HOARDER

PutriIdzi द्वारा

515 39 13

Keluarga yang selalu ada dan sahabat yang bisa diandalkan. Apa lagi yang kurang ? Cinta ?. Aku tidak yakin. K... अधिक

Prolog
2. Jepang
3. Kopi
4. LDK
5. Tetangga
6. Bunglon
7. Serotonin

1. Koala

142 9 2
PutriIdzi द्वारा

ORIONA POV

"Cepet dong kak! Udah telat ni!"

Teriakan Lean yang sudah seperti pendemo membuatku yang tengah mengikat tali sepatu segera berdiri tanpa peduli ikatan sepatuku sudah kencang atau tidak. Dan benar saja tidak sampai kaki lima kali melangkah tiba-tiba aku merasa kaki sebelah kiriku ada yang menahan dan..

GUBRAKKKKK!!

"Ya ampun kak Riona!"

Aku merasa dengkul dan juga dahiku panas setelah sukses berselebrasi di atas lantai marmer.

Terdengar langkah cepat Lean menuju kearahku. Lean membantuku berdiri walaupun sepertinya dia kesulitan. Bagaimana tidak, jarak usiaku dan Lean hampir 5 tahun dan Lean sangat kurus.

Lean berhasil membantuku menuju sofa di ruang tengah. Luar biasa.

"Telattttt ? Ya ampun Lean!, ini masih kurang 25 menit sebelum bel sekolah kamu bunyi. Kakak jadi jatuh kayak gini gara-gara kamu."

Aku melihat jam dinding di belakang Lean yang jelas-jelas masih menunjukkan angka 06.20. Rasanya ingin aku jewer telinga Lean sampai merah. Eh ngak, ungu sekalian. Eh ngak, sampe copotttt.

"Iya maaf maaf. Tapi masalah kakak jatuh itu bukan salah Lean dong! Salah siapa gak bener ngikat tali sepatunya."

"Ishhhh anak ini bener-bener. Sini ka...."
Saat tanganku sudah siap untuk menjewer telinga Lean, tiba-tiba peri raksasa Lean datang. Peri raksasa dengan jas dan dasi kotak-kotak kecil yang sangat pas ditubuhnya. Papa.

"Sudah sana berangkat!. Apa mau papa antar ?"

"Ngak!"
"Ngak!"
Tawaran papa langsung ditolak aku dan Lean secara tegas dan bersamaan.

--

Sebenarnya Lean yang punya nama panjang "Leana Sarain" ini tipikal anak yang sangat sangat rajin di sekolah. Walaupui usianya masih 11 tahun dan masih SD, aku akui kalau dia lebih rajin daripada aku. Tubuhnya yang ramping dengan tinggi yang ideal untuk anak sebayanya membuat Lean semakin menarik. Apalagi rambut lurus, kulit putih mulus dan mata besarnya membuat Lean sangat digemari teman laki-laki di sekolahnya. Dia cantik.

Kalau aku ?? Ya hampir mirip dengan Lean lah. Hanya saja versi dewasa.

Lean selalu datang paling pagi kalau sudah kenaikan kelas seperti pagi gini. Alasannya ya untuk dapat tempat duduk paling depan. Kata Lean kalau duduk paling depan itu bisa lebih jelas kalau guru sedang memberi materi. Gak sekalian nyuru Bang Mail si tukang kebun rumah buat boking tempat duduk paling depan dari subuh biar masuk TV.

