Babysitter Matre (Tersedia Ce...

By nikendarcy

3M 104K 4.8K

Tersedia di PS, KUBACA APP, KARYAKARSA Hanya cerita cinta biasa tentang seorang lelaki dan perempuan yang awa... More

1. Ayam Kremes
2. Gadis Kumal
3. Bukan Tukang Ojek
4. The Nanny
6. Keterikatan Yang Aneh
7. Pekerjaan Baru
8. Madam Medusa
9. Desiran Hati
10. Bule dan Nasi Uduk
11. Sesuatu Yang Salah

5. Sebuah Tawaran

121K 9.8K 504
By nikendarcy

REPOST 120621

====


"Maukah kamu menjadi babysitter untuk anakku?"

Naya langsung tersedak potongan tori no teba yang baru saja masuk mulutnya. Dia terbatuk - batuk sambil mencari botol air putih ditasnya.

Ted berdecak. "Kamu ini bisa makan tidak sih?"

Naya mendelik mendengar suara galak lelaki itu. "Bagaimana aku tidak tersedak, tiba - tiba saja Anda bertanya hal aneh seperti itu!"

"Aneh? Aku memintamu menjadi babysitter putriku. Apanya yang aneh?"

Naya memutar bola matanya dan meletakkan kotak makan siangnya.
"Aku punya pekerjaan jika Anda lupa."

Ted mendengus dan duduk di hadapan gadis itu. Matanya menatap tajam pada Naya yang juga menatapnya dengan berani. Sesaat, Naya seolah terhipnotis. Mata coklat itu tampak teduh. Berbanding terbalik dengan sifatnya yang galak.

"Kenapa Anda tidak mencari orang lain untuk mengasuh putri Anda? Aku bahkan tidak tahu nama Anda," Naya bertanya pelan.

"Namaku Teddy Sandjaya. Kamu bisa memanggilku Ted."

"Ted...Teddy Sandjaya?? Maksud Anda, Anda Teddy Sandjaya yang ITU??" Naya tidak bisa menahan kekagetannya.

"Apa maksudmu dengan 'Teddy Sandjaya yang itu'?"

Naya meneguk ludahnya kelu.
Dia sering mendengar nama Teddy Sandjaya. Pemilik jaringan perhotelan terbesar di Asia dan sebagian Eropa. Bagaimana Naya bisa tahu? Itu karena dia sering membaca majalah bisnis milik mbak Kinan yang ada di toko.
Tapi di majalah itu, Teddy Sandjaya adalah seorang pria tua. Ya memang pria itu tampan dengan garis wajah yang memang menunjukkan wajah orang kaya. Tapi tetap saja lelaki itu sudah tua! Seingat Naya, pria itu sudah menginjak usia hampir delapan puluh tahun.

Apa dia melakukan operasi plastik?

Naya mengamati wajah tampan Ted. Jika lelaki itu melakukan operasi plastik seharusnya tidak ada kerutan di sana. Tapi lihatlah sudut mata lelaki di hadapannya ini. Sudah tampak garis - garis ketuaan disana. Tidak, tidak mungkin dia Teddy Sandjaya yang itu.

"Apa Anda melakukan operasi plastik?"

"What?? Operasi plastik?? Apa maksudmu?" Lelaki itu bangkit dan berkacak pinggang. Matanya melotot ke arah Naya.

Naya menunduk memainkan jari - jarinya. Tidak marah saja lelaki itu tampak menakutkan, apalagi jika dia marah begini.

"Aku...aku pernah melihat di majalah wajah anda. Tetapi...Teddy Sandjaya yang itu sudah...tua," suara Naya mengecil di bagian akhir. Nyaris tidak terdengar. Naya takut melihat pria tua pemarah ini murka.

Namun yang terdengar selanjutnya malah suara tawa Ted yang terbahak - bahak.

Naya mendongak dan melongo. Dari dua kali pertemuan mereka, baru kali ini Naya melihat lelaki itu tertawa. Dan demi apapun juga, lelaki itu sangat tampan!

Okey, maksudnya lelaki itu memang tampan. Tapi ketampanannya bertambah berkali lipat saat dia tertawa. Bahunya yang kokoh itu berguncang - guncang. Naya bahkan melihat sudut mata lelaki itu berair saking lepasnya dia tertawa.

"Yang kamu lihat itu ayahku," katanya setelah dia berhenti tertawa.

Naya semakin melongo mendengarnya.

Ayahnya?
Apa dia berbohong?
Bagaimana mungkin ada seorang ayah yang menamai anaknya dengan nama yang sama dengan dirinya sendiri?

"Tutup mulutmu itu, anak kecil! Apa kamu tidak sadar betapa jeleknya wajahmu??" Ucapnya pedas.

Naya menutup mulutnya dan cemberut.

Pria ini mulutnya harus benar - benar dijahit agar dia berhenti marah dan berkata menyebalkan.

