The Red Affair 「END」

By andhyrama

1M 61.5K 16.2K

[15+] Jatuh ke cinta yang lain ketika sudah ada cincin yang melingkar di jari manis, Damian dihadapkan pada p... More

PREVIEW
THE ODD NUMBER
CHARACTERS
PROLOG
TRA-01
TRA-02
TRA-03
TRA-04
TRA-05
TRA-06
TRA-07
TRA-08
TRA-09
TRA-10
TRA-11
TRA-12
TRA-13
TRA-14
TRA-15
TRA-16
TRA-17
TRA-18
TRA-19
TRA-20
TRA-21
TRA-23
TRA-24
TRA-25
TRA-26
TRA-27
TRA-28
TRA-29
TRA-30
TRA-31
TRA-32
TRA-33
TRA-34
TRA-35
TRA-36
TRA-37
TRA-38
TRA-39
TRA-40
BOOK VERSION
VOTE COVER
OPEN PO TRA!
DI SHOPEE!

TRA-22

14.6K 1.2K 445
By andhyrama

The Red Affair

(The Kingston City Series #1)

a novel by Andhyrama

www.andhyrama.com// IG: @andhyrama// Twitter: @andhyrama//FB: Andhyrama// Ask.fm: @andhyrama

***

Damian melupakan mimpinya tadi malam, ia benar-benar melupakan potongan-potongan gambar di otaknya selama tertidur. Sesuatu yang ia ingat adalah percakapannya dengan Firanda setelah Firanda pulang menemui adiknya. Ia ingat Firanda hanya mengatakan bahwa Fiona baik-baik saja dan bagaimana istrinya menunjukkan ekspresi sangat senang karena sudah bertemu dengan adiknya. Tidak ada hal lain yang Firanda katakan kemarin malam, istrinya itu tidak memberitahu di mana Fiona tinggal dan apa pekerjaannya sekarang. Sama halnya dengan Damian yang tak mau repot-repot bercerita tentang kedatangan Melissa yang tidak diduga-duga.

Minggu pagi ini layaknya minggu-minggu yang lain. Damian bangun dan mengambil koran yang dilemparkan pengantar koran beberapa jam sebelumnya. Ia duduk di bangku depan rumah dan membaca korannya. Seperti kemarin, berita kematian Tuan Ross masih menjadi sorotan utama.

Damian cukup bersyukur tidak ada berita tentang insiden pemakaman kemarin. Pemakaman kemarin memang tertutup dari media dan memang hanya keluarga dan kerabat saja yang hadir dalam pemakaman kemarin. Akan sangat berbahaya jika insiden Melissa yang mengamuk dimuat juga dalam koran. Ia sadari kekuatan media memang sangat menakutkan.

Sekarang ini berita yang lebih disoroti adalah Ramona Ross yang dijuluki Wanita Iblis oleh media. Walau penyelidikan sudah ditutup dan Ramona Ross sudah menjadi terdakwa, vonis belum dijatuhkan. Rencana vonis memang akan dijatuhkan hakim tidak lama setelah pemakaman Tuan Ross. Dalam koran yang Damian baca, kemungkinan vonis kepada Nonya Ross adalah antara hukuman dua puluh tahun, hukuman seumur hidup atau hukuman mati.

Sampai saat ini, Ramona Ross belum mau mengakui kesalahannya. Di sisi lain, Davey Rogers akhirnya buka mulut bahwa kliennya memang menanyakan tentang warisan sesuai dengan yang dikatakan saksi, tetapi ia membantah dengan keras bahwa ia menjalin hubungan istimewa dengan Ramona. Catatan Tuan Ross hanya sebuah perkiraan bahwa Ramona bermain api dengan Davey. Walau Tuan Ross memang menuliskan bahwa perselingkuhan itu telah terbukti, namun bukti itu sekarang tidak ada. Davey Rogers menegaskan bahwa hubungan antara dirinya dan Ramona Ross hanya sebatas teman.

Damian mengingat kembali perkataan Alena semalam. Ada orang yang tengah bekerja memutarbalikkan fakta dan gadis itu mengira panahnya tengah menuju ke arahnya. Ia berspekulasi bahwa satu-satunya orang yang bisa melakukan itu hanyalah pengacara. Damian membenci profesi pengacara karena menurutnya mereka bisa membenarkan yang salah dan menyalahkan yang benar. Teori di otaknya yaitu bahwa Davey Rogers yang tengah berusaha membuat patnernya keluar dari tuduhan. Walau dalam kasus ini Ramona Ross telah ditetapkan menjadi terdakwa tunggal, tetap saja pembunuhan itu bisa saja melibatkan Davey Rogers atas segala hubungannya dengan korban dan pelaku.

