Daddy... I Loveu You

By mylovelyanti

109K 8.6K 3.2K

Karena kesalahan masa lalunya, Ali yang belum genap berusia dua puluh tahun harus jadi single father. Diusir... More

Prolog
DILY-1
DILY-2
DILY - 4
DILY - 5
DILY-6
DILY-7
DILY-8 Flash Back
DILY-9 Flash Back part 2
DILY-10 Ending
The Cast

DILY - 3

4.5K 617 156
By mylovelyanti

Hai... I am back
Ada yang kangen aku nggak??? 😜

~ DILY ~

Tak terasa usia Ali sudah tiga puluh lima tahun, tapi dia masih betah dengan statusnya sebagai seorang ayah tanpa istri. Setelah menolak cinta Shayna tujuh tahun yang lalu dan berakhir dengan pemecatan dirinya di cafe The Nature, Ali sempat menganggur beberapa bulan sebelum dia jadi juragan ayam di Lembang. Dia merintis peternakan ayam dari nol, dimulai menjualnya ke tetangga sampai ke pasar dan berakhir dengan kerja sama dengan sebuah mal terbesar di Bandung untuk memasok ayam ayam yang sudah di sembelih ke super market dan beberapa cabang dari mal terbesar itu. Kini Ali menjadi lelaki terkaya di kampungnya, Cikeureumbi.

"Assalamu'alaikum." Prilly masuk menyapa ayah dan neneknya yang sedang menikmati senja di belakang rumah mereka.

"Wa'alaikum salam," jawab keduanya. Prilly mencium tangan dan pipi mereka, lalu duduk manja dipangkuan ayahnya.

"Gimana sekolahmu sayang?" tanya Ali sambil mengusap sayang rambut Prilly yang panjang.

"Capek dad, tiap hari selalu ada pelajaran tambahan." Prilly merengut. Dia lelah dengan aktivitas kelas dua belas yang akan menghadapi ujian nasional sebulan lagi. Belum lagi perjalanan Lembang-Bandung yang membutuhkan waktu sejam lebih karena jalanan macet. Walaupun dia diantar sopir, tapi tetap saja tubuh mungilnya lelah dengan itu semua.

"Mandi dulu geulis terus kita makan malam." Bi Ijah menyuruh Prilly untuk mandi. Gadis berambut panjang itu menggeleng.

"Ntar oma, Ily masih capek." Prilly menyandarkan kepalanya di dada Ali, dia memejamkan mata, melepas lelah yang mendera.

"Sebelum Ily nikah, dady jangan nikah, ya?" Selalu kata-kata itu yang Prilly katakan pada Ali. Dia takut jika ayahnya nikah duluan sebelum dirinya, maka ayahnya akan lebih mencintai istrinya dibanding dirinya, dan Prilly tidak bisa bermanja-manja pada ayahnya lagi. Itulah alasan kenapa sampai detik ini Ali belum menikah dan menolak beberapa gadis yang mendekatinya termasuk sang bos, Shayna. Sejak kecil, Prilly sangat takut dan tidak suka jika ayahnya dekat dengan perempuan. Pernah ketika Ali dijemput Shayna untuk makan malam, Prilly pura-pura sakit dan ingin ditemani Ali, lalu saat Ali dekat dengan Ani, anak pak Lurah, Prilly selalu mengganggu mereka ketika mereka ngobrol, dan masih banyak kelakuan konyolnya untuk membatalkan kencan ayahnya.

"Kamu tidak kasian lihat ayahmu sendiri terus?"

"Kata siapa dady sendiri? Ada oma dan aku," Prilly menjawab pertanyaan bi Ijah.

"Tapi ayahmu butuh cinta."

"Aku cinta dady, dan cintaku lebih besar daripada perempuan-perempuan itu."

"Maksud oma, ayahmu butuh kehangatan." Bi Ijah terkekeh.

Dan itu sukses membuat Ali yang sedang menyesap kopinya tersedak. "Uhuk... Uhuk...."

Prilly menepuk nepuk punggung Ali. "Dady gak apa apa?"

Ali mengangguk.

"Kalo dady kedinginan, aku bisa angetin dady." Prilly menatap Ali dengan tatapan takut kehilangan yang begitu besar dan entah kenapa Ali yang ditatap seperti itu jadi sedih apalagi ketika Prilly memeluknya erat sekali.

Deg. Jantung Ali berdetak tak karuan. Ini bukan pertama kalinya dia dipeluk Prilly, tapi hari ini ada sesuatu berbeda yang terjadi dengan dirinya. Apa karena Prilly mengatakan itu dengan mata yang berkaca kaca? Pasti ada masalah yang sedang dihadapi anaknya. Instingnya sebagai ayah yang berbicara. Ada sesuatu yang tidak beres.

