Friends

By Churniekova

120K 7.6K 835

Ini tentang 2 murid laki-laki yang berteman dan merasakan sesuatu yang aneh diantara keduanya TANPA mereka sa... More

Foreword
Part 1: First Day
Part 2: Friend!
Part 3: My Friend's Boyfriend
Part 4: Extracurricular
Part 5: Basketball
Part 7: Night Club and Drunk
Part 8: Heartbeat
Part 9: First Match
Part 10: Lotte World!
Part 11: Adventure
Part 12: Rival
Part 13: Captains
Part 14: First Kiss
Part 15: Boyfriend
Part 16: Misunderstand
Part 17: Sorry (1)
Part 18: Sorry (2)
Part 19: Summer Sunshine
Part 20: Jeju Love Land
Part 21: Romance
Part 22: True Love
Part 23: Confrontation
Part 24: Confession
Part 25: Christmas
Part 26: Broken Vow
Part 27: Fast Forward
Part 28: Meet Again
Part 29: Wedding
Part 30: Sweet Dreams
Part 31: Negotiation & Deal
Part 32: Moms Say No
Part 33: Decision
Part 34: Separation
Epilog
Extra Ch. 1: A Year Of Beginning
Extra Ch. 2: Wedding Ceremony
Extra Ch. 3: Family Blessing
Extra Ch. 4: The Best Birthday Ever
Extra Ch. 5: Road To CEO!
Extra Ch. 6: Game Over
Extra Ch. 7: Down The Isle

Part 6: Change

2K 198 13
By Churniekova

Nama sebutan (bukan percakapan langsung) aku tulis biasa: ayah, ibu, bibi, paman. Tapi kalau nama sapaan (saat percakapan langsung) aku tulis dengan Korea: appa, omma, ahjussi, imo.

_____________________

~Sungmin~

Aku baru pulang dari Gangnam, Jimin memintaku menemaninya shopping sejak jam 7 sore tadi, dia mengajakku keliling-keliling sampai kakiku kelelahan, Sunkyu dan Jia sibuk dengan tugas sekolah mereka jadi mereka menjadikanku sebagai korban Jimin.

Aku baru pulang jam 11 malam, aku mengirim pesan pada Omma agar Omma tidak perlu menungguku tapi Omma pasti tidak mau mendengarkanku dan tetap menungguku. Saat aku keluar dari peron Yeoksam station aku berpapasan dengan seseorang yang kukenal, Kyuhyun? Kenapa dia disini? Apa dia baru saja naik kereta? Dengan siapa? Aku mau menyapanya dan bertanya padanya agar aku tidak sibuk bertanya dengan pikiranku sendiri tapi wajah Kyuhyun terlihat sangat kacau, dia terlihat kesal dan begitu melihatku dia terkejut, entahlah... mungkin ada seseorang yang membuatnya kesal.

"Kyuhyun?" aku berjalan dan semakin mendekatinya yang tiba-tiba diam, "kenapa kau ada disini? kau ada perlu disini?"

"e...ya...se...sebenarnya... aku tadi melamun dan tidak sengaja sampai disini"

"eh? tidak sengaja?" alasan macam apa itu?

"tadinya aku mau turun di Gangnam station tapi aku lupa dan baru sadar setelah kereta berhenti disini"

"jangan-jangan kita tadi naik satu kereta, tapi beda gerbong?" dia kembali terkejut.

"benarkah? ah..ya mungkin" dia terlihat tidak berkonsentrasi, aku lihat matanya agak sayu, apa dia mengantuk? atau... mabuk? Aku mendekat untuk mengendus tapi dia menjauh.

"hey... tenang aku cuma mau memastikan apa kau mabuk atau tidak" ucapku sambil menjauh, mungkin dia terkejut aku terlalu dekat "kau baru saja minum?"