"Aku Teddy Sandjaya Junior. Ayahku sengaja menamaiku sama dengannya. Aku juga tak tahu apa maksudnya. Mungkin kamu bisa bertanya pada ayahku sendiri nanti."

Naya mengangguk mengerti. Naya  pikir nama senior dan junior hanya ada di luar negeri. Tapi ternyata di sinipun ada.

"Apa Anda berdarah campuran?"

Ted mengangguk. "Ibu dari Papaku orang Inggris, tetapi kakekku asli Indonesia. Dan Mamaku orang Belanda."

Pantas.

"Jadi, sekarang kamu sudah tahu siapa aku. Apa kamu mau menjadi pengasuh Harper?"

Naya menatap mata coklat itu lagi. "Anda tidak mengenalku. Apa Anda tidak takut aku ini orang jahat?"

Ted terkekeh, membuat Naya lagi - lagi terpaku pada ketampanan wajah di hadapannya ini.

"Jika kamu orang jahat, kamu tidak akan bekerja di tempat Kinan."

Naya tersenyum mendengarnya.

"Dan lagi, anakku tampaknya menyukaimu."

"Boleh aku berpikir dahulu? Dan mungkin Anda bisa membicarakan masalah ini dengan istri Anda terlebih dahulu. Bagaimanapun, anak akan lebih baik jika berada di tangan ibunya sendiri."

Naya menangkap ekspresi wajah Ted yang mengeras.

Ada apa?

"Dua hari. Aku tidak suka menunggu."

Naya mengangguk ragu. Apa dia bisa sanggup meninggalkan cake shop tempat dia mencari penghasilan selama dua tahun ini?
Meninggalkan teman - temannya yang sudah seperti keluarga baginya? Bagaimana caranya dia berpamitan pada mbak Kinan? Perempuan itu sangat baik padanya.

"Berapa..."

Suara jeritan Harper membuat Naya menghentikan ucapannya karena Ted sudah lebih dulu berlari menemui putrinya.

Naya baru saja hendak menanyakan berapa gaji yang akan diterimanya. Biar bagaimanapun dia harus mencari uang yang banyak untuk pengobatan ibunya.

"Auntyyyy," rengek Harper saat Ted menggendongnya keluar dari kamar.

Naya bangkit dari duduknya dan menggendong tubuh Harper.

"Badannya hangat," Naya meraba dahi Harper yang lebih panas dari tubuhnya.

"Dia panas semalam. Tadi dia memanggilmu saat terbangun. Mungkin dia pikir kamu pergi."

Mata Naya berkaca mendengarnya. Dia mengecup kepala Harper yang sudah meringkuk nyaman di gendongannya. Setetes airmatanya jatuh menetesi rambut Harper.