Damian membawa korannya, masuk ke dalam rumah dan menaruh korannya di tumpukan koran yang lain. Langkahnya kemudian menuju ke dapur. Ia melihat Firanda dan Alena tengah memasak bersama. Dua wanita itu tampak akrab dan saling melontarkan candaan sembari memasak.

"Firanda, aku akan memeriksa Bobby. Dia harus bangun dan sarapan bukan?" tanya Alena. "Aku juga akan merapikan kamarnya, semoga saja dia tidak mengompol," tambah Alena yang langsung pergi saat Firanda mengangguk dan tersenyum padanya.

Alena menjumpai Damian yang tengah berdiri di lorong menuju ke dapur. Matanya tertuju pada wajah Damian dengan tatapan aneh. Alena dengan cepat mencium pipi Damian dan mendekatkan mulutnya ke telinga lelaki itu.

"Kau memang takut pada istrimu, tapi aku tidak," bisiknya segera melangkah kembali ke kamar Bobby.

Damian terdiam, ia terkejut sekaligus bingung. Kata-kata Alena sangat misterius, tapi ia mengerti maksud di balik kata-kata itu. Firanda memang membuatnya takut dan itu memang alasan satu-satunya kenapa dia tidak mau menuruti perintah Alena untuk kabur bersama. Alena tidak takut berarti gadis itu memang sudah mantap untuk tidak melepaskannya, ia tak gentar untuk segera meretakkan rumah tangganya dan mengambil dirinya dari istrinya.

Tangan Damian sedikit bergetar, matanya memantau Firanda. Ia takut jika sang istri melihat kecupan tadi. Untung saja Firanda masih sibuk memasak. Dengan memberanikan diri, ia masuk ke dapur dan menemui wanita yang telah memberinya anak lelaki itu.

"Sayang," panggilnya.

"Iya, Suamiku," jawab Firanda tanpa menoleh ke arah suaminya.

Damian memposisikan tubuhnya untuk berdiri tepat di belakang Firanda kemudian ia mengangkat kedua tangannya menuju pinggang istrinya. Kepalanya ia dekatkan ke sisi wajah istrinya. Itu ia lakukan dengan gemetaran. Sebelum kemunculan Alena, dia sering melakukan itu. Mengganggu istrinya yang tengah memasak, menyapu, mencuci atau pun pekerjaan lain, kemudian bibirnya akan menggoda istrinya dengan lembut, bermain kata untuk melambungkan hati istrinya. Ia ingin melakukannya lagi agar Firanda tidak menaruh rasa curiga atas perubahan yang dikarenakan terbaginya kapasitas otaknya dengan berbagai pikiran baru.

"Sayang, kautahu betapa besar aku mencintaimu?" tanya Damian.

"Sebesar dunia?" jawab Firanda.

Damian menggeleng, menyentuhkan jambang tipisnya ke pipi tirus istrinya.

"Sebesar jagad raya?" Firanda mencoba jawaban lain.

"Sebutir berlian," sahut Damian.

"Sangat kecil," kata Firanda dengan nada kecewa.

"Ya. Kecil, namun kuat dan begitu berharga," jelas Damian.

Firanda tersenyum lebar dan kemudian membalikkan badannya untuk mencium suaminya.

"Aku akan memancing bersama Derek," kata Damian.

Wajah Firanda berubah penuh tanya. "Lagi?" tanyanya.

"Ya. Kali ini kami akan memancing di laut. Aku akan membawa Bobby. Kau ingin ikut?" tanya Damian yang sejatinya tahu jawaban Firanda.

"Tidak. Aku ada janji dengan Alice," kata Firanda memunculkan senyumnya.

"Alice?"

"Ya. Aku juga akan mengajak Alena. Kautahu? Kami bertiga sudah menjadi teman. Bahkan kami saling bertukar rahasia," kata Firanda.

"Wah, semoga saja kalian para wanita tidak bersekongkol berbuat sesuatu," sahut Damian terkekeh.

"Kau ini ada-ada saja!" kata Firanda membalikkan badannya untuk kembali memasak.

Damian memundurkan badannya dan memerhatikan istrinya memasak. Ada perasaan aneh yang ia rasakan, namun segera ia enyahkan. Ia ambil segelas air putih dan diteguknya dengan cepat. Tatapannya yang tidak berfokus pada apapun menunjukan bahwa ia tengah berpikir. Sebuah rencana memang sudah ia pikirkan, rencana yang akan segera ia realisasikan. Mengungkap misteri yang mengusiknya selama ini.

Setelah sarapan dan mandi, Damian membawa Bobby yang juga telah bersiap ke mobilnya. Ia juga kembali ke rumah untuk mengambil peralatan memancingnya yang ada di gudang. Saat melihat Firanda tengah menggunakan penyedot debu di ruang tengah, Damian tampak kaget.

"Sebelumnya kau tidak membawa peralatan memancingmu, bukan?" tanya Firanda mematikan alat penyedot debunya.

