[SUDAH TERBIT] Petjah

By mongseptember

3.3M 212K 25.4K

Nadh sayang Dimas tapi Dimas benci Nadh. Nadh disayang semesta dan semesta memberikan satu permintaan padanya... More

Petjah di Festival Pembaca Indonesia 2017 (Updated)
TRAILER , OST, Background Music, Playlist
MEET THE CHARACTERS
Pengumuman Penerbitan
Informasi Pre-Order PETJAH
PENGUMUMAN : PO 2 PETJAH
REKAPITULASI AKHIR PO 1
Rekapitulasi Akhir PO 2
Siapakah Dimas?
Siapakah Aku?
1. Intro
2. Magic is not here yet
3. Magic is On The Way
5. Starts
6. (His) Rain
6.5 (His) ...
7. Her Dates
8. His Territory
9. Her (Rain)
9.5 (Her) ...
10. Error 400 : Bad Request
11. Error 449 : Retry With
11.5 yet
12. No longer an Error
13. Past before Future
14. But Past is too Cruel
15. It's a Past After All
Siapakah Biru?
16. Magic Goes Wrong
17. So It's Called Useless Magic
18. Universe ain't a Magician
18.5 (his) and (hers)
19. A Little bit of Helps
20. A little bit of Love
21. Him between Us
22. Or Us Between Him?
23. The Only Thing that Matters
23.5 Ours
24. Red is Us
25. She's Got A Prince
25.5 But ...
26. He's Got A Home
Trivia : Nadhira - Dimas - Biru as Cameo(s)?
#SIAPPETJAH & #SATUDARISERIBU
PENJELASAN MENGENAI BANYAK HAL
Rekapitulasi Pengiriman 9 Desember 2016
Petjah Bareng Yuk!
Pengumuman : Meet & Greet Petjah
Special Part Petjah!
Sepupunya Nadhira (?)
Kepingan yang Terisa: Bagian Spesial (Petjah)
Kepingan yang Tersisa: Bagian Spesial Petjah #2
Kepingan yang Tersisa: Bagian Spesial Petjah #3
Kepingan yang Tersisa: Pengumuman Exclusive Special Order
Teaser Spin Off Petjah

4. Magic is here

83.3K 6.2K 325
By mongseptember

4.

'It's so dark right now, I can't see any light around me.

That's because the light is coming from you. You can't see it but everyone else can'

Lang Leav on Love & Misadventure

"Kulonuwun ..." aku membuka pintu rumah yang tidak terkunci. Seperti biasa keadaan rumah ini sepi. Pakdhe pasti masih berkutat dengan laptopnya, menulis beberapa jurnal ilmiah hasil penelitiannya, atau hanya sekadar menuangkan pikiran untuk dikirim ke kolom surat kabar nasional. Budhe kalau jam segini pasti sedang sibuk berkebun di taman kecil yang letaknya di dekat dapur. Maka aku melangkahkan kaki dengan gontai setelah melepas sepatuku dan menaruhnya di rak.

Sudah dua tahun aku tinggal di rumah Pakdhe dan Budhe. Ayah dan Ibu menitipkanku pada mereka karena aku menolak ikut Ayah pergi menjalankan tugas diplomatnya ke Rusia. Moscow is hard, apa-apa susah di sana, nggak ada McDelivery, nggak ada layanan pesan antar, duh males deh. Lebih baik aku tinggal dan melanjutkan sekolah di Jakarta aja.

"Udah pulang, nduk?" Budhe keluar dari ruang belakang di mana dapur dan taman kecil berada. Aku mengangguk dan mencium tangan Budhe.

"Kok nggak kedengeran suara mobilnya?" Budhe bertanya lagi setelah aku selesai dengan acara salim-menyalim.

"Ban mobilku bocor, depan satu belakang satu, jadi aku pulang naik bus terus mobilnya ditinggal di sekolah," aku bicara sambil berjalan ke kamar dan Budhe membuntuti di belakang.

Kulepas kaos kakiku dan kutaruh asal di keranjang rotan tempat pakaian kotor yang terletak di sudut kamar. Perlahan kulucuti seragam sekolahku dan menggantinya dengan kaos oblong dan celana kain yang adem dipakai. Budhe masih di dalam kamar menantikan kelanjutan ceritaku.

"Enaknya diapain ya itu mobil, Budhe? Ban serep di mobilku cuma ada satu. Berarti harus copot satu dulu terus dibawa ke bengkel. Ribet banget," aku selesai dengan kegiatan berganti baju dan berjalan keluar dari kamar menuju kamar mandi. Budhe masih membuntuti di belakang sambil membawa keranjang rotan dari kamarku yang sudah lumayan penuh berisi baju kotor.

Budhe tidak mengikutiku ke kamar mandi tapi berjalan lurus menuju tempat mesin cuci berada. Sayup aku bisa mendengar suara Budhe bicara, "Bilang sama Pakdhe sana biar dicarikan orang yang bisa dandanin ban mobil kamu besok pagi. Jadi besok sore pulang ke rumah udah bisa pakai mobil."