"eh?" dia masih tampak bingung dan gugup, apa itu pengaruh alkohol? "ya... seperti biasa"

"hm... pergi dengan perempuan? perempuan mana yang kau ajak kencan kali ini?" aku bertanya dengan santai walaupun aku merasa kesal membayangkan dia pergi dengan sembarang perempuan, tapi itu kan kebebasannya, aku hanya teman dan tidak berhak mengatur apa yang harus dia lakukan.

"hanya bertemu di klub, aku tidak mengenalnya" Kyuhyun menjawab dengan berpaling.

"klub? kau bertemu perempuan yang tidak kau kenal di klub dan mengajaknya kencan? Hebat sekali.." aku menjawabnya dengan sindiran.

"kau tidak percaya? Tidak ada perempuan yang akan menolak berkencan denganku" dia terkekeh tapi masih tak memandangku.

"hmm..." dia memang tampan, aku tahu bagaimana perempuan melihat Kyuhyun "kencanmu berhasil?"

"tentu saja, aku berhasil mengajaknya tidur..." dia menoleh dan ucapannya terhenti. Aku tahu kenapa, karena wajahku pasti terlihat aneh, aku terkejut, tentu aku terkejut, dia 'tidur' dengan perempuan yang baru ditemuinya dan baru dikenalnya, aku baru sadar seperti inilah Kyuhyun, temanku. Aku mencoba tersenyum walaupun rasanya berat, entah kenapa bibirku berat untuk tersenyum. Aku memang merasa aneh karena aku baru tahu gaya hidup Kyuhyun yang seperti ini, teman-temanku nakal tapi tak senakal itu. Tapi perasaan aneh di dadaku ini seperti rasa sakit.

"kau sangat berpengalaman huh?" aku berusaha untuk mencandainya tapi aku merasa sakit dan aku tidak tahan, aku merasa sulit bernafas, "kalau begitu selamat bersenang-senang, aku harus pulang, Omma sedang menungguku" aku melambai canggung dan pergi melewati Kyuhyun yang masih diam.

Dadaku sakit, aku tidak bisa mendengar cerita Kyuhyun lebih banyak lagi, aku memang bukan teman yang baik. Apa aku kecewa punya teman yang suka mempermainkan perempuan? Mungkin. Apa aku kecewa Kyuhyun baru saja bercinta dengan perempuan? Tidak mungkin. Apa hubungannya denganku? Rasa sakit ini pasti hanya rasa sensitif keperdulianku akan perempuan, iya pasti karena aku terlalu perduli pada perempuan aku tidak mau Kyuhyun mempermainkan mereka, tapi aku harus memahami itu sudah kebiasaan Kyuhyun, dia laki-laki normal, suka main perempuan, aku harus menerimanya karena aku temannya.

"Omma aku pulang" aku masuk dan ganti sandal, aku lihat Omma bangun dari sofa dengan tv menyala "Omma tidur saja, tidak perlu menungguku, aku kan sudah besar, aku pasti pergi dan pulang malam"

"tidak apa-apa, Omma tidak bisa tidur kalau pintu rumah tidak terkunci"

"rumah kita tidak punya barang berharga untuk dicuri"

"aigoo...kau ini"

"Omma aku mau ke kamar, Omma tidur ya, pintu sudah aku kunci"

"iya..selamat malam" Omma bangun dan masuk kamarnya.

"selamat malam Omma".

Aku ganti baju dengan piyama dan kubersihkan muka dengan facial foam, wajahku jadi segar. Aku siap-siap tidur dan mematikan lampu, aku tidak mau memikirkan Kyuhyun dan kebiasaannya.

****

Hari Senin di sekolah aku duduk diam mempelajari tema pelajaran hari ini, Kyuhyun datang dan duduk, aku menoleh tapi aku tidak tahu apa yang harus kubicarakan dengannya jadi aku hanya tersenyum. Setelah aku tahu bagaimana pergaulan Kyuhyun jika diluar aku merasa tidak benar-benar mengenal Kyuhyun, aku tidak tahu apa-apa tentangnya mungkin disini hanya ada murid laki-laki jadi Kyuhyun tidak bisa memperlihatkan dirinya yang flamboyan.

