Friends

By Churniekova

120K 7.6K 835

Ini tentang 2 murid laki-laki yang berteman dan merasakan sesuatu yang aneh diantara keduanya TANPA mereka sa... More

Foreword
Part 2: Friend!
Part 3: My Friend's Boyfriend
Part 4: Extracurricular
Part 5: Basketball
Part 6: Change
Part 7: Night Club and Drunk
Part 8: Heartbeat
Part 9: First Match
Part 10: Lotte World!
Part 11: Adventure
Part 12: Rival
Part 13: Captains
Part 14: First Kiss
Part 15: Boyfriend
Part 16: Misunderstand
Part 17: Sorry (1)
Part 18: Sorry (2)
Part 19: Summer Sunshine
Part 20: Jeju Love Land
Part 21: Romance
Part 22: True Love
Part 23: Confrontation
Part 24: Confession
Part 25: Christmas
Part 26: Broken Vow
Part 27: Fast Forward
Part 28: Meet Again
Part 29: Wedding
Part 30: Sweet Dreams
Part 31: Negotiation & Deal
Part 32: Moms Say No
Part 33: Decision
Part 34: Separation
Epilog
Extra Ch. 1: A Year Of Beginning
Extra Ch. 2: Wedding Ceremony
Extra Ch. 3: Family Blessing
Extra Ch. 4: The Best Birthday Ever
Extra Ch. 5: Road To CEO!
Extra Ch. 6: Game Over
Extra Ch. 7: Down The Isle

Part 1: First Day

6K 264 31
By Churniekova

pic: gerbang Seoul high school.

~Sungmin~

Alarm berbunyi dan aku bangun dengan terpaksa, bisakah waktu diundur kembali agar aku bisa tidur lebih lama? Aku malas menjalani hari ini, hari senin, hari pertama sekolah. Bukannya aku murid yang malas atau anti-sekolah, aku bahkan terkenal sebagai murid yang rajin saat di Junghakyo (SMP), kali ini aku merasa malas karena aku harus sekolah di sekolah khusus laki-laki, Seoul High School (서울고등학교) adalah salah satu sekolah negeri khusus laki-laki yang sangat populer, Omma bilang jika aku bisa lulus dari Seoul High School aku akan mendapatkan masa depan yang cerah, aku bisa dengan mudah masuk universitas yang aku inginkan, aku bisa dengan mudah mendapat pekerjaan kalaupun tidak melanjutkan ke universitas, dan keluargaku bisa memiliki prestis yang tinggi di mata masyarakat karena banyak alumni Seoul High School orang-orang terkenal dari pejabat sampai pengusaha.

Aku tahu persis bagaimana jika ibu-ibu sedang bercerita, mereka memang cenderung ingin membanggakan putranya. Aku paham itu. Jai demi Omma aku rela menempuh les bimbingan belajar (hakwon) selama 3 tahun untuk dapat lolos ujian masuk Seoul High School, aku ingin membahagiakan Omma, jadi aku lawan rasa seganku terhadap murid laki-laki.

Kalian mungkin bertanya-tanya kenapa aku merasa malas bersekolah di sekolah khusus laki-laki? Itu karena aku selalu nerves jika berkenalan dengan teman laki-laki, sejak Chodeunghakyo (SD) hingga Junghakyo (SMP) aku selalu sekolah di sekolah campuran dan teman-temanku semua perempuan, walaupun tidak banyak, karena aku sering berteman dengan perempuan murid laki-laki jadi enggan berteman denganku.

Saat Chodeunghakyo tentu saja anak usia sekecil itu belum tahu asmara, murid laki-laki mengusirku dan tidak mau berteman denganku karena mereka tidak suka bermain dengan murid perempuan yang hanya bisa berteriak dan menangis, karena aku sering bersama murid perempuan jadi mereka tidak mau bermain denganku, mereka malu punya teman yang sering bersama murid perempuan, aku tidak perduli, aku masih bisa menikmati masa-masa kecilku dengan hanya teman perempuan.

Lalu ketika aku di Junghakyo murid laki-laki tidak mau berteman denganku karena mereka merasa iri aku sering bersama murid perempuan, mereka pikir aku penggoda. Aku benci murid laki-laki, mereka tidak bisa memakai otak mereka dengan baik dan hanya menilai orang dari luar.

"Sungmin-ah ayo cepat bangun" Omma mengetuk pintu kamarku, aku sudah bangun tapi aku hanya duduk malas diatas ranjang.

"iya..." suaraku masih parau karena baru bangun. Aku sibakkan selimut lalu ambil handuk dan keluar kamar untuk mandi.

Begitu masuk kamar mandi hal pertama yang kulakukan adalah bercermin didepan wastafel, aku tidak perlu merawat wajahku kan? Karena aku tidak berteman dengan perempuan-perempuan di sekolah yang baru.

Saat aku berteman dengan perempuan mereka akan sangat menperhatikanku, mereka bahkan menilai parfum yang aku pakai dan melihat jerawat yang tumbuh di wajahku karena perubahan hormon saat remaja, mereka menyuruhku memakai facial foam dan cream untuk menghaluskan kulit, dan aku melakukannya!

Bukan hal yang buruk kan? Aku merasakan manfaatnya, kulit wajahku halus dan kenyal dan aku tampak lebih tampan, aku justru harus berterimakasih pada teman-teman perempuanku.

Okay, kalau aku terus bercerita aku rasa kalian akan bosan. Dan Omma bisa marah-marah. Aku segera masuk ruang shower dan melepas bajuku.

Setelah memakai seragam baru aku pergi ke ruang makan, hanya ada 2 piring di meja, aku memang hanya tinggal dengan Omma, Appaku sudah lama meninggal karena kecelakaan, bagian baiknya dari kejadian buruk itu Appa mengasuransikan dirinya jadi saat dia meninggal uang asuransi itu cair dan Omma memakainya untuk buka usaha demi biaya sekolahku dan biaya hidup kami, Omma mempunyai sebuah toko bakery yang tidak jauh dari rumah, aku duduk dengan meletakkan blazer sekolahku di punggung kursi, blazer seragamku berwarna biru gelap kehijauan dan setiap siswa harus memakai dasi sesuai tingkat kelas masing-masing, biru gelap untuk kelas 1, hijau gelap untuk kelas 2 dan hitam untuk kelas 3. Warna dasi disesuaikan dengan warna blazer agar tidak mencolok, untung saja warna dasinya bukan warna cerah, pasti memalukan dipakai di sepanjang jalan.

Aku berangkat dengan Omma, karena Omma sekalian pergi ke bakery, dari rumahku keluar blok tidak begitu jauh, jalan kaki sekitar 10-15 menit tergantung tingkat kesantaian, kalau lari tentu saja akan lebih cepat haha...

Dari jalan raya aku berpisah dengan Omma, aku pergi ke halte menunggu bus sementara Omma langsung ke bakery, dengan naik bus aku pergi ke Yeoksam Station untuk naik kereta menuju sekolah yang terletak di Seocho-3(sam)-dong, setelah membeli tiket otomatis aku mengantri bersama orang-orang yang akan berangkat bekerja atau murid yang akan pergi ke sekolah, aku naik kereta subway line-3 menuju Seocho station, kereta penuh tapi aku masih bisa berdiri lega tanpa berdesakan, tak lama kemudian kereta sampai di Gangnam station, banyak sekali pekerja kantor yang turun di Gangnam station, aku segera pindah duduk sebelum ratusan orang menyerbu masuk, tapi kemudian ada seorang ibu bersama anaknya yang masuk dari pintu dekat tempat dudukku, aku tidak bisa duduk lama-lama, aku berdiri untuk memberikan tempat dudukku lagipula tidak lama lagi sampai di Seocho station, kereta jalan lagi dan hanya dalam waktu 5 menit aku sampai. Keluar dari Seocho station aku naik bus lagi ke Seoul High School hanya 15 menit. Inilah rutinitas yang akan aku jalani setiap hari.

