus memenuhi janjinya. Berkali-kali Shanly mencoba bernegosiasi untuk melakukan apa pun asal tidak disuruh menepati janjinya pada Ellena, tapi Ellena tidak pandang bulu. Baginya janji adalah janji, dan tidak ada lagi hal lain yang dia inginkan selain Shanly menepati janji untuk melakukan apa yang dia minta.

Dan alasan Shanly terlihat frustasi dan ngotot tidak mau memenuhi permintaan Ellena, adalah....

Ellena memintanya untuk menyatakan cinta pada kakak tampan yang ada di Mall.

"Kamu gila ya! Apanya yang manusiawi, Len? Menyatakan cinta pada orang asing di public place, kamu sebut itu manusiawi?" Protes Shanly tidak terima.

"Lho,ini kan tidak melanggar hukum? Menurutku inimasih tergolong manusiawi, Shan." Ellena membela diri dengan santainya.

"Manusiawi kepalamu?" Shanly menyentil dahi Ellena, membuat sang pemilik dahimengaduhkesakitan. "Ini meruntuhkan harga diriku tahu!" Shanly berkacak pinggang, menatap Ellena dengan mata melotot.

"Tapi janji tetaplah janji, Shan. Jangan lupa kalau kamu sendiri yang menyetujuidan dengan sadar menandatangani kesepakatan konyol kita diatas materai. Hohoho!"

Shanly merenggut kesal. Sama sekali tidak pernah terbesit olehnya bahwa Ellena akan meminta permintaan seperti ini.

"Bukankah bagus? Kamu akan menyatakan cinta pada pria tampan. Kamu bisa sekalian cuci mata."

"Apanya yang bagus? Mau ditaruh dimana mukaku?"

Ellena menatap Shanly dengan wajah kasihan yang dibuat-buat. "Kalau kamu sudah bosan dengan letak mukamu yang ada diatas, kamu boleh operasi plastik dan memindahkan mukamu kebokong." Ellena berkata seenak dengkulnya.

Sebuah bantal sofa langsung mendarat diwajah Ellen dengan mulusnya. Bukannya protes, Ellen justru tertawa karena dilempar bantal oleh Shanly.

"Dasar sahabat sakit jiwa!" Makinya.

"Kamu tahu sahabatmu ini sakit jiwa, tapi kamu masih mau berteman denganku?"

"Kamu menyebalkan!" Decaknya kesal.

"Hahaha! Aku hanya memberi solusi sekaligus alasan yang bagus agar kamu bisa mendekati pria tampan. Tugasmu mudah sekali, kamu hanya perlu mendekati pria pertama tertampan yang kita temui di Mall, menyatakan cinta, lalu kabur sebelum dia menolak mentah-mentah dan mengataimu 'orang gila'. Mudah bukan?"

Shanly tidak tahu apa yang ada dipikiran sahabatnya sampai terpikirkan ide ajaib seperti barusan. Yang jelas, dia tidak sudi merendahkan harga dirinya. Seumur hidupnya selalu saja kamum pria yang menyatakan cinta, bukan justru kebalikannya.

"Tidak mau! Pokoknya aku tidak mau!" Jerit Shanly lalu berlari masuk kedalam kamarnya, meninggalkan Ellena sendirian diruang tamu.

***

"Mana yah kakak tampannya?" Gumam Ellena lebih pada dirinya sendiri. Wanita itu terlihat menengok kesana sini untuk mencari sosok yang pantas disebut 'tampan', sementara Shanly dibelakangnya hanya bisa bersandar pada tembok dengan kedua tangan terlipat didepan dada, pasrah dengan kelakuan ajaib sahabatnya.

Jika saja Ellena tidak menyeretnya secara paksa dan mengancam akan memecatnya jadi teman, Shanly juga tidak mau begini.

"Ah, yang ini jelek!" Komentar Ellena saat melihat seorang pria lewat di depannya.

"Kalo yang ini kurang tampan, wajahnya pas-pasan." Ellena berkomentar lagi saat melihat seorang pria duduk dibangku dekat eskalator, dia pun kembali mengedarkan pandangan keseluruh penjuru Mall.