"Oke..." aku berbicara agak keras dari dalam kamar mandi.

Selesai mencuci kaki dan tangan, aku mencari Pakdhe di ruang kerjanya. Pakdhe tidak pernah lepas dari laptopnya kalau tidak diingatkan Budhe. Tipe-tipe workaholic yang sepertinya turunan karena adik Pakdhe, which is ayahku juga workaholic, dan anak Pakdhe, which is sepupuku – Mbak Omega juga super workaholic. Aku tidak ingin jadi seperti mereka sejujurnya.

"Kulonuwun," aku mengetuk pintu kerja Pakdhe yang sebetulnya terbuka hanya untuk menyadarkan Pakdhe dari keseriusannya berkutat dengan laptop.

Pakdhe mengubah fokusnya dan menoleh ke arahku yang sudah menghampirinya. "Udah pulang, Nadhi?" tanyanya sambil memberikan tangan kanan kepadaku.

Aku mencium tangan Pakdhe baru mulai bercerita, "Ban mobilku bocor, Pakdhe. Dua lagi! Yang depan satu sama belakang satu. Jadinya itu mobil aku tinggal di sekolah, aku pulangnya naik bus."

Pakdhe melepas kacamata plusnya supaya bisa lebih jelas kalau melihatku, "Nanti Pakdhe teleponin Mas Irwan yang biasa ngurusin mobil jimny Pakdhe. Mas Irwan bisalah urus-urus ban begitu paling besok sore pulang sekolah mobilnya udah bisa kamu pakai lagi,"

"Maaf ngerepotin Pakdhe ya. Nanti aku masakin Pakdhe garang asem deh!" aku menyunggingkan senyum lebarku.

"Emang kamu bisa masak?" Pakdhe melemparkan tatapan sanksi.

"Tinggal minta diajarin Budhe kok..."

"Itu mah namanya Budhe yang masak bukan kamu ..."

"Yang penting niatnya, Pakdhe ..."

Pakdhe menggelengkan kepalanya menahan tawa, "Terserah kamu, Nadhi. Sudah sana Pakdhe mau selesain ini dulu, bilang Budhe nanti makan malamnya dibawa ke sini aja."

Aku mengangguk dan melenggang pergi. Pakdhe dan Budhe sudah seperti orangtuaku sendiri dan aku menikmati dua tahun tinggal bersama mereka. Aku merasa diperlakukan seperti anak mereka sendiri dan itu berarti aku diberi kewajiban melakukan pekerjaan yang dulunya dilakukan Mbak Omega. Inilah pekerjaanku di rumah ini sepulang sekolah, menyapu dan mengepel. Yip Yip! Ayo kerja!

***

"Nadhi ... Nduk ... panggilin Pakdhe-mu suruh makan!" Budhe berteriak dari dapur memecah konsentrasiku yang sedang menonton DiNozzo mengutak-atik pohon besar mencari peluru yang mungkin tertinggal di TKP. (baca : TKP ; tempat kejadian perkara, DiNozzo : tokoh penyidik dalam serial NCIS).

"Nadhi ... Nduk ... Cepat!" lagi suara Budhe memecah konsentrasiku sekali lagi dan akhirnya aku menyerah. Sudah untung dikasih tempat tinggal dan makan masih berani ngelunjak. Jadilah aku bergerak dari posisi dudukku dan menghampiri Budhe di dapur.

"Pakdhe bilang mau makan di ruang kerja, Budhe. Tadi sore Pakdhe suruh aku bilang begitu ke Budhe," ujarku begitu sampai di dapur.

Mata Budhe melotot sudah ingin marah, pada Pakdhe tentu saja, "Ada-ada aja Pakdhe kamu itu. Harus Budhe yang bilangin memang. Sudah sana kamu makan duluan."

Budhe baru hendak keluar dari dapur ketika tiba-tiba teringat sesuatu, "Nadhi, kamu belum skype Ibu kamu ya? Biasanya jam segini kamu di depan TV udah sama laptop.."

Aku berpikir sejenak. Iya juga. "ASTAGA BUDHE!" Aku tersadar juga akhirnya. Laptopku. LAPTOPKU. THAT PRECIOUS MACBOOK INCLUDING MY WHOLE PRECIOUS DRAFT.

"Ada apa?"

"Budhe! Laptop Nadhi ketinggalan di dalam mobil. Aduh Budhe gimana ya? Ada draft cerita buat lomba bulan depan di situ. Kalau hilang gimana Budhe..." aku sudah akan menangis. Kesialanku ternyata belum berakhir juga dari tadi pagi. Salah apa sih aku ini ?

"Udah tenang dulu. Mending kamu ke sekolah sekarang sama Pakdhe ya. Ini udah malam, bahaya kalau nyetir sendiri..."