Yang membuatku merasa beruntung bersekolah disini mungkin hanya satu, karena Seoul High School tidak memberlakukan jam sekolah dini, jadi kami para murid tidak perlu berangkat pagi-pagi buta untuk sekolah, kami mulai sekolah pada jam normal jam 8.30 pagi. Dan kami tidak perlu tinggal di asrama walaupun Seoul High School adalah sekolah khusus laki-laki. Siswa yang datang dari daerah yang jauh memilih tinggal di rumah kos yang dekat dengan sekolah.

Seoul High School sangat besar, ada dua bangunan utama yang terletak saling berhadapan dan terdiri dari 5 atau 6 lantai aku kurang begitu paham karena aku belum menjelajahi gedung-gedungnya, tapi aku tahu kalau disini ada lebih dari 110 kelas.

Di tembok depan sekolah yang dibangun setinggi 1,5 meter ada tulisan berupa ukiran huruf hangeul 서울고등학교 dan Seoul High School berupa huruf romawi dengan bahasa Inggris. Keren. Ini membuat sekolah tingkat menengah atas ini terasa seperti sebuah universitas atau sekolah bertaraf internasional.

Saat masuk ke dalam halaman sekolah ada batu panjang yang dibentuk sedemikian rupa dan ditulis moto sekolah memakai huruf hangeul dan romawi juga, moto sekolah ini bunyinya "Be Clean, Diligent and Responsible (깨끗하자, 부지런하자, 책임지키자)". Aku bisa merasakan kalau sekolah ini bertaraf tinggi.

Aku masuk ke dalam gedung utama bersama murid laki-laki lain yang berdatangan. Ketika melakukan registrasi ulang kami sudah diberitahu kelas masing-masing jadi kami langsung masuk kelas sendiri-sendiri. Aku pergi ke ruang loker untuk ganti sepatu, aku bawa sepatu sekolah ditas karena ini hari pertama masuk, untuk selanjutnya aku hanya perlu meletakkannya dalam loker, aku naik ke lantai 2 dan masuk kelasku. Aku duduk dibangku yang masih kosong, di baris ketiga deret kedua dari belakang. Aku ingin duduk didepan tapi sudah terisi murid lain yang terlihat.... kutubuku. Aku rajin belajar dan sekolah tapi bukan kutubuku.

Seorang murid duduk dikursi kosong sebelahku dan dia langsung terkulai tidur diatas meja, aku melihat rambutnya coklat gelap, ikal dan agak panjang, bukankah sekolah melarang rambut yang terlihat panjang melebihi telinga dan tengkuk leher, dia juga terlihat berantakan, blazernya tidak terpakai dan dipakai untuk bantalan tidurnya. Bel akhirnya berbunyi dan semua murid duduk, dia masih tidak bangun juga. Seorang guru masuk dan berdiri dibalik meja guru. Aku mencolek lengan murid yang tertidur itu tapi dia tidak bergeming.

"selamat pagi anak-anak"

"selamat pagi!" aku ikut menjawab sambil melirik murid yang tertidur itu, dia terlonjak kaget dan menoleh kebingungan, aku tertawa walau tanpa suara, dia menoleh padaku dan mengerutkan alis seperti dia kesal.

"baiklah anak-anak aku adalah wali kelas kalian, Yang Changsoo, jam pelajaran pertama tidak akan diisi dengan pelajaran, tapi kita akan membentuk struktur kelas, yang pertama kita harus memilih seorang ketua kelas untuk memulai dan menutup jam sekolah, ada yang berkenan menawarkan diri?" murid itu jatuh tertidur lagi, aku menoleh, Damimgyosa (담임겨사= wali kelas) tidak terlihat memperhatikannya, dia terlihat sudah berumur sekitar 40an dan terlihat penyabar, aku rasa dia tidak akan memarahi murid itu, lagipula ini bukan pelajaran.

Tidak kusadari Damimgyosa sudah mengumumkan nama ketua kelas dan wakil ketua kelas, aku bahkan belum voting, tapi terserahlah, aku tidak ingin ikut campur. Sepertinya ketua kelasnya anak yang rajin, penampilannya terlihat rapi dengan rambut cepak dan blazer yg rapi, dia maju ke depan menyampaikan sedikit pidato lalu memperkenalkan diri, namanya Shim Changmin. Damimgyosa langsung memberinya tugas berupa pengisian absensi, Changmin memanggil nama satu per satu berdasarkan huruf depan marganya dan dimulai dari huruf Gyeok (ㄱ) kemudian murid harus memperkenalkan diri sementara Damimgyosa mendengar dan mengangguk atau kadang menanyakan sesuatu. Tiba giliran huruf Ieung (ㅇ) namaku dipanggil.

"Lee Sungmin (이성민)"

"saya!" aku mengangkat tangan lalu berdiri "saya dari Yeoksamdong"

"pekerjaan orang tuamu?"

"omoni memiliki bakery, aboji sudah meninggal"

Damimgyosa cuma bergumam dan menyuruhku duduk kembali. Sampai ketika absen terakhir huruf Jieut (ㅈ)

"Cho Kyuhyun (조규현)"

Murid di sebelahku bangun dan mengangkat tangan tanpa bicara, aku rasa dia punya masalah etika, aku tidak suka murid yang tidak punya etika seperti itu, dia jelas tidak mencerminkan kerajinan (부지런하다) salah satu moto sekolah ini, huh.

"ayo silakan perkenalkan dirimu"

"namaku sudah disebut"

"tempat tinggal?"

"Banpodong"

Kriiiiiiiing.

Belum sempat perkenalannya selesai bel sudah berbunyi tanda kelas homeroom selesai.

"baiklah, perkenalan kita berakhir sampai disini, jika kalian butuh sesuatu yang berkaitan dengan sekolah kalian bisa menemuiku di ruang guru, Ketua kelas terimakasih, silakan duduk kembali, lanjutkan pelajaran selanjutnya, selamat siang".

"selamat siang!"

Damimgyosa keluar dan aku tidak sadar menoleh pada murid tidak sopan itu, bagaimana murid dengan penampilan sembarangan seperti dia bisa masuk sekolah berprestis tinggi seperti sekolah ini?

Dia menoleh dan aku terkejut karena tertangkap basah memandangnya, dia mengerutkan alis lagi seperti sebelumnya tapi kali ini dia bangun, aku berusaha mengalihkan pandangan tapi aku bisa melihat dia berdiri dan mendekatiku, dia menggebrak mejaku dengan sebelah tangan dan tangan satunya lagi menggebrak meja di belakangku, apa dia mau menghajarku?

Ini hari pertamaku masuk sekolah aku mohon jangan ada surat panggilan orang tua.

"hey" dia memanggilku, aku tahu tapi aku tidak berani memandangnya, aku hanya melirik "ayo lihat sini.. dari tadi kau melihatku kan?"

Aku lihat semua murid menoleh dan memperhatikan kami, bisakah kalian tidak ikut campur? Aku menoleh perlahan, yang aku lihat kancing bajunya jadi aku harus mendongak untuk bisa menatapnya tapi belum sempat menatapnya dia sudah bicara lagi.

"kau mau cari masalah huh?" dia mendekat dan aku spontan menjauh dengan mencondongkan badan ke belakang dan memejamkan mata, aku pasrah kalau aku dipukul, aku bukan pengecut tapi aku hanya... lemah. "heh... kau tidak berani ternyata" aku rasakan bayangan di depanku menjauh jadi aku buka mata.