Shanly menghela nafas sambil memejamkan mata, tapi tidak lama kemudian matanya langsung terbuka sempurna ketika Ellena menepuk-nepuk pundaknya dengan antusias seperti orang yang kebaran jenggot.

"Nah, yang itu, Shan! Lihat yang itu!" Tunjuk Ellena dengan semangat saat mata cantiknya menangkap sesosok pria tampan berpakaian eksekutif muda yang tengah berdiri didepan pilar Mall sambil menerima telepon.

Shanly bergeser dari tempatnya untuk melihat seperti apa sosok yang ditunjuk oleh Ellena.

Pria berjas hitam yang berdiri diujung sana, bertubuh tinggi sekitar 180 cm. Tubuhnya kekar, berisi, dan juga tegap. Bahunya lebar nan kokoh, kulitnya putih bening. Lalu wajahnya? Tak perlu ditanya lagi. Alis hitamnya terpahat sempurna, sudut matanya tajam dengan bola mata berwarna coklat gelap. Bibir merah muda yang tidak terlalu tebal, tapi terkesan seksi, disertai rahang yang tegas membuat karisma pria itu terlihat semakin kuat. Dan menurut Ellena, ketampanan pria itu sempurna.

Merasa sahabatnya tidak merespon panggilannya, dengan tidak sabaran Ellena menarik Shanly mendekat padanya dan menunjuk pria itu.

"Kamulihat dia?" Tanyanya yang kemudian dibalas Shanly dengan anggukan.

"Targetmu adalah yang itu," Jawabnya singkat yang kemudian membuat kedua mata Shanly membelalak kaget.

"APA?" Shanly melangkah mundur selangkah sambil menatapnya tak percaya.

Mendapat respon yang berlebihan dari Shanly, Ellena menatap sahabatnya heran. "Pria kantoran itu tampan luar biasa. Kenapa kamu bisa sekaget ini? Apa dia kurang tampan? Mau akucarikan yang lebih tampan lagi? Tapi kurasa dia adalah pria tertampan yang kita lihat hari ini." Ellena melirik pria itu dengan terkagum-kagum.

"Bukan itu maksudku!" Shanly menggeram sambil memijat kepalanya. "Kamu menyuruhku menyatakan cinta pada pria setampan itu, bukankah sama saja artinya dengan aku bunuh diri?"

Alis Ellena bertaut. "Kenapa bunuh diri?"

Demi Saturnus dan Pluto! Rasanya Shanly ingin menjambak rambut sahabatnya agar sahabatnya berhenti bersikap lemot. Ellena selalu saja berpura-pura tulalit di situasi yang kurang tepat.

"Jelas saja ini namanya bunuh diri, Len! Yang ada aku akan ditolak mentah-mentah didepan umum dan dihina terang-terangan."

"Jadi kamu mau kusuruh menyatakan cinta pada pria yang jelek? Yang bergigi tonggos, kurus kering, wajah penuh bentol-bentol seperti yang ada di sebelah sana?" Ellena menunjuk sesosok makhluk cungkring mirip alien yang berada tepat di arah jam tiga Shanly.

Shanly menatap sosok yang dimaksud Ellena dengan tatapan ngeri dan menggeleng cepat.

Ellena tersenyum jahil sambil mendorong punggung Ellena. "Bagus, kalau begitu cepat selesaikan misimu! Nyatakan cinta lalu kabur sebelum kakak tampan itu menolakmu!"

Saat itu Shanly berpikir, jika dia benar-benar melakukan apa yang Ellena minta, itu artinya dia benar-benar bunuh diri. Dan yang ada di pikirannya sekarang hanya menyelamatkan dirinya saja.

"Ah, aku tidak mau!" Shanly berbalik mencoba kabur, tapi Ellena yang sudah menduga Shanly akan berubah pikiran pun langsung menahan tangan Shanly dan menyeretnya mendekati pria tersebut.

"Jangan alasan!" Omel Ellena galak.

Ketika mereka berdua sudah dekat dengan sasaran, Ellena langsung mendorong Shanly berhadap-hadapan dengan pria itu sementara dirinya bersembunyi dibalik pilar besar tak jauh dari tempat Shanly dan pria itu berdiri.

Dari tempat persembunyiannya, Ellena memberikan isyarat semangat dengan senyum lebar yang dibalas Shanly dengan mata melotot.

