Aku tiba disuatu tempat yang membuat mataku tak bisa berhenti untuk menatapnya.
"Ini romantis" gumamku
"Kamu harus berdiri di tengah tengahnya" ucapnya sambil menunjuk ke tengah tengah bunga yang membuat pola menyerupai bentuk love.
Aku mengikuti ucapan kak Kevin.
"Lalu?" aku bertanya
Kak Kevin tersenyum manis, ia mengambil setangkai bunga mawar yang berada tak jauh dari tempatnya berdiri. Lalu, ia juga berjalan ke tempat dimana aku berada
"Pegang ini" ia menyodorkan bunganya padaku
Aku memegangnya, "Cantik" kataku sambil menatap bunga tersebut
"Jawablah pertanyaannya dengan bunga tersebut. Jika kau berkata akan menjadi pacarku pegang bunga ini selama 3 detik jika kau tak mau jadi pacarku jatuhkan bunga itu"
Aku mengangguk tanda mengerti
"1...2...3.." ucapnya
Aku memegang bunga tersebut dengan senyuman terbaikku.
Kak Kevin langsung memelukku, sehingga membuatku tak bisa mengontrol detak jantungku saking cepatnya berdetak.
Helena –teman sekelasku– pernah bilang lebih baik bersama dengan orang yang mencintai kita daripada orang yang kita cintai. Akan lebih baik apabila keduanya saling mencintai. Daripada bersama dengan orang yang kita cintai tapi tak mencintai kita.
Kak Kevin melepaskan pelukannya, lalu menatapku dengan tatapan yang bisa diartikan seperti —terimakasih—
"Mulai sekarang jangan memanggilku dengan sebutan kak lagi" ucapnya
"Lalu, aku harus memanggilmu apa?"
"Panggil namaku saja, Kevin, atau panggil sesukamu saja, asalkan jangan kak. Oiya, jangan berbicara terlalu formal juga sama gue."
"Oke kak— eh maksudku Kev–in"
Kevin tersenyum hangat padaku.
"Ini kamu yang bikin sendiri?" tanyaku sambil menunjuk bunga bunga ini
"Tentu saja" jawabnya
Aku hanya ber–oh panjang.
"Dia hebat mau maunya menyusun seperti ini" gumamku
Tak disangka ternyata suasananya malah jadi canggung.
"Em Kevin, makan es krim yuk?" aku mengajaknya untuk memakan es krim
"Iya, ayo sayang"
Dep.
Langkahku seketika terhenti saat dia memanggilku sayang.
"Kenapa hm?"
"Kak– eh Kev aku geli kalo kamu manggil sayang"
"Oh yaudah aku ga bakalan panggil gitu lagi deh"
Akhirnya kami mencari dimana tempat toko es krim.
"Itu Kev ada mang es krim" tunjukku pada gerobak es krim
Kevin terdiam
"Ah iya, kamu ga pernah beli makanan kayak gini ya?"
"Bukan, hanya saja— yasudah ayo"
Akhirnya kami membeli es krim rasa vanilla.
"Ih itu" Kevin menunjuk bawah bibirku
"Ada apaan ka— eh Kev?"
Jari jari Kevin bergerak, membersihkan sesuatu yang ada di bawah bibirku
"Ada es krim" katanya
Aku hanya ber oh panjang sambil memperlihatkan senyuman jailku.
"Taraaa" aku mencuil es krimku lalu aku berikan pada pipinya
"Revya, kamu apa apaan?"
"Taraaaa" aku kembali melakukan hal tersebut tapi lenganku dipegang olehnya
"Kekanak kanakan" ucapnya sambil menggeleng gelengkan kepalanya
"Kamu marah?" tanyaku
"Tidak" ternyata Kevin juga mencuil eskrimnya lalu memberikan pada pipiku, "Ini konyol, tapi aku suka" Ucapnya lagi
Aku tersenyum bahagia mendegar ucapannya
"Yaampun Kev" aku berteriak panik padanya
"Ada apa?"
"Kamu besok ulangan IPS kan?"
"Hm iya"
"Kamu ga belajar?"
"Tak usah"
"Ihhh belajar, biar nilainya bagus"
"Iyaaa, tapi setelah kita bersenang senang yaa"
"Sekarang emang kita mau ngapain lagi?"
"Ada tempat yang ingin kau kunjungi?"
"Sejujurnya— aku ingin mengunjungi museum bunga, aku kerja di toko bunga, tapi ke tempat museum bunganya aja ga pernah"
"Oh ayoo!! Aku sudah berkali kali kesana!"
"Kak Kevin semangat mengunjungi museum bunga? Ada ada saja"
"Untuk apa kamu mengunjungi museum itu?" tanyaku
"Eh? Em— em— ya kan aku harus mengunjungi semua museum yang ada di sini"
"Ih buat apaan?"