10 menit kemudian setelah mengantar Lean ke sekolah, aku akhirnya sampai di sekolahku. Aku jarang diantar mama dan papa. Aku lebih nyaman naik sepeda maticku daripada naik mobil diantar papa. Jujur saja aku paling anti memamerkan kalau aku ini orang kaya. Papa yang merupakan CEO dari salah satu perusahaan terbesar di kota ini memang selalu memanjakanku dan Lean. Tapi, yang aku salutkan dari papa itu, papa selalu mengajarkan kepadaku dan Lean untuk tetap terlihat sederhana dan bersikap sesederhana mungkin dihadapan orang-orang. Setiap hari, akulah yang bertugas antar jemput Lean. Lean sama sepertiku, dia tidak suka diantar papa ke sekolah. Walaupun jam pulangku dan Lean berbeda 2 jam, Lean selalu setia menungguku di sekolahnya sampai sekolahku pulang. Terkadang dia pergi ke perpustakaan sekolahnya sembari menungguku menjemputnya.

--

Hari ini aku resmi menjadi siswi kelas sebelas SMA Pelita. SMA Pelita adalah salah satu SMA favorit di kota ini. Aku memilih sekolah ini bukan karena gelar favoritnya, tapi karena sekolah ini sangat dekat dengan rumahku. Hanya memerlukan waktu 10 menit untuk bisa sampai di sekolahku. Tapi berhubung aku harus mengantar jemput Lean, jadi waktuku bertambah 5 menit untuk bisa sampai ke sekolahku. Pembagian kelas untuk tahun ini di rolling, jadi aku harus berpisah dengan teman-temanku di kelas sepuluh.

Terlihat papan pengumuman dekat parkiran sepeda roda dua ramai dikerumuni murid SMA Pelita. Mereka seperti melihat sesuatu di papan pengumuman sambil berjinjit. Ah, pasti daftar nama dan kelas baru. Aku memilih tidak ikut berdesak-desakan untuk melihat pengumuman itu. Aku yakin sebentar lagi Meta akan mencariku untuk memberi tau dimana kelasku. "Meta Aira" adalah sahabatku dari SMP. Dia satu-satunya orang yang tau kelainanku di sekolah ini. Dan Meta sangat bisa diandalkan kalau soal menyimpan rahasia. Buktinya dia sudah berhasil menyembunyikan kelainan anehku ini selama 4 tahun. Metalah yang selama ini mendukungku untuk terbebas dari kelainan ini. Walaupun rasanya akan sangat sulit, tapi Meta tidak bosan-bosan menyemangatiku selama ini. Dia adalah peri raksasaku no 3.

Aku melihat Meta berusaha keluar dari kerumunan murid-murid yang sedang mengerumini papan pengumuman dengan susah payah. Meta terlihat berlari kecil menghampiriku setelah berhasil keluar dari area papan pengumuman.

"Ri! Lo sekelas lagi sama gue! huaaaaaaa asikkk."
Meta sangat bersemangat saat memberitahuku. Dia sampai memelukku erat sambil lompat-lompat kecil. Aku tidak menyangka hal ini bisa terjadi untuk yang kelima kalinya. Sejak smp kelas 1, Meta selalu saja sekelas denganku.

"Sukur Met kalo gitu.By the way, lepasin met! malu diliat orang."

"Eh iya iya"
Meta melepas pelukannya dan merapikan rambutnya sesaat.

"Yaudah yuk langsung ke kelas aja, biar dapat tempat duduk di depan."
Aku lalu menarik tangan Meta untuk mencari kelas sambil lalu memasang earphone dibalik rambut lurus panjangku dengan volume kecil.

"Lo ketularan Leana ya ri ? Tumben banget mikirin tempat duduk. By The Way ri, kelas kita itu XI IPA 2, kata Todi tadi dekat perpustakaan. Tapi yang mana ya ? Kelas dekat perpustakaan banyak gini."

Mata Meta sibuk mencari kelas baru sampai-sampai dia tidak sadar kalau aku sudah berhenti cukup jauh di belakang dia. Kelasnya sudah terlewat. Aku bisa tau ini kelas XI IPA 2 dari tempelan kertas di kaca yang jelas dan besar itu. Bagaimana Meta tidak melihatnya ?.

"Met! Meta! Udah kelewat met! Metaaaa!"
Aku harus berteriak cukup keras karena Meta memang cukup jauh di depanku. Ah akhirnya nengok juga tu anak.