"bu..bukan begitu, aku benar-benar tidak mencari masalah, aku hanya tidak sengaja.."

"lalu kenapa tadi sebelum pelajaran kau mentertawakanku?"

"itu... aku benar-benar tidak sengaja maaf..."

"oh... kau anak baik-baik ya" dia menepuk kepalaku "aku maafkan kau karena kau sopan... anak manis" dia menepuk kepalaku lagi, dasar, aku singkirkan tangannya.

"aku bukan perempuan" aku paling benci kalau diperlakukan seperti perempuan karena murid-murid sekolahku dulu juga memperlakukanku seperti perempuan hanya karena aku sering bermain dengan murid perempuan, diledek, dibuli, itu sudah biasa, tapi aku tidak akan biarkan orang baru sepertinya berbuat seenaknya.

"aku tahu kau bukan perempuan, kau pakai celana, kau tidak punya dada dan kau bersekolah di sekolah khusus laki-laki, aku tidak perlu mengecek isi celanamu untuk melihat burungmu kan?"

"hahaha..." yang lain tertawa dan aku menoleh.

Aku menatap kembali murid bernama Cho Kyuhyun itu, aku mau marah dan menghentikan senyum di wajahnya yang konyol itu tapi... aku tidak pernah berinteraksi dengan laki-laki, aku tidak tahu bagaimana aku harus menghadapinya.

"dengan wajahmu yang mulus itu dan cara bicaramu yang sopan itu, aku tahu kau pasti tidak akan berani melawanku, anak manis... belajar yang rajin saja" dia lalu duduk lagi sambil menghembuskan nafas dengan nada mengejekku. Aku melirik padanya lagi dan dia duduk santai melipat tangan di belakang kepala.

Hari pertama sekolah berlalu tanpa pelajaran yang penting, beberapa pelajaran memakai video untuk menjelaskan, penjelasan lain dituliskan di whiteboard dan itu yang harus dicatat. Aku rasa sekolah ini cukup menyenangkan, teknologinya sangat maju dan sekolahnya sangat bersih dan rapi.

Tidak ada jadwal piket harian karena urusan menyapu sudah jadi tanggung jawab penyedia layanan jasa kebersihan atau cleaning service.

Pengalaman hari pertama dengan kesan yang bagus untuk sekolah ini tapi kesanku pada murid-muridnya masih sama, menyebalkan, laki-laki memang menyebalkan, tapi aku sendiri laki-laki. hah....

Aku sampai di bakery dan membantu Omma jualan setiap pulang sekolah, meskipun saat kelas 3 Junghakyo kemarin aku harus masuk sekolah hakwon (bimbingan belajar) demi bisa lulus ujian masuk Seoul High School.

"bagaimana hari pertamamu di sekolah yang baru?"

"menyenangkan, sekolahnya bagus, besar dan bersih"

"baguslah... Omma puas kalau begitu, Omma sudah bilang kan kalau sekolah itu memiliki prestis yang tinggi, jadi tidak akan mengecewakan"

"tapi tetap saja aku tidak suka semua muridnya laki-laki, Omma tahu aku tidak pernah berhasil untuk berteman dengan murid laki-laki, tadi pagi saja hampir ada insiden dengan teman sekelasku"

"eh? ada apa? kau kenapa? kalian berkelahi?"

"Omma... mana mungkin aku berkelahi~ aku tidak mau Omma dapat surat panggilan di hari pertamaku masuk sekolah, lagipula aku kan murid yang baik"

"lalu kenapa?" Omma memberikan kantong plastik pada pembeli "15ribu won, kembali 5ribu terimakasih, silakan datang lagi" aku juga ikut membungkuk dan senyum.

"hanya gesekan sedikit, remaja laki-laki dengan hormon tinggi jadi mudah marah"

"aigoo... Omma kan selalu ajarkan agar kau sopan"

"aku memang sopan, dia saja yang pemarah, aku hanya memandanginya tapi dia langsung menggebrak mejaku, silakan... selamat datang" aku bungkuk saat ada orang masuk.

"Sungmin... tidak baik memandangi orang, Omma harap tidak akan ada masalah lagi"

"heh... iya Omma.."

"silakan dipilih, semua kue baru, memang jumlahnya dibuat secara terbatas agar kondisi kuenya selalu baru setiap hari"

"apa kau membuat sendiri?"

"iya, kami memiliki 2 orang chef dan semua kue dibuat secara langsung di dapur belakang"

"aku mau beli dalam jumlah banyak, apa aku bisa pesan?"

"oh tentu saja, mari silakan ke dalam, Sungmin-ah tolong jaga kasir ya sayang"

"okay..."

Sambil berjaga aku duduk dan mengambil ponsel, ada pesan masuk dari Lee Sunkyu, dia temanku di Junghakyo, salah satu anggota geng kami.. haha.. aku telpon saja dia.

"kenapa kau kirim pesan?" tanpa membalas ucapan halo darinya aku langsung bicara.

"Sungmin-ah... apa kabar?" nadanya ceria, dia murid paling berisik di kelas tapi dia sangat baik, dia selalu membelaku dari murid laki-laki yang iseng atau membuliku. Meskipun dia pendek tapi dia sangat pemberani.

"aku baik-baik saja, lebih dari baik... karena tidak ada kalian yang cerewet"

"awww.. kau jahat, kenapa sih kau masuk sekolah khusus laki-laki?"

"supaya tidak bertemu kalian lagi haha..."

"hentikan ocehanmu itu, hari sabtu kita pergi ke mall, okay?"

"benarkah? dengan yang lain juga?"

"hm... ada Jia dan Jimin, kita semua"

"okay! kita kemana?"

"Gangnam!"

"baiklah... atur saja mau kemana kita pergi"

"tentu! sampai jumpa lagi nanti Minnie-ya, bye bye.."

"bye!" gengku selalu memanggilku dengan nama belakangku saja, Min atau Minnie, karena mereka perempuan jadi mereka cenderung suka hal-hal yang cute, jadi namaku pun dipanggil dengan nama yang terdengar lebih cute.

Aku membantu Omma sampai jam makan malam, setelah itu bakery tutup dan kami pulang bersama.

~Kyuhyun~

Matahari sudah meninggi, alarm berkali-kali bunyi tapi aku lempar ke sofa ditepi kamar, aku bukan tipikal orang yang suka bangun pagi, aku malas sekali, lebih malas lagi karena aku harus bersekolah di sekolah khusus laki-laki, tidak ada perempuan, tidak bisa berpacaran, tidak bisa bersenang-senang! Ugh! Sial. Aku benci orang tuaku memasukkanku ke sekolah itu. Dan aku harus bisa lulus ujian masuk sekolah itu karena jika tidak aku akan dianggap menodai nama besar orang tuaku.

Omoni mengetuk pintu untuk yang ke-seribu kalinya, aku ingin tinggal sendirian saja di apartmen agar tidak ada yang menggangguku tidur.

"bangun anak muda, kalau tidak pintu ini akan kudobrak" apa itu sangat sopan untuk diucapkan oleh seorang Managing Director? Dia pasti sudah memakai sepatu high heelsnya yang setinggi 15centi itu, aku bayangkan bagaimana Omoni akan mendobrak pintu dengan high heelsnya itu, dia sudah 47 tahun tapi jangan kaget kalau melihatnya, dia masih memakai rok span, high heels dan blus, dia masih seksi, sexy omoni... aku rasa ketampananku didapat darinya.