Apa anak ini menyayanginya seperti juga dia menyayanginya?

~~~

Ted memalingkan mukanya. Menghapus setitik air di sudut matanya. Dia tahu Harper telah jatuh cinta pada gadis dekil yang bahkan baru mereka temui dua kali ini.

Tadi saat mendengar Harper menangis, dia mendapati anaknya memanggil 'aunty'. Dan saat Ted menggendongnya, badan anak itu panas. Dia menggumamkan 'aunty pewgi' sambil menangis.

Apa anaknya bermimpi gadis itu pergi?
Apa itu artinya Naya akan menolak permintaannya?

"Ayo kita pulang sekarang. Biar Harper beristirahat di rumah," ucapnya kemudian.

"Apa Anda tidak akan membawanya ke dokter?"

Ted menggeleng. "Panasnya pasti sudah turun. Coba pegang dahinya."

Ted bisa membedakan panas jika Harper sakit, dan panas jika Harper menginginkan sesuatu. Sejak dulu, anak itu selalu begitu.

"Bagaimana bisa? Tadi dahinya panas sekali," tanya Naya heran.

"Dia menginginkanmu di dekatnya."

Ted membuka pintu ruang kerjanya tanpa memberi penjelasan tambahan pada Naya. Gadis itu menatapnya seolah meminta jawaban. Namun Ted tetap tidak membuka mulutnya hingga mereka sampai di rumahnya.

"Hei, motorku hilang!" Teriak Naya panik saat mereka sampai di rumah Ted. Gadis itu berdiri kebingungan sambil memandang berkeliling di tempat tadi dia memarkir motornya.

Harper yang ada di gendongan Ted terkikik melihat Naya kebingungan. Begitu juga Ted.

"Jangan tertawa, Sir. Motorku hilang!"

"Tidak akan ada yang mau mengambil motor butut itu, gadis kecil!"

Naya cemberut menatapnya. Matanya berkaca - kaca namun juga tampak kesal. Persis Harper jika sedang merajuk padanya.

"Anda harus tanggung jawab."

Ted menaikkan satu alisnya. "Tanggung jawab? Apa kamu hamil?"

Naya makin cemberut. Sekarang malah sambil menghentak - hentakkan kakinya seperti Harper jika sedang marah. Tetapi hal itu tampaknya malah menjadi hiburan tersendiri bagi Harper karena anak itu malah tertawa girang dan bertepuk tangan.

"Berhentilah menghentakkan kakimu. Kamu seperti topeng monyet tahu. Motormu ada di garasi."

Naya cemberut dan tersenyum girang. Tidak dia pedulikan perkataan Ted yang mengatainya topeng monyet. Yang penting motornya aman.

Sepanjang sisa hari itu, Harper terus menempel pada Naya. Dia mengajak Naya ke taman melihat kelinci - kelincinya. Ke kolam melihat kura - kuranya. Dan mengajak bermain di ruang bermainnya hingga malam menjelang. Ted tersenyum melihat anaknya yang tampak girang. Tawa anaknya adalah pemandangan terindah yang pernah dilihatnya.

Saat makan malam pun Harper makan dengan lahap disuapi Naya seperti siang tadi. Anak itu bahkan meminta tambah.

"Aunty, Hawpew mau tidow," ucap anak itu manja pada Naya.

"Eh," Naya menatap Ted dengan bingung.

"Tidurkan dia ya. Setelah itu kamu boleh pulang."

"No! Aunty nginep sini. Tidow sama Hawpew!" Anaknya langsung protes. Tangannya melingkar erat di leher Naya.

"Sayang..."

"No! Aunty tidow sama Hawpew!" Harper tetap bersikeras.

Ted memandang Naya dengan tatapan memohon.

"Please Naya, aku akan menambah lima ratus ribu lagi."

Mata Naya langsung berbinar mendengarnya.

Ted mendengus.

Dasar gadis matre!

"Bawa dia ke kamarku. Ada di lantai dua, di ujung."

Naya mengangguk dan membawa Harper di gendongannya. Anak itu ikut tersenyum riang sambil merengkuh punggung Naya dengan tangan mungilnya.

Ted tersenyum. Tidak apalah dia mengeluarkan uang satu juta rupiah hari ini, asal anaknya bisa tertawa riang.

Ted baru saja akan mengecek anaknya saat lagi - lagi mendengar suara indah itu.

Lavender's blue, dilly, dilly,
lavender's green,
When I am king, dilly, dilly,
you shall be queen.
Who told you so, dilly, dilly,
who told you so?

'Twas my own heart, dilly, dilly,
that told me so.
Call up your men, dilly, dilly,
set them to work
Some to the plough, dilly, dilly,
some to the fork,

Some to make hay, dilly, dilly,
some to cut corn,
While you and I, dilly, dilly,
keep ourselves warm.
Lavender's green, dilly, dilly,
Lavender's blue,

If you love me, dilly, dilly,
I will love you
Let the birds sing, dilly, dilly,
And the lambs play
We shall be safe, dilly, dilly,
out of harm's way

I love to dance, dilly, dilly,
I love to sing
When I am queen, dilly, dilly,
You'll be my king.
Who told me so, dilly, dilly,
Who told me so?
I told myself, dilly, dilly,
I told me so

Ted tertegun di depan pintu kamarnya. Di sana, dia melihat pemandangan indah itu. Anaknya tertidur nyaman dalam pelukan seorang wanita yang mencintainya selain mamanya dan anggota keluarganya yang lain.

Anak itu seolah telah menemukan potongan puzzlenya. Dan Ted bersumpah, dia akan melakukan apapun agar Naya bersedia bekerja di rumah ini. Apapun.

========================================================

Ya ampun kesambet apaan gue ya bisa apdet dua kali begini?
Hahaha...bukannya saya lebih sayang Om Ted daripada Bang Juna dan Bang Dave sampe bisa apdet dua kali. Tiba - tiba saja semua mengalir. Ya itung - itung nebus kemaren apdetnya lama. Hehehe...

Buat Liazaenudin sorry ya say, lagunya baru bisa yang berhubungan dengan anak - anak, soalnya belom ada kupu - kupu di perut Naya dan si Om. Hahaha...

Terimakasih lagi buat pembacaku tersayang... nggak nyangka votenya cepet banget nambahnya. Aaah... saya terhuraa...
Cium sayang dari Harper dam ayahnya...

Big hugs and kisses,

Niken
#060216# 08.40 Pm

Continue Reading

You'll Also Like

398K 1.6K 7
Kocok terus sampe muncrat!!..
69.5K 3.6K 33
"Hari ini, saya menutup pintu ke masa lalu saya... Membuka pintu ke masa depan, ambil napas dalam-dalam dan melangkah untuk memulai bab berikutnya da...
38.6K 2.4K 17
Akankah lian kembali membuka hati untuk salma? ikuti cerita aku terus yaa
5.7M 277K 61
[FOLLOW DULU SEBELUM BACA YA MANIEZZZ] Kisah 2 pasangan yang dijodohkan oleh orangtua mereka. Arlando jevin demort, cowok berusia 18 tahun harus men...