"Hah ? Serius ri ? Mana ri ?."
Rasanya ingin tertawa melihat ekspresi Meta saat ini. Meta sangat menggemaskan. Badan Meta yang berisi dengan rambut lurus dan ditambah poni diatas matanya, membuat Meta seperti bukan anak SMA. Meta sering kali dianggap anak SMP oleh orang lain.

"Ni samping lo."
Aku menggerakkan daguku kerah kelas XI IPA 2 yang sudah terdengar banyak orang di dalam.

"Eh, Kok uda rame ya ri ?"

"Tauu deh, mending cepet masuk deh yuk biar kebagian tempat duduk."

Dan ekspetasi tidak seindah realita. 2 baris depan sudah terisi penuh oleh murid yang didominasi siswi, alhasil aku dan Meta kebagian bangku nomer 3 dari depan. Ya gapapa la, yang penting gak paling belakang.

--

Hari pertama semester baru memang tidak ada pelajaran. Guru-guru masih sibuk membagi kelas, jadwal pelajaran dan lain-lain. Jadi hari ini tidak ada kegiatan di sekolah. Aku tidak sempat berkenalan dengan teman baru di kelas ini. Dari tadi aku hanya mendengarkan Meta dengan cerita liburannya ke Singapura. Tapi yang menarik perhatianku adalah anak laki-laki dibelakang tempat dudukku yang sedang tertidur dari bel masuk tadi. Dia seperti sedang pingsan karena sejak aku lihat dari tadi, dia sama sekali tidak merubah posisi tidurnya. Tangannya terlipat di atas meja mewadahi wajahnya. Disampingnya terlihat handphone yang sesekali bergetar dan menyala, tanda ada pesan atau notifikasi lainnya. Aku melihat ada foto Coldplay di screenlocknya. "Aah dia penggemar coldplay" pikirku.

Saat bel pulang sekolah terdengar di kelas, aku dan Meta langsung membereskan meja bak peserta pacuan kuda yang selalu bergerak cepat ketika ada aba-aba. Aku sempat melirik kearah laki-laki dibelakangku yang tertidur tadi. Aku mencoba ingin membangunkannya, tapi Meta menarik tanganku untuk segera keluar kelas.

"Ayo ri! ke toko buku di dekat stasiun kan ?"

"Iiiiya met. yuk!"
Aku mengikuti Meta berjalan meninggalkan bangkuki dan menoleh sekilas ke arah laki-laki aneh itu.

Laki-laki tadi ada yang bangunin kan ?

--

Meta : Ri! Gawat!

Oriona : Apaan sih? Udah jangan chat gue trus, ngantuk.

Meta : Yaelah, baru jam 8 gini udah ngantuk aja mata sipit lo.

Oriona : Aduh met, cepetan de apaan! Ngantuk sumpah!

Meta : Tadi siang kan gue tidur, trus gue mimpi lo keluar negeri ri. Gamauuuu.

Oriona : Yaelah met, gue kira apaan. Lagian mimpi lo percayain. Mimpi hanya bunga tidur kali.

Meta : Beda ri, beda sama mimpi-mimpi gue biasanya. Nyata banget ri, sumpah!

Oriona : Udah ah! Gak mungkin gue ke luar negeri, paspor aja gue gada. Udah udah gue mau tidur byeee!

Meta : Bener lo ya gak usa pake acara pindah negara! Gue takut lo bakal ninggalin gue T.T

Meta : Oriona! Udah tidur lo?

Meta : Dasar koala!

Aku meletakkan hapeku di samping tempat tidur sambil mencolokkan charger untuk mengisi daya baterainya.

