Keegoisan Cinta [DREAME]

By HasdianKS

144K 1.7K 28

Vania, seorang gadis SMA yang menyukai kakak kelasnya yang super dingin dan datar, dan jarang banget senyum a... More

PROLOG
1. Love Has No Reason
3. Kolam Renang
4. The Man Across The House
5. Akibat Tamu Tidak di Undang
Announcement

2.Tetangga

5.5K 249 1
By HasdianKS

"Butuh tumpangan?."

Mata Vania tidak bisa berkedip saat melihat orang itu melepas helmnya dan menampakkan seorang laki-laki yang tengah tersenyum kepadanya. Jantung Vania masih berdetak tidak karuan antara takut dan cemas. Jika di lihat lagi, orang asing itu terlihat cukup muda, mungkin tiga sampai lima tahun di atas Vania. Tapi meski begitu, tetap saja Vania takut, terlebih Vania tidak mengenal orang itu dan sejak awal orang itu sudah tampak mencurigakan. Bagaimana tidak? Jika memang ingin memberi tumpangan, harusnya sejak awal pria itu menawarkan tumpangannya, bukan dengan cara mengikuti Vania terlebih dahulu seperti penguntit.

"Tidak, terima kasih." Ucap Vania dan langsung melangkahkan kakinya pergi. Demi apapun Vania masih ketakutan. Ia hanya berusaha menguatkan dirinya dan berharap segera mencapai jalan besar.

"Aku bukan orang jahat. Aku tetangga kamu." Teriak pria itu. Tapi Vania tidak peduli hingga akhirnya pria itu menyusul Vania menggunakan motornya.

"Kita tetanggaan." Ucap pria itu dari atas motornya yang telah mensejajari langkah Vania.

"Maaf, saya tidak kenal dengan Anda."

"Serius enggak tahu? Rumah kita hadap-hadapan loh."

Vania tidak menjawab, Ia hanya terus melanjutkan langkahnya. Karena memang benar Vania tidak mengenali pria itu dan juga Ia tidak pernah melihat pria itu sebelumnya. Bagaimana mungkin Vania percaya, bisa saja kan itu modus dia saja.

"Rumah nomor 244, itu rumah kamu, kan? Rumahku nomor 245." Pria itu kembali bersuara, tapi lagi-lagi Vania menghiraukannya walau Vania sempat berpikir bahwa kemungkinan pria itu benar tetangganya, tapi Vania tidak ingin percaya begitu saja. Karena sejujurnya Vania juga tidak begitu hafal dengan wajah tetangganya.

Beruntung, saat Vania mencapai jalan besar ia langsung menemukan sebuah angkot yang bertujuan ke sekolahnya. Dengan segera Vania masuk ke dalam angkot tanpa memperdulikan pria yang mengaku sebagai tetangganya itu. Vania benar-benar bersyukur karena setidaknya tidak terjadi sesuatu yang buruk kepada dirinya.

**

Ketika menuruni angkot yang telah sampai di sekolah, Vania melihat Hana yang juga baru datang, ia segera menghampiri sahabatnya itu.

"Baru sampai juga?."

"Iya nih, tumben juga kamu berangkat siang?."

Vania tersenyum mendengar pertanyaan Hana. "Iya, tadi bangun kesiangan. Makanya berangkat agak siang."

"Ya sudah ayo, lima menit lagi bel masuk." Ucap Hana dan Vania segera mengikuti langkah sahabatnya itu.

Ketika mereka memasuki gerbang dan akan menuju kelas. Vania melihat Azka tengah duduk di bangku depan lorong tempat menuju ke kelas Vania. Sontak saja Vania langsung teringat kejadian kemarin. Jantungnya tiba-tiba berdetak kencang dan dirinya benar-benar ingin menyembunyikan dirinya.

"Han, cari jalan lain yuk." Bisik Vania yang membuat Hana langsung menoleh.