"Ya. Aku lupa," jawab Damian sekenanya. "Aku rasa aku tidak harus meminjam lagi sekarang," tambahnya dengan senyum yang dipaksakan.

Firanda menggeleng-geleng dengan tersenyum kecil.

"Kapan kau dan Alena akan pergi dengan Alice?" tanya Damian.

"Jam sebelas. Dia akan menjemput kami," jawab Firanda.

"Oh, begitu. Aku pergi dulu, Sayang," kata Damian mencium pipi istrinya.

"Hati-hati, Sayang! Salam buat Derek," ucap Firanda kembali menyalakan penyedot debunya.

Damian menaruh peralatan memancingnya ke bagasi belakang, duduk di jok kemudi dan langsung tancap gas ke jalanan. Bobby kecil duduk di sampingnya dengan memerhatikan jendela. Mata bening anak itu memerhatikan papan-papan iklan di jalanan, nama-nama toko dan tulisan-tulisan lain yang bisa ia baca, sedangkan Damian masih memikirkan bagaimana mengeruk informasi dari sepupunya.

Roby melihat Alice bertemu dengan Derek, tetapi sahabatnya itu tidak memberitahu apa yang sebenarnya dijelaskan tunangannya tentang kejadian itu. Selain itu, sesuatu yang perlu ditanyakan pada Derek adalah menyoal tentang kunjungannya ke rumah dan bertemu Firanda. Saat kunjungan itu terjadi, Damian melihat Firanda bersama seorang lelaki yang tidak ia lihat wajahnya mengendari mobil dan melewatinya padahal sebelumnya ia sudah melihat istrinya di ruang tunggu bioskop. Apakah lelaki yang bersama istrinya itu adalah Derek? Satu lagi pertanyaan mendasar untuk Derek, apakah sepupunya itu yang memberitahu pada Firanda bahwa pada sabtu lalu Damian tidak bersamanya? Jika benar ada campur tangan Derek, inilah akar masalahnya. Firanda mengikutinya ke Morning Abby setelah tahu bahwa Damian tidak bersama sepupunya.

"Bobby, bisa bantu Papa?" tanya Damian.

Bobby tidak menjawab, anak itu hanya mengangguk dengan terus memandang ke arah jendela.

"Lihat ini, Bobby!" suruh Damian pada anaknya.

Bobby menurut, ia memerhatikan layar ponsel yang ditunjukan ayahnya.

"Ini Tante Alena," kata Bobby memerhatikan foto yang ada di layar itu. "Tante gila itu!"

"Melissa," ucap Damian membenarkan sembari mengusap layarnya ponselnya yang ia pegang dengan satu tangan.

Bobby diam melihat foto yang ketiga. "Ini siapa?" tanyanya pada Damian.

"Tante Alice. Kau tahu Om Roby yang pernah menginap di rumah kita 'kan? Dia ini tunangannya," jelas Damian.

"Om Loby, dia masih hidup?" tanya Bobby.

Damian sontak tertawa mendengar pertanyaan konyol anaknya. "Ya. Tentu saja dia masih hidup. Jangan bertanya yang tidak-tidak." Damian menyerahkan ponselnya pada anaknya dan mengusap-usap rambut anaknya itu. " Nanti, tunjukan foto-foto itu pada Paman Derek, tanyakan apakah dia mengenal mereka," lanjut Damian.

Bobby mengiyakan sembari memerhatikan foto-foto di ponsel ayahnya itu. Damian tahu anaknya ini memang sangat pintar, ia bisa diandalkan untuk membantunya. Sedangkan dua pertanyaan lain akan dia ajukan pada sepupunya sendiri secara terselubung.

Derek memang tengah menghabiskan waktu untuk bersenang-senang menjalani hobinya. Kliniknya tengah dibangun dan selama itu, dia masih bisa menghabiskan waktunya untuk memancing dan berlayar.

Sesuai janji yang dilakukan semalam antara Damian dengan Derek, mereka akan bertemu di pantai Golden Bay. Sesampainya di area teluk, Damian menitipkan mobilnya di parkiran yang juga terdapat mobil-mobil lain. Ia membawa peralatan memancing dan menggendong anaknya. Di pantai, Derek melambai di dekat sebuah kapal pesiar berwarna putih. Damian memerhatikan Derek yang memakai kaus putih ketat yang menunjukan lekuk tubuh bugarnya yang sempurna.

"Dam!" panggil Derek.

"Hai! Kau menyewa kapal ini?" tanya Damian memerhatikan kapal pesiar pribadi yang berada di dekat Derek. Menurutnya kapal itu tampak menyenangkan.

"Tidak. Ini milik temanku," kata Derek menunjuk ke arah pria yang ada di atas kapal.

"Kau pasti Dami! Aku Arlo!" teriak lelaki berambut gondrong itu pada Damian.