Aku bangun dan masuk kamar mandi yang ada dalam kamarku, aku ingin habiskan waktu disini tapi Omoni akan benar-benar mendobrak pintu kamarku kalau aku tidak makan pagi bersama di meja makan.

Aku matikan shower lalu keluar dengan melilitkan handuk di pinggangku, aku bercermin lalu memakai gel di rambutku, dan yang terpenting parfum... ah tunggu... di sekolah tidak akan ada perempuan yang bisa kugoda, aku tidak perlu memakai parfum, biar saja kalau keringatku bau, kami kan sama-sama laki-laki.

Aku keluar dan ambil seragam di closet, aku pakai kemeja dan celana lalu dasi dan terakhir blazer, aku bisa lepas ini kalau sudah masuk kelas nanti, aku lihat jadwal pelajaran di dinding atas meja belajarku yang tak pernah kusentuh, komputernya bahkan berdebu, aku minta ahjuma untuk membersihkannya nanti. Hari ini ada pelajaran olahraga, aku kembali ke closet dan ambil seragam olahragaku dan kumasukan ranselku.

Aku duduk di kursi disamping Aboji dan Omoni duduk di depanku, karena Aboji duduk di kursi ujung meja. Aku makan dengan diam, tapi tak lama karena aku tidak suka suasana formal seperti ini, rumahku tidak pernah terasa seperti rumah, rasanya seperti kantor dan tiap kali makan bersama rasanya seperti meeting, mungkin itu berhubungan dengan pekerjaan kedua orang tuaku yang sama-sama petinggi di kantor.

Aku keluar dari rumahku dan jalan di lorong besar apartment, aku memencet lift dan menunggu lift datang, setelah lift terbuka aku masuk dan pencet basement, di basement driver sudah menunggu, aku lempar ranselku lalu masuk mobil.

"sampai kapan mereka memperlakukanku seperti anak kecil? aku sudah cukup besar untuk bawa mobil sendiri"

"maaf tuan muda, tapi mungkin karena tuan muda belum cukup umur untuk memiliki surat mengemudi" aku lihat Ahjussi tersenyum dari kaca spion tengah.

Perjalanan memakan waktu hampir 30 menit, aku sampai di depan gerbang dan aku turun. Hari sudah siang, sebentar lagi bel berbunyi tapi aku tidak perduli, aku pergi ke loker untuk ganti sepatu dan pergi ke kelasku, kelas kosong karena semua murid pasti sudah siap-siap untuk pelajaran olahraga, dipapan tulis ditulis 'PE CLASS AT SOCCER FIELD', sial, kenapa harus ditulis dengan bahasa Inggris, dia kan bukan guru bahasa asing, tapi aku tahu soccer artinya sepak bola itu berarti mereka akan pergi ke lapangan olahraga di belakang sekolah, itu jauh sekali... gedung sekolah ini saja sangat besar dan memakai lift, sialan!

Aku ambil seragam olahragaku dan pergi ke ruang ganti baju di lantai bawah, hanya ada beberapa orang yang baru selesai berpakaian, setelah ganti aku letakkan seragam di loker yang masih kosong, aku jalan dengan santai menuju lapangan sepak bola dan sampai disana aku terlambat.

"baru hari pertama kau sudah terlambat, cepat masuk barisan"

Aku diam dan masuk barisan ke belakang, aku berdiri dan ternyata di sampingku ada Lee Sungmin, murid yang membuat masalah denganku di hari pertama sekolah, dia terlihat seperti murid yang baik, sebenarnya dia tidak membuat masalah kemarin tapi dia mentertawakanku saat aku terkejut bangun dari tidurku, karena mau memberinya pelajaran aku sempat melakukan konfrontasi tapi aku tidak memperpanjang masalah karena kulihat dia anak yang sopan.

"kenapa kau tidak berdiri di depan?"

"kenapa memangnya?"

"kau kan pendek" aku terkekeh sambil meliriknya yang memanyunkan bibirnya seperti perempuan(?) jika sedang merajuk, dia melirik dengan tatapan tajam dan aku kaget, dia tampak marah tapi tidak terlihat marah, sulit mengatakannya karena dia terlihat seperti anak-anak yang merajuk, tidak ada anak kecil yang benar-benar marah kan, jika marah mereka akan kembali gembira sesaat kemudian, seolah mereka pengidap bipolar. Itulah anak-anak seperti teman sekelas di sampingku ini.

"aku tahu aku pendek, tapi kau tidak perlu menabur garam di lukaku kan?" dia berbisik menjawabku, aku kembali terkekeh, ternyata dia lucu juga, dia terlihat lemah karena wajah kkotminamnya dan tubuh kurus pendeknya itu, benar-benar seperti perempuan.

Kami memulai pelajaran olahraga dengan melakukan pemanasan, aku lakukan dengan setengah hati, tentu saja... sejak kapan aku serius dan rajin.

"kau harus lakukan dengan benar, kalau tidak nanti kau bisa cidera"

"kita cuma mau melakukan passing bukannya mau bermain bola melawan sekolah lain"

"kau ini..."

Sonsaengnim mencontohkan cara passing bola dengan kaki, memberikan bola dari arah depan dan samping, kami harus berpasangan untuk melakukan praktek.

"kau berpasangan denganku saja"

"kenapa aku harus berpasangan denganmu?"

"kau tidak mau? ya sudah sana cari temanmu" aku tendang bola sendiri sampai jauh lalu berbalik dan kembali pada siswa itu "mana temanmu?"

"ini kan baru hari kedua masuk sekolah, mana bisa aku langsung berteman"

"kau cuma perlu mencari orang yang tidak punya pasangan passing bola lalu kau datangi dia dan 'hai, kau mau berpasangan denganku?' beres kan? apa susahnya?"

"aku kan tidak kenal"

"ya sudah kenalan saja, kau ini seperti perempuan, mau olahraga dengan laki-laki saja harus yang dikenal.." dia diam tidak menjawab, apa dia marah dibilang seperti perempuan? Aku lihat wajahnya datar tapi tidak memandangku, "jangan bilang kalau kau tidak tahu bagaimana caranya bicara pada laki-laki" dia diam lagi dan hanya menunduk melihat sepatunya, "serius? kau tidak pernah punya teman sekolah huh?" aku menunduk melongok wajahnya dan dia terkejut, dia menjauh dan mulai bicara dengan tersendat seperti kemarin.

"a...aku aku punya teman sekolah, ka..kau pikir aku tidak bisa me..mencari teman?"

"hey kenapa kau ini selalu tergagap kalau bicara huh? kau punya penyakit?"

"ti...tidak" dia menutup mulutnya tersadar akan suaranya yang tersendat "sudah ayo lakukan latihan" dia mengambil bola di tanganku dan meletakkan dibawah untuk bersiap menendang.

"tunggu sebentar" aku bersiap didepannya dengan jarak 3meter.

Dia mulai menendang tapi tendangannya melenceng ke kiri, kakiku sudah bersiap menerima bola tapi tidak sampai karena bolanya pergi menggelinding keluar jangkauan kakiku, aku jalan dan kugiring bola ke tempatku, aku tendang bola dan tepat berhenti didepan kakinya tapi dia tidak bisa menghentikan bolanya jadi bola itu memantul mengenai kakinya dan dia mengejar lalu memegang bola itu dengan tangannya, apa dia tidak pernah bermain bola? Dia menendang lagi kearahku tapi bolanya jauh melenceng ke arah kananku, apa dia mempermainkanku? Apa dia balas dendam padaku karena kejadian kemarin? Aku terpaksa ambil bola dan giring bola lagi dengan kaki sebelum berdiri ke tempatku untuk menendang bola tepat ke depan kakinya dan dia mau menghentikan bola dengan kakinya tapi bola itu tertendang justru berbalik kearahku dan dia mengejarnya, aissh... dia ini bodoh atau apa?