Koala, adalah nama yang orang-orang berikan kepadaku. Seperti koala, Aku sangat suka tidur. Tidur adalah hal yang sangat nyaman. Tidur membuatku bisa melupakan sejenak semua hal di dunia. Aku tidak pernah begadang dan aku tidak pernah punya niatan untuk begadang selama ini. Dan sialnya aku juga sulit bangun pagi. Perlu 2 jam weker dan 3 alarm di hapeku untuk membuatku bangun.
Aku merapikan bantal dan menepuk-nepuknya. Semua sudah siap. Waktunya melupakan dunia.

Tok..tok..

apalagi sekarang ?

"Ri! Oriona!"

Itu suara mama. Dengan terpaksa aku harus menunda waktu tidurku. Aku berlari kecil menuju pintu.

"Ya ma ?"

"Dokter Bian ingin kamu menemui dia secepatnya"

"Baiklah, besok aku akan ke rumah sakit"

"Ri, jangan mengecewakan mama lagi. Kamu harus menemui dokter Bian, ngerti? "
Mama menekan-nekan bahuku dengan telunjuknya.

"Iya ma, Riona tidak akan kabur lagi"

"Bagus, ini demi kebaikan kamu kok sayang"
Sekarang tangan mama beralih mengusap-usap rambutku lembut.

"Iya aku mengerti"

Aku paling malas untuk menemui dokter Bian, dia seperti pembina upacara. Satu jam bukan waktu yang cukup untuk mendengarkan ceramahnya. Aku seringkali kabur dan tidak menemuinya.

Setelah mama pergi, aku kembali merapikan bantalku. Disaat kakiku hendak menaiki kasur, pintu kamarku kembali ada yang mengetuk. Oh Tuhan, aku hanya ingin tidur.

Tok..Tok..

"Ya sebentar"

itu Lean.

"Kakak! gawat gawat"

"Lean! tidak usa teriak-teriak! kakak tidak tuli"

"Bantu Lean kak! ayo cepat!"

Lean menarik pergelangan tanganku menuju kamarnya. Suasana kamar Lean sangat feminim. Dindingnya terpasang wallpaper bunga-bunga. Hampir seluruh perabotan di kamar ini berwarna putih. Sangat sesuai dengan kepribadian Lean.

Sekarang aku sudah duduk di depan meja belajar Lean. Terlihat soal-soal matematika yang masih setengah kosong di depanku.

"Bantu Lean ngerjakan PR ya kak Riona, please!"

"Hahhhhhhh!"

Padahal mataku sudah sulit untuk terjaga. Tapi apa boleh buat, sepertinya Lean kesulitan mengerjakan soal-soal ini.

30 menit berlalu. Aku tidak menyangka kalau soal-soal ini sangat menguras waktuku.

"Done!! Lean udah ni! kakak balik ke kamar ya"

Sunyi. Lean tertidur.

"Hemm..Lean, Lean"

Aku menggendong Lean ke tempat tidurnya. Tidak sulit, Lean sangat ringan bagiku. Badan Lean yang kurus sangat berguna untuk keadaan seperti ini.

Sekarang semua sudah selesai kan ? aku akan segera tidur.

Aku mematikan lampu kamar lean dan menutup pintu kamar Lean pelan-pelan.

"Oriona!"

"Astagaaa!"

Apa lagi sekarang ya Tuhan. Tadi mama, lalu Lean, dan sekarang papa. eghhhhh...

"Papa! jangan mengagetkan Riona seperti itu!"

"Kalem, kalem ri. Jadi gini ri, kamu tau om Rando gak ?"
Alis papa naik turun penasaran menunggu jawabanku.

"Om Rando ? kayak pernah denger"

"Om Rando sahabat papa di Medan"
Sekarang kedua tangan papa saling mengusap penasaran menunggu jawabanku.

"Ah! yang punya anak ganteng itu ?"
Jawabku polos.

"Giliran anak gantengnya kamu inget ri"

"Lalu ?"

"Minggu depan dia dan anaknya akan menginap disini. Ada keperluan dengan salah satu atasannya di sini. Jadi, dia akan menginap di rumah kita untuk sementara waktu"

"Lalu ?"
Aku mengerutkan dahiku penasaran ke arah papa.