"weekendmu menyenangkan?" aku bertanya dengan santai, aku putuskan untuk bersikap seolah tak terjadi apa-apa, memang tidak ada apa-apa kan, aku harus mengenal Kyuhyun lebih dekat lagi karena sebagai teman aku harus mengenalnya, meskipun itu kebiasaan buruknya.

Dia melirikku dengan wajah yang tidak nyaman. "kau... tidak marah?"

"eh? kenapa aku harus marah?"

"kemarin... kau tahu aku..."

"tidak apa-apa, itu kan sudah kebiasaanmu, aku sebagai teman harus mengertimu kan, asalkan perempuan yang kau permainkan bukan teman-teman yang kukenal, aku rasa semua laki-laki pasti sepertimu kan" tiba-tiba aku teringat Jia, pacar Jia kan teman Kyuhyun! "tunggu dulu, apa pacar Jia juga suka pergi ke klub malam dan kencan dengan perempuan liar?"

"tidak! Zhoumi tidak seperti itu... dia tidak sama denganku, kau tenang saja, Zhoumi tidak akan menyakiti temanmu"

"oh..baguslah.. kalau sampai dia macam-macam, awas saja"

"kau menyeramkan"

"memang.. kau harus takut padaku"

Dia terkekeh, dia terlihat santai lagi.

"kau pernah mengajakku datang ke rumahmu kan" dia menoleh terkejut.

"ah ya, kenapa?"

"aku mau main.."

"hari ini??"

"tapi bukan ke rumahmu"

"eh? lalu?" dia terlihat bingung.

"ajak aku bermain ke tempat biasa kau main" Dia terlihat berpikir mencerna kata-kataku, "aku ingin lebih dekat denganmu karena aku temanmu, jadi aku harus tahu keseharianmu kan, kau kan sudah tahu semua tentangku dari keseharianku yang hanya pergi ke bakery atau pergi dengan teman-teman perempuanku saat weekend sementara aku tidak tahu apa-apa tentangmu".

"Oh... baiklah"

Aku tersenyum, aku rasa aku tidak akan merasa terluka karena kebiasaan Kyuhyun yang sering main perempuan jika aku mengenalnya lebih jauh lagi, aku tidak perlu terlalu sensitif memikirkan semua perempuan yang Kyuhyun ajak kencan.

Pulang sekolah Kyuhyun mengajakku pergi naik mobilnya, aku mengirim pesan pada Omma kalau aku akan pulang terlambat, Omma tidak terlalu khawatir karena tahu aku sudah besar dan lagipula aku beritahu Omma aku pergi dengan Kyuhyun.

"kau sangat dekat dengan ibumu huh?" aku menoleh setelah mengirim balasan dari pesan yang aku dapat baru saja.

"hmm... tentu aku dekat dengan Omma, semua anak pasti dekat dengan orang tuanya"

"tidak juga" dia berpaling melihat keluar jendela, aku melihat ada semburat luka dalam pandangan mata Kyuhyun, apa dia tidak dekat dengan orang tuanya?

"ceritakan padaku bagaimana hubunganmu dengan orang tuamu, kau kan sudah pernah bertemu Omma"

"hubunganku biasa saja"

"tapi kau masih punya semua kan? ayah ibu.."

"ya..mereka masih ada, tapi aku tidak pernah merasakan kehadiran mereka" Eh? apa mungkin Kyuhyun mencari hiburan diluar karena itu? "kita sudah sampai, ahjussi pulang saja dulu, aku bisa pulang dengan taxi nanti" ucap Kyuhyun pada driver.

"baik tuan muda"

Kyuhyun membawaku masuk ke sebuah gedung bertuliskan bilyard, dia menggandengku masuk. Ada banyak laki-laki dan perempuan di dalamnya, mereka menempati masing-masing meja, mereka semua main bilyard dan perempuan-perempuan mereka berdiri memberikan semangat. Ada Zhoumi di salah satu sisi ruang.