Aku menganggukkan kepalaku. Apa saja deh yang penting laptopku kembali. Laptop itu sudah seperti separuh nyawaku – kalau memang nyawa bisa diparuh.

***

"Nadhi, kamu Pakdhe tinggal di sini dulu. Pakdhe jemput Mas Irwan sebentar di DS (baca : Dharmawangsa Square). Ambil apa yang butuh kamu ambil nanti Pakdhe balik ke sini baru kita balik ke rumah biar mobilnya diurus Mas Irawan. Oke?" Pakdhe bicara panjang lebar sebelum mengijinkanku keluar dari mobilnya.

Aku menganggukan kepalaku cepat, "Nanti kalau laptop atau barang-barang Nadhi ternyata udah nggak ada gimana ya Pakdhe?"

"Lapor satpam dulu, terus tunggu Pakdhe. Pokoknya kamu cek dan ambil barang aja habis itu tunggu Pakdhe. Jangan panik!"

"Iya. Aku ke mobilku dulu ya, Pakdhe jangan lama-lama ..."

Setelah mencium tangan Pakdhe aku keluar dari mobil dan bergegas lari ke dalam parkiran sekolah. Pak satpam yang bertugas menjaga di pintu gerbang bahkan sampai bingun melihatku lari seperti orang kesetanan.

Hari ini kesialanku sudah berlipat ganda. Gara-gara hujan tadi pagi aku meninggalkan beberapa barang termasuk laptopku di dalam mobil. Gara-gara ban mobilku bocor aku jadi tidak membawa pulang mobilku. Gara-gara terdistraksi Dimas, aku jadi lupa mengambil dulu barang-barang termasuk laptop yang kutinggal di dalam mobil. Huh. Semuanya hanya karena satu kesialan dan aku sedang akan menghampiri lokasi semua kesialan ini berasal.

Here I am. Mobilku masih utuh dengan kondisi ban yang masih sama seperti tadi sore saat pulang sekolah. Aku melenguh, sialan. Kubuka pintu mobil dan jantungku akhirnya berhenti bekerja ekstra. Laptop dan beberapa bukuku masih utuh ada di dalam mobil. Untung saja tidak ada yang macam-macam dengan mobil ini.

Cepat kukemasi laptop dan buku-buku itu ke dalam tas jinjing yang ada di dalam mobil. Begitu pintu mobil kututup lagi, tetesan air hujan turun. Great. Kakiku kaku dan seakan menempel lekat di atas konblok. Aku tidak bisa melangkah dan pikiranku mendadak kosong. Sesial itukah aku sampai hujan senang sekali muncul meskipun ini masih bulan Juli? Kesalahan apa yang sudah aku lakukan sampai semesta seperti menghukumku begini?

Lalu hujan tidak menetes lagi. Aku menengadahkan pandanganku, ternyata ada sebuah payung biru yang menghalangi hujan dari tubuhku dan barang bawaanku. Kemudian ada suara bicara lembut, "Katanya kalau dapat hujan terus-menerus di bulan Juli, berarti semesta lagi kasih pertanda. Mereka akan menukar hujan dengan permintaan kita. What's your wish?"

Jika kata-kata barusan itu memang benar, apa yang kira-kira aku minta? Sialku berhenti? Atau ... orang itu kembali? Ah tidak mungkin. Ya, aku tahu. Aku ingin merasakan satu bentuk hubungan itu. Jadi pacar Dimas. Aku mau minta jadi pacarnya Dimas, walau cuma satu hari saja.

***    

glosarium :

1. Pakdhe : Kakak  laki-laki dari Ayah / Ibu dalam bahasa Jawa

2. Budhe : Kakak perempuan dari Ayah / Ibu dalam bahasa Jawa

3. Kulonuwun : Permisi dalam bahasa Jawa

4. Nduk : panggilan untuk 'anak perempuan' dalam bahasa Jawa




Continue Reading

You'll Also Like

2.6M 142K 62
"Walaupun وَاَخْبَرُوا بِاسْنَيْنِ اَوْبِاَكْثَرَ عَنْ وَاحِدِ Ulama' nahwu mempperbolehkan mubtada' satu mempunyai dua khobar bahkan lebih, Tapi aku...
MARSELANA By kiaa

Teen Fiction

1.8M 79.7K 36
Tinggal satu atap dengan anak tunggal dari majikan kedua orang tuanya membuat Alana seperti terbunuh setiap hari karena mulut pedas serta kelakuan ba...
317K 18.9K 36
JANGAN LUPA FOLLOW... *** *Gue gak seikhlas itu, Gue cuma belajar menerima sesuatu yang gak bisa gue ubah* Ini gue, Antariksa Putra Clovis. Pemimpin...
497K 53.8K 23
Louise Wang -- Bocah manja nan polos berusia 13 tahun. Si bungsu pecinta susu strawberry, dan akan mengaum layaknya bayi beruang saat ia sedang marah...