"Hah?." Hana mengedarkan pandangannya, seketika langsung paham ketika dirinya melihat sosok Azka.

"Ngapain cari jalan lain? Biasanya juga langsung lewat."

"Enggak bisa, aku enggak siap ketemu Kak Azka. Nanti aku ceritain." Ucap Vania dan langsung menarik Hana untuk mencari jalan lain untuk menuju kelasnya. Dan itu berarti mereka harus melintasi deretan kelas sepuluh dan kantor guru terlebih dahulu. Untung saja ketika mereka sampai di kelas, Guru mereka belum datang meski bel telah berbunyi, sehingga mereka merasa aman.

Sesampainya di kelas Vania menceritakan apa yang terjadi hingga Vania merasa malu kepada Azka dan hal itu langsung mendapat tanggapan tawa dari Hana. Vania juga menceritakan terkait kejadian pagi tadi yang ia alami, tentang seorang laki-laki yang mengaku sebagai tetangganya.

"Ya ampun, serem banget. Untung kamu enggak kenapa-kenapa." Ucap Hana.

"Iya untungnya dia enggak melakukan hal jahat."

"Menurutku betul sih apa yang kamu lakukan. Ya memang kita tidak boleh bersu'udzon atau berprasangka buruk ke orang lain. Namun, kalau dari kasus yang kamu alami, memilih untuk waspada jauh lebih baik. Walapun dia mengatakan tetangga atau bahkan saudara jika memang kamu tidak mengenalnya lebih baik waspada dan jangan mudah percaya."

"Iya Han, makanya aku juga mikir gitu."

"Eh tapi seriusan kamu enggak kenal sama tetangga kamu?."

Vania tersenyum masam lalu menggelengkan kepalanya. "Enggak."

"Satu pun?."

"Bukan, aku kenal dengan beberapa tetangga yang memang sering bertemu, tapi untuk penghuni nomor 245 itu, aku jarang lihat. Cuma beberapa kali pernah lihat bapak-bapak sama ibu-ibu gitu. Kalau yang mas-mas gitu enggak pernah. Makanya aku ngerasa enggak kenal dia. Tapi enggak tahu juga sih kalau memang beneran dia tetangga aku, soalnya aku juga jarang ke luar rumah dan memperhatikan sekitar."

"Oh gitu, coba aja deh lain kali kamu pastikan. Siapa tau si mas-mas yang tadi memang tetangga kamu. Jadi kalau sewaktu-waktu kalian ketemu lagi, kamu enggak perlu takut."

Vania menganggukkan kepalanya, tanda bahwa Ia setuju dengan pendapat Hana.

**

Weekend adalah hari merdekanya para siswa sekolah seperti Vania. Weekend tergolong kedalam hari yang sakral karena weekend adalah hari untuk melepaskan segala penat dan stress selama weekdays. Biasanya saat weekend Vania akan menikmati waktu bersama keluarga atau melakukan hal-hal yang bisa mebuat dirinya jauh lebih baik.

Bagi Vania setiap orang membutuhkan setidaknya satu hari dalam seminggu atau satu hari dalam sebulan untuk melakukan healing bagi dirinya agar tidak terlalu stress. Untuk itu Vania selalu mempunyai jadwal rutin setiap hari minggu. Biasanya Vania akan membaca novel, menonton film atau berkunjung ke sebuah kafe dan bersantai.

Tapi minggu ini Vania tidak bisa melakukan hal itu. Setelah hari sabtunya terampas untuk mengerjakan tugas kelompok. Hari minggunya juga terampas untuk mengikuti materi renang dari pelajaran olahraganya. Dikarenakan sekolahnya tidak memiliki kolam renang pribadi, hal itu membuat materi renang yang ada di mata pelajaran olahraga selalu dilaksanaan di hari weekend dengan menyewa sebuah kolam renang. Beruntungnya kolam renang yang sering digunakan berada di dekat rumah Vania. Vania hanya perlu berjalan kaki setidaknya 15-20 menit untuk sampai di kolam renang itu.