"hai..Kyuhyun! kau datang lebih awal"

"iya, aku punya banyak waktu"

"kau bawa teman?"

"biasanya kau bawa perempuan baru" kata teman-temannya yang lain.

"oh teman Jia, kita belum berkenalan kemarin kan, aku Zhoumi"

"namaku Lee Sungmin" aku angguk sopan.

"santai saja, mereka semua temanku walaupun mereka semua daehaksaeng" Kyuhyun merangkul pundakku.

"ayo kita mulai main"

"kalian mau taruhan?" Kyuhyun melepas blazernya.

"boleh juga, ayo kita taruhan"

"tolong pegang" Kyuhyun memberikan blazernya padaku, aku pegang dengan memeluknya di tangan.

"dia tidak ikut main?" Zhoumi bertanya pada Kyuhyun.

"kau mau ikut main?" Kyuhyun bertanya padaku.

"tidak, aku tidak bisa main"

"baiklah... kita jangan ganggu dia" Kyuhyun berkata padaku sebelum menoleh pada teman-temannya.

Kyuhyun mulai bermain bilyard, aku tidak begitu tahu tapi aku bisa lihat Kyuhyun bisa memasukkan beberapa bola secara berurutan, sepertinya dia pandai semua olahraga. Aku melihat perempuan-perempuan yang bergelayut pada pasangan mereka bahkan memberi ciuman jika pasangan mereka berhasil memasukkan bola, mungkin hal seperti ini sudah biasa bagi Kyuhyun, tadi temannya juga bilang Kyuhyun selalu membawa perempuan yang baru jika datang, perempuan-perempuan ini pasti juga hanya bersenang-senang, aku rasa aku tidak perlu terlalu sensitif memikirkan perasaan perempuan.

Aku terlalu sibuk mengomentari keadaan di sekitar Kyuhyun sampai aku tidak sadar permainan selesai dan Kyuhyun tersenyum padaku, aku hanya balas senyum walau tidak tahu kenapa dia senang, dia berikan uang padaku.

"apa ini?"

"kita menang"

"kau memang bocah brengsek yang beruntung, kau mau pakai uang itu untuk mengajak temanmu cari perempuan huh?" ucapan mereka sangat kasar tapi aku harus paham memang begitu cara laki-laki bicara.

"haha..." Kyuhyun hanya tertawa "Sungmin bisa kau ambilkan minum? aku haus"

"ya tentu saja, dimana?"

"di bar sana, aku mau bir ini uangnya, kau bisa minum apa saja, kau pilih saja"

"okay.." Kyuhyun menarik tanganku saat aku beranjak "tapi kau tidak boleh minum alkohol"

"tentu saja tidak, ini masih sore"

"baguslah kalau kau tahu"

"tapi dia sendiri pesan bir"

Aku pergi ke bar dan pesan bir dengan jus kaleng, aku bayar tapi ada seorang perempuan mendekatiku.

"Kyuhyun datang sendirian kali ini?" dia bertanya padaku

"dia datang denganku" kataku tanpa pikir panjang.

"haha...maksudku dia datang tanpa perempuan, aku tidak perduli siapapun teman laki-laki yang bersamanya" aku lihat gaya perempuan itu, dia hampir tampak mengenakan bikini, atasannya bikini top tapi bawahannya rok mini, Kyuhyun tidak mungkin mau dengan perempuan bergaya murahan seperti ini kan, melihat dandanannya aku jadi kesal, aku rasa tidak semua perempuan perlu diberi simpati kalau perempuannya seperti ini.

"aku rasa Kyuhyun suka dengan perempuan yang lebih berkelas daripada kau" aku pergi melenggang didepannya.

Aku berikan kaleng bir pada Kyuhyun dan dia langsung meminumnya, aku juga minun jusku.