"Tugas Rev, hehe"
Akhirnya kami pergi ke museum bunga, di perjalanan kami membicarakan hal hal yang berhubungan dengan bunga. Entah mengapa sepertinya Kevin sangat nyambung dan sangat senang apabila membicarakan hal hal yang behubungan dengan bunga.
"Besar ya museumnyaaaaa" ucapku kagum
"Ayo cepet masuk, nanti aku jelasin semuanyaa"
"Yaampun lo tuh keknya penggemar bunga banget ya"
"Hah tadi kamu nyebut aku dengan lo?"
"Lah kan kata kamu aku boleh nyebut kamu dengan sebutan apa aja kecuali kakak"
Kevin hanya diam, memikirkan ucapanku barusan.
Di dalam museum Kevin benar benar menjelaskan setiap detail bunga bunga yang ada disini.
Memikirkan tentang bunga aku jadi kepikiran, waktu dia membeli bunga di tempatku bekerja, bunga itu untuk siapa?
"Kak— eh Kevin"
"Apa? Mau aku jelaskan lagi bunga yang ini?" sambil menunjuk bunga matahari
"Enggak."
"Terus?"
"Waktu kamu beli bunga, itu buat siapa?"
"Eh? Ah itu— untuk seorang perempuan yang sangat ku sayangi"
"Hah?"
"Apa maksudnya ini?"
Rasanya aku ingin menamparnya dan putus dengannya
"Kau cemburu?" tanyanya sambil tertawa kecil
"Ih ngapain pake tanya sih, udah tau cemburu. Ya kali aku harus jujur ke dia aku cemburu, dia tuh enggak peka deh"
Aku hanya diam tak menjawab pertanyaannya,
"Orang itu ibuku. Ibuku sangat sangat menyukai bunga. Dikamarnya saja banyak bunga, layaknya kebun bukan kamar"
WHAT
Aku begitu malu karena telah cemburu duluan,
"Ih Kevin nyebelin!" ucapku sambil menginjak salah satu kakinya
"Aduh aduh" ia meringis kesakitan, "Cemburu nih" ucapnya lagi sambil mengusap puncak kepalaku hingga membuat rambutku berantakan
"Kevin, rambut aku jadi berantakan"
"Yaudah enggak apa apa kali"
"Ish" aku berdecak sebal
"Kevinn lo kenapa sih waktu pertama ke toko bunga kayaknya sikap lo dingin amat, terus seketika sikap lo berubah jadi baik waktu nolongin gue kehujanan dua kali" aku curcol padanya
Kevin menghembuskan napas, "Sikapku tuh emang dingin Rev. Coba deh kamu tanyain ke temen temen sekelasku. Pertama kali aku bertemu denganmu sebenarnya aku sudah merasakan suasana yang berbeda tapi aku anggap itu hal biasa, dan sejak saat itu juga aku ingin memperjuangkanmu." jelasnya
"Ihh enggak rame kalau cuma diceritain segitu"
Kevin hanya tertawa kecil.
...
"Sampai jumpa besok di sekolah ya" ucapnya
"Iyaa!! Kevin semangatt yaa besok ulangannya!" aku menyemangatinya
Dia pun melangkah pergi dari pintu apartemenku.
"Siapa Rev?" Fani sudah berada di dekat pintu dengan tatapan serius
"Kak Kevin" jawabku
"Apa hubungan kalian?"
"Gue sekarang pacarnya Kevin"
Aku melihat tatapan mata Fani yang sepertinya ia tak suka dengan hubunganku dengan Kevin
AUTHOR POV
Fani begitu kaget saat ia tau bahwa Revya berpacaran dengan Kevin, ia juga tak suka karena mau bagaimana pun juga Fani sudah berjanji pada Dino bahwa ia akan menjadikan Dino dan Revya sebagai sepasang kekasih.
Fani segera masuk ke dalam kamarnya, lalu meraih ponselnya, ia mengetikkan pesan untuk Dino
Dino
Fani: Dino
Fani: maaf, gue ga bisa tepatin janji gue ke lo
Dino: janji apa ?
Fani: gue akan menjadikan lo sama Revya sebagai sepasang kekasih
Dino: EMANG KENAPA
Fani: Revya udah pacaran sama Kevin
Dino: hah...
Dino: gue sekarang ke sana
Fani: hm iya
Read.
Beberapa menit kemudian Dino datang dengan wajah kesal
"REVYA" Dino berteriak begitu kencang
"Aduhh apa sih?" Revya keluar dari kamarnya
"Lo jadian?"
"Iya" jawab Revya dengan wajah berseri seri
"Lo dari dulu ga sadar?"
"Apaan?"
Fani datang ke arah mereka dengan melipatkan kedua tangannya
"Dino suka sama lo dari kecil" ucap Fani
Revya kaget, tak percaya dengan apa yang dibicarakan oleh Fani
"Se—serius?"
=========================
a.n
Haii! Vommentsnyaa yaa makasihh^^!