"Jangan tinggalin aku dad. Aku nggak mau punya ibu tiri. Mereka itu jahat. Mereka akan ambil dady dari aku." Prilly menangis. Sebenarnya bukan tanpa alasan dia mengatakan itu. Tadi sepulang sekolah mobilnya dihentikan oleh bu Reva, dokter yang baru tiga bulan yang lalu ditugaskan di puskemas kampungnya.

"Boleh kita bicara." Setelah mengetuk kaca jendela mobil Prilly, dan gadis itu keluar, dia mengajak Prilly ke salah satu saung yang ada di sawah.

"Ada apa bu dokter?" Prilly merasa jengah karena sejak mereka sampai di saung, Reva tidak bicara sepatah kata pun.

"Jika aku menikah dengan ayahmu, maka aku akan mengajak ayahmu bersamaku ke Surabaya."

Prilly menatap tak percaya pada Reva. "Mak-sud bu dokter?" Prilly tergeragap.

"Dengar Prilly, kamu sudah besar, usiamu sudah tujuh belas tahun, dan sudah saatnya kamu melepaskan ayahmu."

"Aku gak ngerti." Prilly mulai menitikan air mata. Dia sangat mengerti maksud Reva, tapi dia pura pura tak tahu, dia takut jika tebakannya benar kalau ayahnya menikah dengan Reva maka dia tidak akan bersama dengan ayahnya lagi.

"Izinkan dia menikah denganku dan pergi bersamaku." Reva memelas. Dia menggenggam erat tangan Prilly. Berharap anak itu mengabulkan permintaannya.

Prilly bangkit. "Maaf bu, udah sore aku mau pulang." Prilly berjalan meninggalkan Reva tanpa membalas perkataannya. Dia sedih jika ayahnya harus pergi bersama perempuan itu.

"Jangan tinggalin aku dad." Tangis Prilly makin keras.

"Kamu kenapa sayang? Kenapa bicara seperti itu?" Ali tak mengerti dengan keanehan anaknya. Bi Ijah bangkit dari duduknya dan dia berjalan ke arah Prilly.

"Kamu kenapa?" tanya bi Ijah khawatir karena Prilly tidak pernah seperti ini sebelumnya.

"Ayo cerita sama dady." Ali menegakkan tubuh Prilly untuk menghadapnya.

"Tadi bu dokter..." Lalu meluncurlah cerita saat dia bertemu dengan Reva.

Ali menyeka air mata Prilly dan mengecup keningnya lama. "Dady janji tidak akan meninggalkanmu. Sekarang kamu mandi, ya?"

"Hayu geulis." Bi Ijah menarik tangan Prilly.

"Tapi aku ingin digendong." Prilly memelas pada Ali.

"Ya udah dady gendong, tapi kamunya turun dulu dari pangkuan dady." Prilly bangkit.

"Kalo gitu oma akan menyiapkan makan." Bi Ijah berlalu ke dalam rumah.

"Ayo naik." Ali membungkukkan badannya. Prilly langsung naik ke punggung Ali.

"Jangan gerak gerak sayang tubuh kamu itu berat." Ali meminta Prilly untuk menghentikan aksinya yang seperti anak kecil yang suka bermain kuda kudaan jika sedang digendong.

"Dady jahat ngatain aku gendut." Prilly cemberut.

"Siapa yang ngatain kamu gendut?"

"Dady."

"Dady bilang berat bukan gendut."

"Sama aja." Prilly mencubit pinggang Ali.

"Awww...!" Ali mengaduh kesakitan dan sontak tangannya yang sedang menggedong Prilly terlepas, itu membuat tubuh Prilly melorot dan menarik tubuh Ali ke belakang sebagai pegangan karena dia akan jatuh. Dengan sigap Ali memutar tubuhnya dan menangkap pinggang Prilly yang akan jatuh. Mata mereka beradu, saling bersitatap dalam diam. Ali baru sadar jika Prilly tumbuh menjadi gadis yang sangat cantik dengan mata hazel yang jernih, pipi chubby yang menggemaskan dan kulit seputih susu. Tak salah jika dia menjadi rebutan pemuda pemuda di kampung ini, tapi setiap ada pemuda yang datang, Ali tak suka dan selalu bersikap galak pada mereka. Sementara Prilly menatap kagum pada ayahnya yang sangat tampan, dan dia punya impian jika dia menikah maka dia ingin punya suami yang baik seperti ayahnya dan dia akan jatuh cinta pada lelaki yang mirip dengan sang ayah.

"Permisi den."

Ali dan Prilly tersadar dengan perkataan bi Sum, pembantunya yang tiba tiba datang. Ali melepaskan pelukannya di pinggang Prilly.

"Ada apa bi?"

"Ada tamu den."