Setelah mendengar Kyuhyun mengobrol sebentar lalu Kyuhyun mengajakku pergi, aku ikut saja digandeng lagi. Kyuhyun memanggil sebuah taxi, lalu bertanya padaku.

"kau mau pergi kemana lagi?"

"ke tempat biasanya kau pergi main?"

"aku cuma bertemu teman ke rumah mereka, kau mau pergi ke rumah mereka satu per satu?"

"tidak..aku kan tidak kenal mereka"

"makanya..."

"hm... kalau begitu bawa aku ke tempat yang selalu kau datangi saat weekend.. bawa aku ke klub"

"klub???" Kyuhyun terkejut, aku cuma mengangguk "kau serius?"

"iya..."

Kyuhyun terlihat bingung tapi entah kenapa dia bingung "baiklah tapi tidak sekarang, kita harus pergi saat weekend"

"okay...kalau begitu aku pulang dulu, ahjussi tolong pergi ke subway..."

"tidak usah, ahjussi terus jalan, kita ke Yeoksam-dong"

"ke rumahku?

"tentu saja, aku antar kau pulang dulu baru aku pulang"

"tidak perlu, aku bisa pulang sendiri, nanti kau harus putar balik makin jauh.."

"Sungmin... aku tidak suka jika niat baikku ditolak, diam saja" dia berucap dengan serius dan aku merasa tidak berani melawannya.

"okay..." aku kembali ke posisi dudukku dan diam sepanjang jalan. Taxi berhenti setelah sampai di depan bakery, hari sudah hampir gelap. "kau mau turun dulu? ini sudah hampir jam makan malam, aku hanya mau bantu Omma tutup toko, kalau kau mau menunggu kau bisa makan malam di rumahku sebelum pulang" dia terlihat berpikir lalu menggeleng.

"aku rasa lebih baik aku langsung pulang" dia berucap dengan wajah yang tampak ragu-ragu, apa dia takut merepotkan kami?

"kau yakin? Omma pasti senang kalau kau mau makan malam di rumah"

"kenapa bisa begitu?"

"karena aku tidak pernah membawa teman laki-laki main ke rumah dan makan malam dengan kami"

"jadi teman-temanmu yang lain juga pernah makan malam di rumahmu?"

"Sunkyu, Jia dan Jimin, tentu saja, bahkan menginap di rumahku"

"oh haha... iya aku tahu...baiklah aku akan ikut turun" dia bayar taxi yang kami tumpangi lalu kami turun, kami menemui Omma di bakery dan Omma sudah siap-siap tutup toko.

"Kyuhyun... bibi senang kau mau datang lagi, maaf kemarin bibi tidak sempat menjamu"

"tidak apa-apa imo..."

"kau mau ikut makan malam dengan kami kan?"

"Sungmin sudah mengatakannya, iya... aku akan ikut makan malam"

"baguslah.. Sungmin tolong tutup bagian belakang, chef sudah pulang semua"

"iya Omma.."

Kami bertiga lalu keluar dari bakery dan Omma mengunci sliding doornya sebelum kami pergi. Omma bertanya pada Kyuhyun, aku melarangnya agar tidak mengganggu Kyuhyun karena dari percakapan sebelumnya aku bisa merasakan hubungan Kyuhyun dengan orang tuanya tidak terlalu bagus. Tapi Kyuhyun tidak keberatan saat Omma menanyainya.

"orang tuamu bekerja?" Omma bertanya pada Kyuhyun.

"iya, mereka bekerja membuat obat"

"obat?" aku menoleh mendengar kata-kata Kyuhyun, aku memang tertarik dengan ilmu farmasi (obat-obatan).

"iya..mereka membuat obat untuk dijual" yang terpikir olehku mereka meracik obat tradisional? seperti... Donguibogam (동의보감) buku pengobatan tradisional yang ditulis tabib-tabib jaman kerajaan HeoJun yang mulai dikenalkan saat jaman kerajaan Joseon, aku bayangkan orang tua Kyuhyun seperti tabib kerajaan ..haha...