Shanly berdiri dengan gusar di hadapan sang pria, sementara pria itu, yang tak lagi sibuk menelepon, tampak fokus menatap layar ponsel dan sepertinya tidak menyadari kehadiran Shanly.

Shanly menggigit jarinya karena gugup lalu melirik pada Ellena yang berada diujung sana. Ellena melotot dari tempatnya sambil memberi isyarat agar Shanly cepat melaksanakan misinya.

Putus asa, Shanly menghela nafas panjang lalu menatap pria yang masih tak menyadari keberadaannya. Mungkin sebenarnya pria itu tahu ada Shanly didepannya atau mungkin juga pria itu hanya pura-pura tidak sadar. Secara logika, mana ada orang yang tidak sadar akan keberadaan orang lain yang jaraknya hanya satu meter didepannya?

Shanly menghitung dalam hati. Dihitungan ketiga, dia akan menyatakan cinta lalu kabur.

Ya. Semuanya pasti baik-baik saja seperti yang dikatakan Ellena! Hiburnya dalam hati.

Ditatapnya wajah tampan yang sedang tertunduk menatap layar ponsel, lalu dengan suara sehalus mungkin Shanly mulai memanggil pria itu.

"Ehm, permisi."

"..."

"Kak?"

"..."

Lagi-lagi tak ada reaksi. Shanly mulai gelisah. Dia berpaling menatap Ellena diujung sana, mengharapkan pertolongan.

Ellena menggerakkan bibirnya tanpa suara seolah menyuruh Shanly untuk memanggil pria itu lagi dengan suara yang lebih keras.

Shanly menguatkan hatinya lalu berpaling menatap pria itu dan mulai memanggilnya dengan suara yang lebih keras.

"Permisi, kak!"

Kali ini usaha Shanly berhasil. Pria itu mengangkat kepala dan dengan dinginnya, dia menatap sosok wanita bertubuh gempal di depannya dengan alis mengenyit.

"Kamu memanggilku?" Tanyanya dingin.

Shanly menggigit bibir dan mengangguk dengan hati yang ketar ketir.

"Bisa minta waktunya sebentar?" Tanyanya kemudian.

Pria itu terdiam sejenak lalu buka suara. "Apa kita pernah saling mengenal sebelumnya?"

Shanly menggeleng."Tidak. Anda tidak mengenalku begitu juga dengan aku, tapi..."

Sebelah alis pria itu terangkat heran. "Kamu tidak mengenalku, lalu ada perlu apa? Jika kamu kemari hanya untuk menawarkan kartu kredit, aku menolak."

Mata Shanly membesar karenanya. Refleks, dia meraba wajahnya.

Memangnya aku punya wajah sebagai sales kartu kredit?

"Bukan kartu kredit," jelas Shanly.

Pria itu menatap Shanly tajam. "Lalu?"

Mendapat tatapan tajam seperti itu, Shanly mendadak jadi gagap. "Ehm, itu... Itu..."

"Apa yang mau kamu katakan?" Pria itu terlihat mulai tak sabar, dia memasukkan ponselnya berikut tangannya ke dalam saku jas yang Shanly yakini harganya sangat mahal.

"A...Aku..."

Pria itu menatap jam tangan mahalnya lalu beralih menatap Shanly.

"Waktuku tidak banyak. Jika kamu hanya ingin mengatakan hal yang tak penting, aku akan pergi." Pria itu mengangkat kedua alisnya dengan wajah datar lalu berjalan melewati Shanly.

Shanly menatap punggung kekar yang baru saja melewatinya itu dengan was-was.

Bagaimana ini? Apa aku batalkan saja? Tapi jika aku batal menyatakan cinta pada orang ini, bisa-bisa Ellena menyuruhku menyatakan cinta pada makhluk alien disudut sana. Astaga, bagaimana ini?

Shanly menatap kancing bajunya dan mulai menghitung kancing.

Bilang,

Tidak,

Bilang,

Tidak,

Bilang!

Arggggghhhh!!! Kenapa bahkan kancing baju pun tidak memihakku sih?