Ali mengernyitkan alis. Siapa tamu yang datang di sore hari menjelang magrib seperti ini. "Sekarang dimana tamunya?"

"Ada di ruang tamu."

"Kamu buatkan air minum untuk tamu itu, saya akan turun setelah salat magrib."

Bi Sum mengangguk dan berlalu menuruni tangga.

"Kamu mandi ya, dady akan menemui tamu dulu terus jangan lupa salat." Ali mengusap sayang rambut Prilly lalu pergi ke kamarnya.

Prilly mengusap dadanya, menormalkan detak jantungnya yang berdetak cepat. "Efek punya dady ganteng banget tu bikin jantung aku mau lompat dari tempatnya. Huft...." Prilly berjalan menuju kamarnya.

Sementara itu Ali baru sampai di ruang tamu, di sana dia menemukan Reva sedang duduk menyesap minuman yang sudah disiapkan oleh bi Sum.

"Maaf menunggu lama." Ali duduk di sebrang kursi. Perempuan berusia dua puluh delapan tahun itu tersenyum.

"Ada apa?"

Reva berjalan ke arah Ali dan duduk di sampingnya. "Aku kangen kamu." Dia bergelayut manja di lengan Ali dan menyandarkan kepalanya di bahu lelaki itu.

"Sebaiknya kita akhiri hubungan ini. Maaf." Ali melepaskan tangan Reva di lengannya. Perempuan itu membelalakan mata tak percaya pada apa yang baru saja di dengarnya. Dia terkejut karena tak ada masalah diantara mereka, tapi kenapa Ali ingin memutuskan hubungan mereka.

"Maksud kamu?"

"Aku kira kamu bisa jadi ibu yang baik untuk Prilly, tapi nyatanya kamu tak sebaik yang aku kira. Lupakan semuanya. Maaf."

Tangis Reva sudah tak bisa dibendung lagi. "Kenapa kamu lakukan itu? Apa salahku? Lalu bagaimana dengan pernikahan kita?" Reva mengguncang guncang tangan Ali.

Seharusnya pernikahan mereka akan berlangsung tiga bulan lagi. Ali memilih Reva untuk menjadi istrinya karena kedewasaan sikapnya dan juga rasa sayang yang dia tunjukkan pada Prilly. Masih Ali ingat dengan jelas saat Prilly sakit dan memanggil dokter Reva ke rumah, dia bukan hanya mengobati sakit Prilly, tapi merawatnya sampai anaknya itu sembuh, makanya Ali tak menolak saat perempuan itu menyatakan cintanya, tapi ternyata dibalik itu semua ada maksud dari sang dokter, dia baik hanya ingin mengambil hati Ali dan ingin menjauhkan Prilly darinya. Itu tak akan pernah terjadi. Dulu saja dia lebih memilih diusir dari rumah daripada harus memberikan Prilly ke panti asuhan.

"Aku tak bisa meninggalkan Prilly. Maaf."

"Kenapa harus Prilly... Prilly... dan Prilly terus yang ada dalam otakmu?!"

Mata Ali menyalang marah. Sudah habis kesabarannya menghadapi perempuan ini. "Karena dia anakku. Aku rela mati untuknya, dan tak akan pernah aku biarkan seorang pun menyakitinya, jadi pergilah!" Ali mengangkat tangannya dengan jari telujuk dia hadapkan ke arah pintu. Ali mengusir Reva. "Maaf, tapi aku tak bisa melanjutkan hubungan ini."

Reva bergeming dari tempatnya. Dia menangis menyesali kebodohannya tadi sore terhadap Prilly. Andai saja dia tidak mengatakan itu pada Prilly sebelum Ali menjadi miliknya.

Ali berlalu meninggalkan Reva. Dia tak peduli pada perempuan yang sedang menangis itu, yang tega akan memisahkannya dengan Prilly.

~ DILY ~

Bandung, 21 februari 2016
@mylovelyanti

Note
Geulis: cantik

Continue Reading

You'll Also Like

1.2M 24.9K 24
Yusuf Kuswanto, 35 tahun. seorang duda yg ditinggal pergi oleh istrinya saat melahirkan sang buah hati Ery Putri Kuswanto. anaknya sensitif dengan su...
16.6K 2K 8
Lalisa Manoban. Si cewek tomboy yang masih kuliah dan berprofesi sebagai ketua mafia sekaligus CEO muda, harus mati mengenaskan ditangan sang musuh b...
408K 25.1K 36
Kehidupannya yang awalnya tenang berubah, semua berubah sejak kedatangannya "Dia Papa mu, Ken!" Bugh! Bugh! Bugh! "KENNIRO!!"
8.3M 517K 34
"Tidur sama gue, dengan itu gue percaya lo beneran suka sama gue." Jeyra tidak menyangka jika rasa cintanya pada pria yang ia sukai diam-diam membuat...