"apa yang kau tertawakan huh?" Kyuhyun menyenggol lenganku

"maaf.. hanya ingat film yang pernah aku tonton" aku buat alasan yang tak masuk akal tapi dia percaya.

Kami berjalan hingga sampai rumah, aku mengajak Kyuhyun ke kamarku untuk istirahat sambil menunggu Omma memasak. Teman-temanku sudah biasa aku ajak masuk ke kamar tapi Kyuhyun adalah laki-laki pertama yang datang ke rumahku dan masuk kamarku. Entah kenapa aku merasa agak malu.

~Kyuhyun~

Sungmin mengajakku ke rumahnya untuk makan malam, tadinya aku menolak tawaran makan malam di rumahnya karena aku merasa 'makan malam' di rumah laki-laki akan terasa janggal, dan ini akan membuat pikiran anehku muncul lagi. Tapi Sungmin anggap ini hal biasa karena teman-teman dia biasa datang untuk makan malam bahkan menginap di rumahnya. Aku benar-benar aneh, aku merasa takut saat berdua dengannya tapi aku juga merasa nyaman saag bersamanya.

Tadi waktu di tempat bilyard teman-temanku mengira Sungmin adalah pacarku karena mereka pikir aku sudah bosan dengan perempuan, kadang memang aku bosan, aku memang suka gonta-ganti perempuan tapi tak ada satupun yang aku sukai, aku tak pernah memakai perasaan saat bersama mereka, aku hanya bersenang-senang. Makanya aku pikir Sungmin membenciku karena aku suka main perempuan sementara dia sangat perduli pada perempuan, tapi ternyata dia mau mengerti aku dan justru mau mengenalku lebih jauh, dia bahkan minta diajak ke klub malam, aku ragu mau mengajaknya tapi aku pikir dia sendiri tidak pernah pergi ke klub jadi ini untuk pengalaman dia sendiri juga.

Aku ikut masuk ke kamar Sungmin, aku cium aroma yang sama, wangi bunga dan susu yang biasa kucium saat berada di dekat Sungmin.

"apa kau mau mandi?"

"eh? mandi? ah... aku tidak bawa pakaian ganti, tidak nyaman kalau mandi tapi tidak ganti baju, aku cuci muka saja"

"baiklah..ayo" Sungmin mengajakku ke kamar mandi, aku ikut masuk dan dia buka kabin diatas wastafel mengambil sesuatu, "pakai facial foam ini"

"apa? facial... facial apa? ini kan untuk perempuan, laki-laki mana ada yang pakai benda seperti ini"

"bukan... ini bisa dipakai untuk laki-laki, aku juga pakai ini, agar kulit wajahmu tidak kasar setelah seharian terkena debu" jadi ini alasannya kenapa kulit wajahnya halus dan lembut? Dia memakai facial foam? Aku baca tulisan di botolnya, dia seperti perempuan saja. Dia sendiri pergi mengisi bathub lalu menuang cairan dari sebuah botol membuat bathub jadi penuh busa.

"kau pakai apa itu?"

"ini? bubble soap, wangi bunga dan susu agar kulit tubuhmu halus dan wangi"

"kau mandi pakai bubble soap??" aku harus tahan tawaku agar dia tidak marah, kenapa aku merasa seperti aku di dalam kamar mandi bersama perempuan. Jadi aroma yang tercium dari tubuhnya itu bukan parfum melainkan bubble soap? Dia mandi susu sendiri setiap hari?

"kenapa kau tertawa?"

"apa aku tertawa? tidak..." aku menoleh ke cermin dan melihat wajahku menahan senyum "aku hanya merasa kau sangat lucu haha" aku tak tahan lagi untuk tertawa.

"apanya yang lucu?"

"kau... mandi susu?"

"memangnya kenapa? sudah cepat sana keluar aku mau mandi.."

"aku belum selesai! aku tidak tahu bagaimana cara memakai ini... aku tidak pernah memakai benda seperti ini"

"jadi setiap hari kau cuci muka pakai apa?" dia datang mendekat.