"Hai Arlo!" teriak Damian menyapa.

"Paman!" teriak Bobby yang meminta turun untuk menghampiri pamannya.

Damian menurunkan Bobby yang segera berlari ke arah Derek. Pemuda itu segera mengangkat Bobby dan menggendongnya.

"Kau siap untuk berlayar?" tanya Derek.

"Siap! Aku akan menjadi bajak laut!" teriak Bobby.

Damian merasakan ponsel yang ada di sakunya bergetar, dengan cepat ia mengangkat ponselnya tersebut. Firanda meneleponnya, ia segera mengangkatnya karena ia sudah bisa menduga apa yang akan ditanyakan istrinya.

"Sayang, kau sudah sampai?" tanya Firanda.

***

Firanda ada di sebuah butik. Ia berdiri di dekat sebuah manikin cantik yang memakai gaun pengantin. Tidak jauh dari tempatnya berdiri, Alena tengah memerhatikan gaun-gaun yang ada di butik itu. Ia tampak tertarik dengan gaun-gaun indah yang dipakai para manikin. Firanda segera menghampirinya setelah selesai menelepon suaminya.

"Kau akan sangat cantik mengenakan baju pengantin ini, Alena," kata Firanda menunjuk ke gaun pengantin putih yang tampak berkilau itu. "Kau dan Jimmy akan menjadi pasangan yang sempurna," tambah Firanda menepuk punggung Alena.

Alena hanya tersenyum dan meraba-raba gaun itu. Tangannya menyusuri permukaan kain gaun pengantin yang terasa lembut itu. Tak lama, ia dan Firanda mendengar suara langkah sepatu. Mereka berdua segera menoleh ke belakang dan melihat Alice dengan gaun pengantinnya.

"Alice! Sangat pas! Kau tampak mengagumkan!" seru Firanda yang langsung mendekati Alice yang tersenum malu itu.

"Kau begitu cantik," ujar Alena sembari menyentuh gaun yang dipakai Alice.

Firanda dan Alice tampak bingung melihat mimik wajah Alena yang sedikit muram, namun mereka berdua segera tahu yang harus dilakukan.

"Bagaimana jika kau mencoba gaun itu, Alena," kata Firanda menujuk ke gaun yang sebelumnya ia dan Alena perhatikan.

"Ya! Alena, ayo coba!" ucap Alice semangat.

Wajah Alena tampak tersipu dan tentu saja dia mau untuk mencobanya. Firanda dan Alice menunggu dengan saling berbincang bersama salah satu pelayan butik itu. Tak sampai setengah jam, Alena keluar dari ruang ganti dan datang mendekati Firanda dan Alice.

Dua wanita itu menggeleng pelan, melihat Alena tampak begitu cantik dengan gaun pengantin. Tidak akan ada yang menyangka kalau wajah itu adalah wajah seorang manusia, kecantikan Alena tak ubahnya seperti wajah-wajah manikin di butik itu. Dengan rambut panjang yang bergelombang, Alena tampil sempurna.

Kedua mata Alena tiba-tiba basah dan meneteskan air mata, Firanda dan Alice segera menghampiri boneka porselen itu dan menanyakan apa yang terjadi.

"Aku hanya membayangkan jika aku menikah dengan pria itu. Aku hanya membayangkan dia ada di sisiku sekarang ini," kata Alena yang tangisannya turun semakin deras.

"Astaga, Alena," ucap Firanda yang langsung memeluk Alena dan menepuk punggungnya.

Alena mengangkat tangannya untuk memeluk Firanda, sementara kedua matanya menangis, bibirnya menyeringai dalam pelukan wanita yang secara tersirat telah mengizinkannya menjalin hubungan dengan Damian. Tidak disadari oleh Alena ternyata Alice melihat seringainya yang misterius itu.

***

Question Time

1. Apa pendapat kalian tentang part ini?

2. Lebih seru perselingkuhannya atau pembunuhannya?

Continue Reading

You'll Also Like

272K 18.1K 24
Tidak ada sinopsis. Sequel dari Perfect Two dan Sexy Dad. Edsel Leif Ericson dan Raynelle Zevanna Avshalom. Warning! adult content 18+
1.1M 25.9K 22
Forbidden Desire #1 Celine Blythe story.... Celine Blythe telah mencintai Rock Xander, atasannya yang tampan sekaligus sahabat kakaknya, selama berta...
6M 474K 57
Menceritakan tentang gadis SMA yang dijodohkan dengan CEO muda, dia adalah Queenza Xiarra Narvadez dan Erlan Davilan Lergan. Bagaimana jadinya jika...
38K 509 25
Tasya terjebak akan cinta posessive dari Bryan kekasihnya. Pria itu sangat menyayanginya tapi juga membuatnya bagai budak cinta. Lama-lama hal itu me...