Dia ambil bola dengan tangan lalu mendongak melihatku yang berdiri didepannya, dia meringis lalu kembali ke tempatnya, dia menendang lagi dan seperti yang kuduga bolanya jauh ke belakang. Cukup.

"hey! kau ini bisa main tidak?!" aku tunjuk dia sambil jalan mendekat, dia terdiam di tempat. "kau mau mengerjaiku?! kau sengaja menendang bolanya jauh-jauh huh?!" aku berteriak di depan wajahnya dan dia terhentak kaget, dia menunduk. Aku perhatikan tingkahnya, apa dia menangis? "hey... kau tidak menangis kan? kalau tidak bisa main bola bilang saja" aku masih berucap dengan nada yang kesal.

Jawaban yang keluar dari mulutnya membuatku terkejut "maaf"

"ada apa ini? kita cuma latihan passing, tidak perlu ribu-ribut kan?" Kim Dongsoo sonsaengnim mendekat. Guru olahraga itu badannya atletis seperti seorang atlet, dia masih muda mungkin sekitar 35 tahun.

"tidak ada apa-apa, dia tidak bisa main bola"

"kau tidak bisa passing bola?" Dongsoo saem bertanya padanya.

"iya sonsaengnim.."

"ya sudah kau ikut kelompok yang lain, hari ini bukan penilaian jadi santai saja, kita masih di minggu awal tahun ajaran baru, masih pemanasan"

"terimakasih" dia membungkuk dan pergi mengikuti Dongsoo saem. Dia tidak pernah berbalik untuk melihatku.

Sepanjang sisa pelajaran hari ini dia sangat diam duduk di bangkunya, jika bel istirahat berbunyi dia segera mengemas buku dan alat tulisnya lalu pergi keluar, dia tidak menoleh padahal biasanya dia selalu penasaran dan menoleh melihatku tidur, kemarin saat hari pertama sekolah aku tahu dia memperhatikanku tidur, mungkin karena dia siswa yang baik dia tidak pernah tidur dalam kelas, saat itu aku tidak perduli, tapi hari ini dia seperti mengabaikanku, atau karena dia takut padaku? Apa tadi aku terlalu keras membentaknya?

Ah persetan, dia kan anak laki-laki, kenapa merajuk cengeng seperti perempuan begitu. Paling juga nanti kalau sudah berlalu dia akan kembali seperti biasa.

Tapi sampai akhir pelajaran dia masih diam dan tidak bicara denganku, tidak menegurku yang tidur sampai aku dihukum guru Sejarah dan disuruh berdiri di depan kelas memperkenalkan diri, tapi saat aku berdiri di depan kelas dia tidak juga memandangku. Saat bel berbunyi dan murid mulai berkemas dia hanya berkemas dengan diam, aku kembali ke kursiku sambil memandangnya tapi dia hanya menghadap ke depan walaupun aku tahu dia pasti mengerti aku memandangnya.

Yang kupikir dia akan kembali normal seperti semula ternyata salah, aku sudah pancing-pancing dengan meminjam pena dan pensil atau penggaris, tapi dia hanya meminjamkannya tanpa memandangku, sialan, sebenarnya apa masalahnya huh? Dia masih marah hanya karena aku membentaknya? Benar-benar seperti perempuan.

Sampai akhir pekan dia masih saja diam, jadi aku harus minta maaf padanya huh? Memangnya dia itu siapa?

~Sungmin~

Akhirnya libur weekend, aku sudah merencanakan akan pergi jalan-jalan sore ini dengan gengku, Sunkyu, Jimin dan Jia. Kami akan pergi ke Gangnam dan janjian untuk berkumpul di Gangnam station. Setelah melewati sepekan di sekolah yang baru, cukup membuatku stres, bertemu teman-teman gengku akan sangat menghiburku, aku benci sekolah di Seoul High School, aku sudah bilang aku nerves dan segan jika berteman dengan laki-laki, mereka kasar dan emosional, baru sehari saja aku sudah dimarahi untuk hal yang tidak aku tahu, tidak semua orang bisa main sepakbola kan, pemain ski, pemain biola, pendaki gunung, belum tentu mereka suka dan bisa main bola, tapi hanya karena sedikit salah aku sudah dibentak-bentak, aku tidak mau lagi mencoba berteman dengan laki-laki, aku tidak perlu punya teman di sekolah itu, aku bisa melewati 3 tahun sendirian tanpa teman.

Aku membantu Omma menjaga bakery sampai jam 3 sore, saatnya aku bertemu teman-temanku aku pamit pada Omma.

"hati-hati nak, jangan pulang terlalu malam"

"Omma..besok kan minggu"

"tanggung jawab pada temanmu, jangan sampai anak gadis pulang larut malam, jaga mereka baik-baik"

"iya, baiklah" aku melambai lalu pergi ke halte yang ada di depan toko kami, saat bus datang aku langsung naik dan menuju Yeoksam station. Hanya 5 menit perjalanan aku sampai di Gangnam station dan duduk di kursi yang ada diluar peron menunggu yang lain.

Ketiga teman perempuanku berasal dari daerah yang berbeda, Jimin tinggal di Gangnam-gu jadi dia hanya perlu naik bus atau taxi, Sunkyu tinggal di Myeong-dong dan Jia tinggal di Suwon tapi saat Junghakyo dia ikut bersama paman dan bibinya untuk bersekolah di Seoul dan sekarang dia kembali ke Suwon, dia melanjutkan sekolah di Seoul cuma karena sekolah yang baru ada asrama jadi dia tinggal di asrama dan pulang ke Suwon saat weekend, Sunkyu selain punya rumah di Myeong-dong dia juga punya rumah di Gangnam-gu, tapi walaupun Sunkyu kaya dia selalu menyamakan level dengan kami jadi kalau pergi dengan kami dia selalu ikut kami pakai kereta atau bus, Sunkyu dan Jimin terlihat jalan dari arah pintu masuk.

"Sungmin-ah!" Sunkyu melambai.

"hai..!" aku berdiri, kami ber-hi five, "Jia belum datang?"

"dia masih di jalan" Jimin melihat ponselnya, mungkin Jia mengirim kakao atau line.

"bagaimana sekolahmu, aku cemas karena kau masuk sekolah khusus laki-laki" ucap Sunkyu jujur, dia memang lebih terasa seperti noona.

"aku memang tidak suka, tapi sudah jangan bicarakan itu, kita kan mau bersenang-senang, oh ya apa yang kita lakukan nanti? kau bilang sudah mengaturnya kan?"

"iya, Jimin sudah memesan tiket bioskop, kita akan nonton film Superman vs Batman! aku dan Jimin sedang bertaruh siapa yang lebih unggul"

"tentu saja Superman, dia kan bisa terbang dan punya sinar X di matanya" ucap Jimin

"tapi Batman punya banyak peralatan canggih, dia bisa saja memiliki alat yang memakai kekuatan batu planet hijau yang bisa menghambat kekuatan Superman"

"ya ampun kalian ini..."

"anak-anak!" kami menoleh dan Jia berlari mendekat "aah.... aku sangat rindu pada kalian" Jia memeluk Jimin dan Sunkyu, aku jadi tersenyum dan kupeluk mereka bertiga, sebagai yang paling tinggi aku merasa seperti kakak yang mengajak ketiga adik perempuanku jalan-jalan.

"kenapa kau jarang sekali aktif di grup chat kita?" tanya Jimin, oh ya Jia memang jarang ikut mengobrol dengan kami di grup chat.