"pakai air? pakai apalagi?"

"air saja tidak cukup untuk membersihkan debu yang menempel dan sisa polusi yang ada di jalan, belum lagi minyak kulit kita, sini" dia ambil botol itu dari tanganku "kau basuh dulu wajahmu dengan air" aku menurut dan membasuh wajahku dengan air yang mengalir dari kran.

Begitu aku menoleh Sungmin langsung menempelkan kedua tangannya yang penuh busa di pipiku, dia membelai pipiku sambil memandangku, dia mengusap dahi dan hidungku hingga daguku. Aku tak bisa berpaling darinya, tangannya membelai pipiku dan rasanya sangat lembut.

Dia sadar aku sudah memandanginya dan dia berpaling menjauhkan tangannya, dia menyuruhku membasuh wajahku. Setelah kubasuh wajahku aku ambil lap handuk kecil yang Sungmin ambilkan dari kabin diatas wastafel. Dia minta aku keluar karena dia mau mandi.

Aku pergi ke dapur dan duduk di salah satu kursi di dapur sambil melihat bibi yang sedang memasak. Bibi orang yang cute, wajahnya penuh ekspresi ketika bicara, mungkin Sungmin menuruni sifat cute itu dari ibunya.

"kenapa imo tidak menikah lagi? imo kan masih sangat muda"

"aigoo... kau ini bisa saja" Bibi tersenyum "ayah Sungmin meninggal saat dia masih kecil, kami berjuang untuk hidup bersama dengan memulai bisnis bakery ini demi kehidupan kami, setelah bisnis berjalan stabil bibi baru menyadari kalau Sungmin butuh sosok appa dan bibi berpikir apa bibi harus menikah lagi, tapi ketika itu sudah terlambat, Sungmin tidak bisa berteman dengan teman laki-laki di sekolahnya karena dia lama tidak mengenal sosok laki-laki dalam hidupnya jadi dia canggung menghadapi laki-laki, jika bibi memaksa untuk menikah dan ada pria asing masuk dalam hidup Sungmin, dia pasti akan merasa tidak nyaman, ini semua salah bibi harusnya bibi memikirkan kalau Sungmin butuh sosok appa sejak dia kecil, tapi saat itu bibi masih sangat mencintai ayahnya, bibi tidak bisa menggantikan ayah Sungmin begitu saja" jadi imo mengerti semua yang terjadi pada diri Sungmin, mereka berdua pasti sangat dekat.

"imo jangan menyalahkan diri sendiri"

"tapi bibi senang sekarang Sungmin sudah punya teman laki-laki, terimakasih sudah mau menjadi teman Sungmin"

"imo...jangan bilang begitu, tentu saja aku mau berteman dengannya, dia anak yang baik dan manis"

"hm... manis? dia memang anak yang manis" Imo tersenyum, tunggu... apa kata-kataku aneh? Manis? aku bilang Sungmin manis?

"e... maksudku manis... dia anak yang rajin dan penurut, dia sangat baik imo..."

"Omma mana makanannya? aku sudah lapar" Sungmin datang, dia sudah mandi dan ganti pakaian, baru kali ini aku melihatnya memakai pakaian kasual, kaos ungu muda bertuliskan 'Deny' dan celana santai, rambutnya basah dan dia terlihat.. manis?

"hm!" aku harus berusaha mengalihkan pikiran anehku ini.

"ada apa? kau mau minum? tenggorokanmu kering?" aku cuma mengangguk bodoh.

Sepanjang waktu makan malam kami bertiga bicara banyak, Imo bercerita tentang teman-teman Sungmin sering datang ke rumah ini dan bahkan menginap, salah satu diantaranya membantu imo memasak karena dia pandai memasak, imo berkata kalau seandainya dia jadi pacar Sungmin imo tidak akan keberatan, tapi imo bilang imo cuma bercanda. Ya, baguslah, cuma bercanda. Membayangkan Sungmin berpacaran dengan perempuan itu aku jadi merasa terganggu, aku benar-benar bermasalah, aku tahu itu. Aku tidak pernah merasa sangat perduli seperti ini pada temanku.