Tidak mendapat pilihan lain, Shanly pun memejamkan matanya dengan frustasi. Dalam hati, dia berdoa agar pernyataan konyol ini segera berakhir dan dia bisa pulang ke rumah dengan tenang.

"Aku suka kamu! Jadilah pacarku!" Teriak Shanly frustasi.

Pria itu langsung menghentikan langkahnya. Sedetik kemudian, pria itu menoleh dengan tatapan tajam yang sama.

"Kamu bilang apa?" Tanyanya masih dengan tatapan mata yang dingin.

Saat pria itu berjalan mendekat dua langkah kearahnya, barulah Shanly menyadari bahwa beberapa orang yang lalu lalang tadi menatap kearahnya. Sepertinya mereka mendengar apa yang diteriakkan Shanly barusan.

Telapak tangan Shanly langsung basah karena keringat dingin, wajahnya merah karena malu, dan kakinya membeku ditempat karena gugup. Dia bahkan melupakan saran Ellena untuk kabur sebelum sang pria menolaknya mentah-mentah. Apa daya? Rasa gugup yang mendominasi, membuatnya tidak bisa berpikir rasional.

"Aku bertanya padamu, apa katamu barusan?" Tatapan tajam pria itu seolah menembus kedalam hati Shanly. Pria tampan itu terlihat sangat menyeramkan sekarang.

"Ja... Jadi... Pa... Pacarku, kak." Jawabnya terbata.

Pria itu diam sejenak, menilai penampilan Shanly dari ujung rambut sampai ujung kaki, lalu menggeleng tegas. "Tidak mau."

Shanly melongo. "Lho, kenapa tidak mau kak?" Bodohnya, pertanyaan polos itu keluar begitu saja.

Pria itu diam sejenak lalu menatap Shanly dengan tatapan menilai, kemudian berkata, "Karena kamu kurang cantik."

JLEB!

Kata-kata itu seakan menancap tepat dijantung Shanly. Ellena benar-benar memilihkan target yang salah.

"A... Aku permisi," Shanly berjalan menunduk meninggalkan pria itu dengan rasa malu yang tak bisa diungkapkan. Karena tidak melihat jalan, Shanly menabrak troli dan....

"AWAS!" Teriakan beberapa pengunjung yang berada di sana, namun semuanya sudah terlambat. Troli yang ditabrak Shanly menghantam tempat sampah, membuat Shanly yang kehilangan keseimbangan sampai terjungkal ke belakang dan terduduk diatas tempat sampah.

Beberapa anak kecil tertawa sambil menunjuk Shanly. Beberapa orang dewasa bahkan terlihat mengambil foto memalukan itu. Dengan wajah ingin menangis, Shanly menoleh kebelakang dan mendapati pria eksekutif muda itu juga ikut menertawakannya.

Sambil menutup wajah dengan tas, Shanly melompat turun dari tempat sampah dan berlari secepat mungkin dari sana sambil terisak. Dia bahkan tidak mempedulikan Ellena yang mengejar dan berteriak memanggil namanya. Saat ini yang ada di pikirannya hanya keluar dari Mall itu dan mendekam di rumah selama berhari-hari.

Hari ini adalah hari yang paling memalukan bagi Shanly. Dalam hati dia bersumpah, seumur hidupnya dia tidak akan pernah mau lagi menginjakkan kaki di MALL TERKUTUK itu.

TBC

Continue Reading

You'll Also Like

15.4K 1.7K 12
Book kali ini remake dari Drakor dengan judul yang sama namun alur cerita yang sedikit berbeda. Semoga suka ya :) [SUMMARY] Jung Eunha dikutuk untuk...
Two Face By ara

General Fiction

2.3K 348 41
Ketika jodohmu telah ditentukan oleh keluarga, serta mendapatkan persetujuan. Adriana damaswara tidak dapat menolak hal tersebut, menikahi seorang CE...
65.1K 1.2K 108
Rekomendasi lagu-lagu yang masuk dalam playlist lagu saya. Boleh request, kok. Lagu-lagu yg saya rekomendasikan akan di posting beserta liriknya. Unt...
2.3M 254K 45
Bertunangan karena hutang nyawa. Athena terjerat perjanjian dengan keluarga pesohor sebab kesalahan sang Ibu. Han Jean Atmaja, lelaki minim ekspresi...