"maaf anak-anak, aku tinggal di asrama jadi aku tidak bisa memegang ponsel, hanya saat weekend saja aku free dan diperbolehkan pulang ke rumah baru aku bisa pegang ponsel, sekarang seharusnya aku pulang ke rumah tapi aku terpaksa tidak pulang justru pergi bersama kalian, kalian harus bersyukur aku masih setia, kalian ingat itu"

"kau serius masuk sekolah khusus perempuan di sekolah keperawatan itu?" tanyaku memastikan.

"iya, biar nanti aku langsung bekerja"

"baguslah... jangan malas-malas ya" aku usap kepalanya.

"ayo kita pergi, kita mau makan dulu atau langsung nonton?" ajak Sunkyu sambil kami berjalan keluar dari Gangnam station.

"kita nonton saja dulu baru nanti makan malam kita bisa lebih santai" kataku memberi saran.

"baiklah.."

Kami tiba di gedung bioskop dan jam pemutaran film yang kami pesan hanya tinggal 15 menit lagi, kami putuskan untuk menunggu sambil melihat-lihat frame film. Dari kaca frame yang kulihat ada bayangan terpantul di belakangku, sepertinya aku kenal orang itu, itu Cho Kyuhyun, aku menoleh untuk memastikan dan benar dia berdiri di belakangku melihat-lihat frame juga, dia bersama seorang perempuan yang dandanannya feminim, beda dengan teman-temanku yang tampak lebih funky, tangan gadis itu memeluk lengan Kyuhyun tapi tangan Kyuhyun keduanya masuk kantong celana.

Sepertinya mereka kencan malam mingguan. Orang yang kupandangi sepertinya merasa atau dia itu psychic (punya indra ke-6) jika aku memandanginya dia pasti menoleh dan dia pun menoleh tanpa aku sempat menghindarkan pandangan.

"kau?" dia berucap tapi aku berpaling, Sunkyu menoleh padaku.

"siapa? kau kenal?"

"ah..tidak, mungkin dia salah orang, ayo masuk" aku acuhkan dia, aku sudah bilang kan aku tidak mau berteman dengan murid dari sekolahku dan aku tidak perlu berteman dengan laki-laki dari manapun, mereka kasar dan emosional.

Aku sempat dengar pacarnya bertanya apa dia mengenalku tapi aku tidak dengar jawabannya dan aku tidak perduli. Aku tidak perlu diakui sebagai teman sekolahnya.

Kami berempat duduk dibarisan tengah dan siap dengan popcorn masing-masing, aku lihat Kyuhyun juga masuk atrium yang sama dan dia berjalan naik sementara aku sudah ditempat duduk dapat melihatnya dengan jelas, aku duduk diujung barisan dekat dengan jalan orang naik turun, aku pura-pura saja memegang ponsel agar tidak melihatnya dan tidak perlu menyapanya.

Ada langkah yang terhenti disampingku dan aku yakin itu dia, tapi kenapa dia berhenti?

"kenapa?" tanya suara seorang perempuan. Sudahlah cepat sana jalan.

Dia akhirnya lanjut jalan dan aku sama sekali tidak melihatnya.

Sepanjang film aku jadi tidak konsen menonton, aku takut dia akan menggangguku saat di sekolah karena tahu aku pergi dengan 3 orang perempuan. Merasakan ditolak berteman sepertinya memberikan trauma padaku, aku jadi lebih memilih menutup diri daripada mencoba berteman lagi.

Sound effect di big screen membuatku teralihkan dari pikiranku, aku kembali memperhatikan film, Superman memang tampan dan bentuk badannya juga bagus, tapi gaya rambut Clark Kent dengan poni yang berbentuk huruf S di dahinya itu terlihat sangat kuno, apa sampai abad 21 pun gaya rambut itu masih harus dipakai? Sekarang kan jaman fashion, apa Superman tidak punya hair stylist?

Batman tampan juga sih, setidaknya dia tidak punya gaya rambut yang aneh kan. Sebagai orang terkaya di Gottam City, Bruce Wayne memang pantas memiliki peralatan serba canggih untuk menunjang aksinya, tapi kalau dia tidak bisa terbang kenapa dia harus pakai kostum yang ada sayapnya.. bukankah itu hanya akan mengganggunya saat bertarung?

Ah.. semua super hero memang aneh, tapi mereka sangat tampan, dan pasti memiliki bentuk badan six pack, terutama saat melihat Clark Kent beradegan mandi di shower, dia sangat seksi. Tunggu dulu... kenapa aku merasa laki-laki lain seksi?

Film selesai setelah 2 jam lebih, perutku sudah lapar padahal sekarang baru jam 7 lewat. Aku ajak teman-temanku pergi untuk cari tempat makan, kami keluar dari gedung Golden Cinema dan mencari tempat makan, Sunkyu mengajak kami masuk restoran Jepang.

"hei..hei..kita ini cuma Godeunghaksaeng (고등학생= murid SMA) mana bisa kita makan di restoran mahal begini" ucapku sambil melihat interior restoran, kita harus melepas alas kaki karena kita makan diatas dengan lantai tatami dan meja pendek.

"jangan takut, disini ada juga menu dengan harga yang standar, kita tidak harus pesan sushi atau sashimi kan, kau kan suka makanan Jepang" kata Sunkyu

"kalau mau sashimi lebih baik makan Urok (sashimi Korea) lebih puas dan banyak" kata Jimin

"sudah kita pesan ramen saja atau udon, itu kan yang sesuai dengan kita yang hanya murid sekolah" kata Jia

"hahaha...." Sunkyu dan Jimin tertawa

"jangan berisik, kalian ini.."

"kau mau makan apa? aku mau pesan sushi" aku menoleh mendengar suara itu, dia lagi! Banyak restoran di Gangnam kenapa dia harus masuk kesini hah?!

Dia menoleh padaku dan aku ketahuan memperhatikannya lagi, aku berpaling dan melihat menu lagi.

Makanan tiba dimeja kami, ada mangkuk besar isi macam-macam sayuran yang dipanaskan dengan tungku yang sudah tersedia dimeja jadi semacam hotpot, makanan itu disebut sukiyaki, aku pesan Udon seperti yang Jia katakan, Sukiyaki ini pesanan Sunkyu sementara Jimin pesan Chicken teriyaki dan Jia sendiri pesan Yakisoba dan Takoyaki sebagai cemilan, kalau kami di restoran Korea aku mau makan Tteokbokki tapi ya sudahlah.

Setelah kenyang makan para perempuan itu menarikku masuk sebuah mall, Sunkyu memang berencana mengajak ke mall dan aku tahu mereka pasti akan belanja. Pertama Jimin meminta kami masuk stan kosmetik, dia bilang mau beli lipstick dan bio spray, seperti dia ini sudah ahjuma saja.

"Sungmin, bio spray ini bagus untuk menjaga kelembaban wajah, kau juga harus pakai" ucap Jimin sambil memilih.

"facial cream yang dulu masih ada? kalau mau beli lagi saja" ucap Sunkyu mengambilkan cream wajah.

"tidak usah, lagipula aku di sekolah khusus laki-laki, tidak akan ada yang memperhatikanku, aku tidak perlu pakai itu lagi"

"aduh..kau tidak boleh begitu, kesehatan kulit harus terus dijaga sampai kapanpun, kalau tidak kulit akan mudah berkeriput dan mempercepat penuaan dini" kata Jia yang sekarang makin cerewet tentang kesehatan karena mempelajari tentang ilmu kesehatan.