Aku berpamitan pulang pada imo dan Sungmin ikut keluar mengantarku ke jalan besar, kami jalan berdua, tangan kami bersentuhan saat berjalan dan aku harus melawan rasa inginku untuk memegang tangannya, dia memasukkan tangannya ke kantong jaketnya, aku lega karena aku bisa terhindar dari rasa ingin menggenggam tangannya. Malam ini sangat menyenangkan karena baru kali ini aku bisa makan malam dalam suasana kekeluargaan, aku tidak pernah makan malam dengan orang tuaku, jika kami makan pagi bersamapun suasananya tidak sehangat saat aku makan bersama Sungmin dan Imo, kami bisa bercerita apa saja.

Kami sampai di halte dan Sungmin menemaniku menunggu bus, aku tidak menyuruhnya pergi karena aku menikmati saat dia menemaniku.

"kau kedinginan?" aku melihatnya meniup tangannya, ini memang sudah musim semi tapi angin malam tetap saja dingin.

"tidak... aku suka kehangatan saja" aku ambil kedua tangannya dan kugosok lalu kutiup. Aku membungkuk meliriknya dan kulihat pipinya bersemu merah, aku tersenyum melihatnya tampak malu seperti seorang gadis, dia mau menarik tangannya tapi aku menahannya, tangannya kecil dan sangat pas dalam genggamanku.

"mau yang lebih hangat lagi?" aku tempelkan kedua tangannya di pipiku dan dia terkejut langsung menarik tangannya "kenapa? kau malu? haha.."

"kau ini... jangan bercanda seperti itu"

"aku baru sadar, kalau kau malu dan tersipu pipimu akan memerah dan kau terlihat sangat lucu, seperti buah tomat" aku ulurkan tangan mau memegang pipinya tapi dia menghindar dengan berpaling. Dia sangat lucu. Aku tidak pernah ingat aku pernah punya teman saat aku kecil, kalau aku punya teman saat aku kecil dan teman itu selucu ini aku masih bisa memahaminya, tapi dia sudah besar dan masih selucu ini. Benar-benar tidak pernah terpikir aku punya teman seperti dia.

Sialnya bus datang dan aku harus pergi, aku bisa saja menolak pergi tapi rasanya akan semakin aneh kan.

"aku pergi dulu Chibby, tidur yang nyenyak dan mimpikan aku"

"tidak mau, kenapa aku harus memimpikanmu" aku hanya terkekeh sambil naik masuk bus, aku duduk di tepi jendela menghadap Sungmin dan aku melambai padanya dengan tersenyum. Dia hanya mengerutkan alis dengan dahi berkerut dan bibir manyun, aku tertawa dan bus jalan membawaku pergi meninggalkan Sungmin.

Kalau seandainya aku suka padanya, apa itu aneh?

________________________

No plagiarizm

©churniekova

Continue Reading

You'll Also Like

298K 22.9K 104
"Jadi, saya jatuh dan cinta sendirian ya?" Disclaimer! Ini fiksi nggak ada sangkut pautnya di dunia nyata, tolong bijak dalam membaca dan berkomentar...
124K 9.9K 87
Kisah fiksi mengenai kehidupan pernikahan seorang Mayor Teddy, Abdi Negara. Yang menikahi seseorang demi memenuhi keinginan keluarganya dan meneruska...
23.7K 1.8K 10
Di suatu malam, saat turun hujan, Alfred menyelamatkan seorang gelandangan yang dikeroyok oleh berandalan setempat. Tapi setelah ditolong, gelandanga...
599 387 6
Nama kita akan bersanding di surganya Allah. [SLOW UPDATE!] Tidak ada yang tahu akan takdir seseorang kecuali Allah. Kita manusia hanya bisa menerima...