Vania yang telah siap untuk berangkat pun segera melangkahkan kaki keluar dari rumah dan hal itu bertepatan dengan terbukanya gerbang di seberang rumahnya, tepatnya di rumah nomor 245. Seketika Vania teringat kejadian dua hari lalu tepatnya pada pria yang mengaku sebagai salah satu penghuni rumah itu. Vania terdiam, mencoba memperhatikan rumah di seberangnya. Sesaat kemudian muncul seorang pria yang membuat Vania sempat menahan nafasnya. Vania sempat mengira bahwa pria itu adalah pria yang dua hari lalu mengaku sebagai tetangganya. Namun, ketika Vania dapat melihat wajah pria itu dengan jelas, Vania langsung menghela nafasnya karena rupanya pria itu bukan pria yang dua hari lalu mengaku sebagai tetangganya. Pria kali ini terlihat lebih muda daripada pria yang kemarin. Dan hal itu membuat Vania meyakinkan pada dirinya sendiri agar lain kali tetap selalu waspada dan tidak mudah percaya dengan orang asing karena kita tidak benar-benar tahu bahaya apa yang tengah mengintai kita.

Vania melangkahkan kakinya menuju jalan di depan rumahnya dan hal itu bertepatan dengan kemunculan sosok pria lain lagi dari rumah itu. Vania sangat terkejut hinga ia tidak bisa mengontrol ekspesinya. Vania menoleh menatap pria itu yang kini tengah tersenyum menatap dirinya. Lagi-lagi Vania terkejut karena ia dapat mengenali pria itu. Pria itu adalah pria yang sama dengan pria yang mengaku sebagai tetangganya dua hari lalu. Bahkan motor yang di tunggangi pria itu pun tampak sama.

Tidak lama setelah itu, muncul sosok ibu-obu yang sudah beberapa kali Vania lihat dan Vania yakini sebagai pemilik rumah nomor 245 itu. Ibu itu tersenyum kepada Vania sembari bertanya.

"Mau pergi?."

Vania tersenyum sembari mengangguk kaku, sementara pria itu masih menatap Vania dengan senyum yang terlihat lain dari sebelumnya.

"Hati-hati di jalan ya." Ucap ibu itu lalu meminta pria itu menjalankan motornya.

Sekali lagi pria itu menatap Vania dengan senyumnya, lalu dengan isyarat menganggukkan kepala sebagai tanda pamit, pria itu segera melajukan motornya.

Setelah kepergian pria itu, Vania memegang dadanya. Terlalu banyak kejutan di pagi ini. Selain itu tiba-tiba Vania juga merasa bersalah karena sempat menuduh pria tadi sebagai orang jahat.

**

See you next chapter💕

Continue Reading

You'll Also Like

902K 33.3K 50
"Gue tertarik sama cewe yang bikin tattoo lo" Kata gue rugi sih kalau enggak baca! FOLLOW DULU SEBELUM BACA, BEBERAPA PART SERU HANYA AKU TULIS UNTUK...
971 112 14
ʚɞ ♡₊˚ 🦢・₊✧ ʚɞ DIUSAHAKAN FOLLOW TERLEBIH DULU, SEBELUM MEMBACA !! Cinta dalam diam? Mencintai seorang laki-laki yang berbeda aliran? Nadya Aurelia...
16.9K 1.9K 14
"Sebesar apa pun perasaanku padamu, akan tetap terkalahkan dengan sadar diriku yang tak mungkin dapat memilikimu." - Kafa, 2022 Menikah merupakan ops...
4.7K 626 31
FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA:D ⚠️ UPDATE SESUAI MOOD hehe. Mencintai dalam diam? Mungkin kisah ini terlalu klise. Tapi ini menceritakan tentang Zahir...