"tapi aku kan laki-laki, tidak ada laki-laki pakai make-up"

"siapa bilang.. aktor dan idol itu semua tampan karena make up"

"tapi punyaku yang lama masih ada, nanti aku beli sendiri di mini market dekat rumah"

"Jimin kau sudah belum? aku mau beli baju~" Sunkyu mendorong Jimin.

"iya, ayo pergi.."

Kami masuk sebuah butik. Ada pakaian casual laki-laki juga. Sunkyu membeli rok mini dengan model denim dan jaket denim juga, Jimin dan Jia melihat-lihat tas.

Ketiga trio itu sudah menenteng plastik masing-masing saat keluar. Aku hanya mengikuti mereka.

Aku pulang jam 9 malam, tadinya kami mau pergi Karaoke tapi aku ingat pesan Omma agar mereka tidak pulang larut malam, jadi aku suruh mereka pulang dan kami janji pergi karaoke lain waktu.

Aku jalan di komplek perumahanku dan sampai di rumah. Aku kunci pintu dan ganti sandal rumah, Omma sedang menonton tivi, setelah memberitahu Omma aku sudah pulang aku lalu pergi ke kamar untuk ganti baju kemudian pergi ke kamar mandi untuk cuci muka, gadis-gadis itu mengajariku setiap kali baru pulang dari luar harus langsung cuci muka, karena angin yang membawa debu dapat membuat muka kita kotor ditambah lagi polusi kendaraan, jika rajin cuci muka setelah keluar rumah kulit pasti akan jadi bersih dan cerah.

Aku kembali ke kamar dan kunyalakan komputer, aku ingat tadi bertemu Kyuhyun dan pacarnya, pacar... selama 16 tahun ini aku tidak pernah pacaran walaupun aku punya banyak teman perempuan, aku hanya berpikir mereka seperti saudara bagiku, lagipula 3 tahun di Junghakyo masih terlalu kecil untuk berpacaran dan sekarang baru tahun pertama di Godeunghakyo, tapi jika sekolah di Seoul High School bagaimana mau dapat pacar? Disana kan semua laki-laki.

Hari senin kembali datang, aku bersiap-siap ke sekolah seperti biasa, aku akan tetap melanjutkan aksi diamku, aku tidak perlu berteman dengan siapapun di sekolah.

Dia datang, melenggang saat jam sudah menunjukkan hampir masuk sekolah, aku baca buku dan hanya merasakan dia duduk dibangku sebelahku.

Pelajaran pertama adalah sastra dan hanja, pelajaran mengenai sastra Korea dari jaman ke jaman dan tulisan huruf kanji Korea, walaupun masyarakat lebih sering menggunakan huruf hangeul tapi kami tetap harus mempelajari hanja sebagai dasar pengetahuan bahasa kami. Hanja dikenal masyarakat Korea karena pengaruh dari penjajahan Jepang, tidak banyak perbedaan dengan Kanji Jepang.

"baiklah, pelajari materi berikut, sekian pelajaran hari ini" Hwang Donggyu saem mengemas bukunya, "minggu depan kita akan bahas tentang puisi pada jaman Joseon, kalian bisa cari puisinya dan kita akan bahas"

"tugas? ahhh..." para siswa mengeluh.

"haha... nikmati tugas pertama kalian di sekolah yang baru".

Aku butuh toilet, aku pergi begitu Donggyu saem keluar, aku ijin pada Ketua kelas kalau aku ke toilet, tadi pagi aku makan apa sih, kenapa perutku mulas begini.

Selesai dengan masalah perut aku keluar dari kloset dan cuci tangan, aku lihat seseorang berdiri di ujung wastafel, tadinya aku tidak perduli tapi saat kulihat dari cermin ternyata itu Kyuhyun, aku harus segera pergi, aku tidak dia menanyakan tentang pertemuan malam minggu kemarin, aku tidak mau diledek karena berteman dengan banyak perempuan.

Tapi belum sempat jalan keluar aku ditarik dan dipepet ke tembok, apa aku akan dipukul? Tapi apa salahku?

"ada apa?" aku tidak berani memandangnya.

"aku yang harusnya tanya padamu, apa masalahmu yang sebenarnya huh? Kau bilang kau tidak mengenalku kemarin huh? Apa kau masih dendam hanya karena aku membentakmu saat main bola? Jangan jadi seperti perempuan" ucapannya membuatku teringat bulian yang selalu dilontarkan padaku hanya karena aku lebih sering berteman dengan perempuan.

"kau tidak mengenalku, apa hakmu mengataiku? aku tidak mau mengenalmu, aku tidak mau berteman denganmu, memangnya kenapa?!" aku berteriak padanya dan dia mengangkat kepalan tangannya mau meninjuku, aku terpejam dan bersiap menerima rasa sakit. Kenapa laki-laki selalu harus memakai kekerasan...?

Tinju yang kutunggu tidak juga datang, aku perlahan membuka mataku dan dia menatapku tapi tangannya masih mengepal mau meninjuku.

"kau ini sangat lemah, apa kau diam saja saat orang akan memukulmu?" Kyuhyun bertanya dengan tangan yang masih mencengkeram kerah bajuku.

"bukankah kalian memang seperti itu? kalian hanya tahu kekerasan, kalian kasar dan emosional, laki-laki tidak berguna"

"mwo?? apa maksudmu? kau juga kan laki-laki" Kyuhyun menurunkan tinjunya tapi masih mencengkeram kerah bajuku, aku tidak menjawab "kau masih dendam karena kejadian waktu sepak bola itu?"

"tidak, aku tidak perduli, hanya saja aku tahu kalian semua tidak ada bedanya, siswa-siswa yang membuliku saat di Junghakyo, siswa yang kutemui di sekolah baruku, semua sama saja, kalian tidak bisa menahan marah bahkan marah karena hal sepele, aku memang tidak bisa main bola, memangnya kenapa? Kau tidak perlu membentakku seperti itu waktu itu, aku tidak pernah berteman dengan siswa lain jadi aku gugup saat berhadapan denganmu atau dengan siswa lain, aku tidak tahu apa yang harus kukatakan dan kulakukan, kalian selalu bersikap kasar dan emosional, kalian itu menyebalkan, aku tidak mau berurusan dengan kalian, aku tidak perlu berteman dengan siapapun, anggap saja kau tidak pernah bicara denganku, sekarang lepaskan aku" aku menyingkirkan tangannya dan pergi dari toilet.

~Kyuhyun~

Aku lihat anak itu pergi keluar setelah bicara sesuatu pada Ketua kelas, dia mau selamanya mengacuhkanku karena hal sekecil itu huh? Dia perlu diberi pelajaran.

Aku mengikutinya ke toilet, toilet sepi karena hanya pergantian jam pelajaran, dia tidak juga keluar, apa perutnya bermasalah?

Begitu dia keluar dia cuci tangan di wastafel dan masih tidak menyadari keberadaanku, dia baru melihatku dari cermin, aku meliriknya dalam cermin, dia buru-buru keluar. aissh...anak ini kurang ajar. Aku raih kerah bajunya dan kudorong ke dinding, aku tidak berniat untuk bersikap kasar tapi tidak sengaja doronganku lebih kuat dari yang kuperkirakan dan dia tampak terkejut atau lebih seperti ketakutan. Kenapa dia mudah sekali terintimidasi? Kalau dia selalu tampak begini seperti kelinci lunak, dia bisa dengan mudah ditindas orang.

"ada apa?" dia tidak berani memandangku.

"aku yang harusnya tanya padamu, apa masalahmu yang sebenarnya huh? Kau bilang kau tidak mengenalku kemarin huh? Apa kau masih dendam hanya karena aku membentakmu saat main bola? Jangan jadi seperti perempuan" aku mengatainya agar dia tahu kalau dia itu terlalu lemah tapi dia justru menatapku dengan tajam, seperti apa yang kuucapkan mengenai sesuatu dalam dirinya yang menyinggungnya.