"Rumah kita kan hanya punya 1 kamar tamu, papa pikir tidak enak kalau hanya memberikan 1 kamar untuk mereka. Apalagi anak laki-lakinya itu sudah kuliah. Jadi.... papa pinjam kamar kamu yaa"

"Hahhhhhh!!"
Yang benar saja!

"Kalem, kalem ri. Tarik napas, buang. Tarik napas, buang"

"Pi pi pinjam kamar?"

"Boleh ya ri, please!"

"Ya gak boleh la"
Papa tiba-tiba meletakkan kedua tangannya di atas kepalanya dan mengacak-acak rambutnya gusar.

"Papa akan lakukan semua yang kamu mau ri, kamu mau ya pinjemin kamar kamu. Nanti kamu bisa tidur sama Lean, biar barang-barang kamu papa yang mindahin. Papa pastiin saat kamu balik ke kamar kamu, tidak akan ada yang berubah ri. Anggap aja kamar kamu lagi bocor atau apalah, jadi kamu ngungsi ke kamar Lean. Mau ya ri, soalnya kalau pinjem kamarnya Lean... gak mungkin ri. Gada yang namanya pangeran tinggal di kamar barbie"
Aku ingin sekali tertawa melihat papa saat ini. Papa seperti tidak diizinkan melintasi suatu negara saja.

"Kalem, kalem pa. Lean mau kok. Yang tadi nolak itu bercanda kali pa"

"Oriona Sarain!"

"Cie, yang kena tipu ciee.."
Aku mencolek tangan papa berkali-kali sampai papa menyembunyikan tangannya di belakang badannya.

"Ah udah udah ri. Eh ri, kamu belum punya pacar ya ?"

"Kok malah bahas pacar?"
Papa kebiasaan selalu menyodorkan pertanyaan masalah percintaan kepadaku di saat yang tidak tepat.

"Soalnya kata temen-temen papa, anak mereka yang seumuran kamu kalo lagi malam-malam gini kerjaannya megang hape terus. Ada yang chatingan, ada yang telfonan sama pacar mereka sampe malam banget ri. Kalo kamu kan enggak, jam 8 aja udah tidur. Jarang banget papa liat kamu mainin hape. Gak asik tau ri. Sudah saatnya si koala berubah jadi macan ri"

Aku tidak tau aku harus menjawab pernyataan papa dengan kalimat apa. Yang jelas papa sangat menggelikan sekarang. Aku tidak menjawab dan langsung menuju kamar. Terdengar papa memanggilku berkali-kali.

Baiklah, sekarang waktunya tidur. Biarkan kejadian hari ini berhenti detik ini juga. Saatnya sang koala melakukan kebiasaannya.

TBC

पढ़ना जारी रखें

आपको ये भी पसंदे आएँगी

241K 22.4K 29
[JANGAN LUPA FOLLOW] Bulan seorang gadis yang harus menerima kenyataan pedih tentang nasib hidupnya, namun semuanya berubah ketika sebuah musibah me...
GEOGRA Ice द्वारा

किशोर उपन्यास

2.4M 100K 57
Pertemuan yang tidak disengaja karena berniat menolong seorang pemuda yang terjatuh dari motor malah membuat hidup Zeyra menjadi semakin rumit. Berha...
TRANMIGRASI ZEA & NEYRA Dinda_ Lilis द्वारा

किशोर उपन्यास

2.6M 131K 59
LO PLAGIAT GUE SANTET 🚫 "Aku terlalu mengenal warna hitam, sampai kaget saat mengenal warna lain" Tapi ini bukan tentang warna_~zea~ ______________...
The antagonist's wife [END] Acha..luv द्वारा

किशोर उपन्यास

1.7M 77.1K 41
Menjadi istri antagonis tidaklah buruk bukan? Namun apa jadinya jika ternyata tubuh yang ia tepati adalah seorang perusak hubungan rumah tangga sese...