"kau tidak mengenalku, apa hakmu mengataiku? aku tidak mau mengenalmu, aku tidak mau berteman denganmu, memangnya kenapa?!" dia berteriak padaku dan aku reflek mengangkat kepalan tanganku mau meninjunya, aku bersiap untuk merontokkan keangkuhannya yang kulihat dia justru ketakutan, cih..kalau dia takut kenapa dia pura-pura hebat? Bukan level seorang Cho Kyuhyun jika melawan seseorang yang jauh dibawahnya, dia hanya seekor kelinci.

Dia buka mata tapi aku masih menunjukkan kepalan tanganku hanya untuk menakutinya.

"kau ini sangat lemah, apa kau diam saja saat orang akan memukulmu?".

"bukankah kalian memang seperti itu? kalian hanya tahu kekerasan, kalian kasar dan emosional, laki-laki tidak berguna"

"mwo?? apa maksudmu? kau juga kan laki-laki" dia ini bicara apa? Dia bicara seolah dia ini bukan laki-laki. Aku menurunkan tinjuku karena rasa heran dan bingungku tapi aku masih mencengkeram kerah bajunya, dia tidak menjawabku, apa dia masih marah soal kejadian minggu lalu? Kalau marah katakan saja, selesaikan dengan cara laki-laki, tidak dengan merajuk seperti perempuan kan, "kau masih dendam karena kejadian waktu sepak bola itu?"

"tidak, aku tidak perduli, hanya saja aku tahu kalian semua tidak ada bedanya, siswa-siswa yang membuliku saat di Junghakyo, siswa yang kutemui disekolah baruku, semua sama saja, kalian tidak bisa menahan marah bahkan marah karena hal sepele, aku memang tidak bisa main bola, memangnya kenapa? Kau tidak perlu membentakku seperti itu waktu itu, aku tidak pernah bermain dengan siswa lain, aku tidak pernah berteman dengan siswa lain jadi aku gugup saat berhadapan denganmu atau dengan siswa lain, aku tidak tahu apa yang harus kukatakan dan kulakukan, kalian selalu bersikap kasar dan emosional, kalian itu menyebalkan, aku tidak mau berurusan dengan kalian, aku tidak perlu berteman dengan siapapun, anggap saja kau tidak pernah bicara denganku, sekarang lepaskan aku" dia menyingkirkan tanganku dan pergi dari toilet. Aku tidak sempat menjawabnya, dia bicara cerewet sekali, aku bahkan tidak sempat menjelaskan kejadian waktu itu, saat itu dia memang terlihat gugup dan bicaranya tersendat tapi mana kutahu kalau dia seperti itu karena tak pernah berteman dengan siswa laki-laki sebelumnya, memangnya dia tak pernah punya teman? Aissh... aku kesal dan kupukul dinding.

Waktu sepakbola itu kan aku marah juga tidak seberapa, aku hanya kesal kalau dia mengerjaiku, aku benar-benar tidak tahu dia tidak bisa main bola, tapi saat aku tahu dia tidak bisa menendang bola dia justru sudah mendiamkanku, ditambah lagi kemarin diluar dia pura-pura tidak mengenalku, dia pikir dia itu siapa? Aku hanya bermaksud mau menanyakan sikapnya itu, aku tidak pernah bermaksud ingin berbuat kasar, tapi rupanya dia memang tidak pernah terbiasa bersentuhan dengan dunia laki-laki jadi dia tidak tahu cara laki-laki bicara? Kami suka mengumpat, kami suka berteriak memangnya kenapa? Bukan berarti itu membentak, tapi dia.... aissh... dia itu benar-benar seperti perempuan.

Aku malas ikut kelas Matematika, bisa-bisa kepalaku makin pusing, aku pergi ke kantin saja.

Bel istirahat berbunyi dan murid berdatangan masuk kantin, aku perhatikan pintu masuk dan kulihat dia, Lee Sungmin, masuk ke kantin, dia pesan makanan jadi kutunggu saja sampai dia duduk. Setelah dia ambil makanan dia cari tempat duduk, dia jalan ke ujung samping kantin dekat dinding kaca, aku jalan sambil membawa susu kotak yang kuminum, aku duduk disampingnya dan kuberikan susu kotak satunya yang kubawa.

"anggap saja sebagai permintaan maaf" dia menoleh tapi berpaling lagi "kau jangan acuh begitu bisa kan? aku benar-benar tidak sengaja membentakmu, itu sebenarnya bukan bentakan hanya saja memang laki-laki bicara begitu kan, hanya sedikit berteriak, kau saja yang terlalu lembut seperti..."

Dia menoleh melotot, persis seperti waktu dilapangan minggu lalu, bibirnya manyun "aku tahu apa yang mau kau katakan, jangan pernah ucapkan itu" dia tampak galak seperti ahjuma saja.

"iya, baiklah..." perhatiannya kembali pada piringnya dan dia mulai makan.

Kulihat cara makan dia sangat rapi, seperti dia ini pernah masuk sekolah Etika. Kalian tahu kan? Sekolah Etika yang hanya diperuntukan bagi kaum bangsawan, putri keturunan kerajaan Korea. hahaha.. Aku tidak akan mengatakan ini padanya nanti dia bisa meledak dan bicara tanpa henti seperti di toilet tadi.

"hei..kalau kau tidak pernah berteman dengan laki-laki, bagaimana alau aku jadi teman pertamamu" dia menoleh dan tampak... terkejut. "kenapa? aku bukan menyatakan cinta kau tidak perlu terkejut begitu kan?" dia memukul lenganku pelan dan aku tertawa, anak ini memang lucu, dia mudah dikerjai dan diledek. "jadi bagaimana? aku boleh jadi temanmu?" dia kembali memandangku dengan wajah bingung "aissh... aku tidak akan berteriak lagi dan aku janji aku tidak akan berucap kasar kalau kau tidak suka mengumpat, okay?" dia mengedip-kedipkan matanya, apa dia memang sebingung itu hanya untuk berteman dengan laki-laki? Aku kan bukannya meminta dia pacaran denganku, walaupun ini aneh bagiku, biasanya yang kudekati perempuan dan langsung kuajak kencan begitu berkenalan, tapi yang kudekati sekarang.. laki-laki.

"baiklah, aku mau... berteman.. tapi kau harus tepati ucapanmu".

Aku tersenyum. Ternyata tidak buruk mendekati laki-laki untuk berteman.

"baiklah... chingu" aku rangkul pundaknya dan ambil ayam yang ada dipiringnya.

"hei...."

==============

HARUS VOTE. ;)

©hak cipta: Churniekova

No plagiarizm.

Continue Reading

You'll Also Like

110K 18.2K 187
Jimin membutuhkan biaya untuk operasi transplantasi ginjal sang bunda namun dia bingung mencari uang kemana dalam waktu kurung 2 bulan. Sementara CEO...
78.1K 1K 14
"Apa...orientasi seksualku?" Hahaha...aku tidak tahu pasti bagaimana dengan orientasi seksualku. Mungkin jika kalian sudi dan bersedia meluangkan wak...
449 95 17
Chandra di mata Akasa: "Dia adalah mimpi yang muncul dalam realita. Setiap nafasnya hanyut dalam ketidakpastian. Detik demi detik dilaluinya tanpa re...
5M 921K 50
was #1 in angst [part 22-end privated] ❝masih berpikir jaemin vakum karena cedera? you are totally wrong.❞▫not an au Started on August 19th 2017 #4 1...