[SUDAH TERBIT] Petjah

By mongseptember

3.3M 212K 25.4K

Nadh sayang Dimas tapi Dimas benci Nadh. Nadh disayang semesta dan semesta memberikan satu permintaan padanya... More

Petjah di Festival Pembaca Indonesia 2017 (Updated)
TRAILER , OST, Background Music, Playlist
MEET THE CHARACTERS
Pengumuman Penerbitan
Informasi Pre-Order PETJAH
PENGUMUMAN : PO 2 PETJAH
REKAPITULASI AKHIR PO 1
Rekapitulasi Akhir PO 2
Siapakah Dimas?
1. Intro
2. Magic is not here yet
3. Magic is On The Way
4. Magic is here
5. Starts
6. (His) Rain
6.5 (His) ...
7. Her Dates
8. His Territory
9. Her (Rain)
9.5 (Her) ...
10. Error 400 : Bad Request
11. Error 449 : Retry With
11.5 yet
12. No longer an Error
13. Past before Future
14. But Past is too Cruel
15. It's a Past After All
Siapakah Biru?
16. Magic Goes Wrong
17. So It's Called Useless Magic
18. Universe ain't a Magician
18.5 (his) and (hers)
19. A Little bit of Helps
20. A little bit of Love
21. Him between Us
22. Or Us Between Him?
23. The Only Thing that Matters
23.5 Ours
24. Red is Us
25. She's Got A Prince
25.5 But ...
26. He's Got A Home
Trivia : Nadhira - Dimas - Biru as Cameo(s)?
#SIAPPETJAH & #SATUDARISERIBU
PENJELASAN MENGENAI BANYAK HAL
Rekapitulasi Pengiriman 9 Desember 2016
Petjah Bareng Yuk!
Pengumuman : Meet & Greet Petjah
Special Part Petjah!
Sepupunya Nadhira (?)
Kepingan yang Terisa: Bagian Spesial (Petjah)
Kepingan yang Tersisa: Bagian Spesial Petjah #2
Kepingan yang Tersisa: Bagian Spesial Petjah #3
Kepingan yang Tersisa: Pengumuman Exclusive Special Order
Teaser Spin Off Petjah

Siapakah Aku?

143K 8.1K 615
By mongseptember

"Pretty women wonder where my secret lies.

I'm not cute or built to suit a fashion model's size

But when I start to tell them,

They think I'm telling lies."

Maya Angelou on 'Phenomenal Woman'

***

"Nadhira Amira," Bu Mar dengan suara melengkingnya memanggil namaku. Ibu guru kecil yang sedang berdiri di depan sana adalah guru bimbingan konseling kelasku. Setiap hari Senin pagi sebelum upacara, Bu Mar akan selalu mengabsen seluruh murid kelasku.

Selesai absen baru kami diperbolehkan keluar kelas untuk berbaris di lapangan. Membakar diri bersama matahari pagi yang walau belum menyengat-menyengat banget tapi tetap aja panas. Malas. Pantat ini rasanya cuma mau nempel di bangku saja. Dinginnya pendingin ruangan di dalam kelas semakin membuatku enggan untuk ikut upacara bendera.

Nadhira Amira, enambelas tahun, muka biasa aja, pakai seragam biasa aja, dan untungnya sekarang rambut sudah bisa bebas tergerai dan nggak wajib dikucir lagi. Yup! Kalian sedang mendengarkan deskripsi tentangku.

Aku bersekolah di SMA favorit Jakarta. Aku masuk kelas akselerasi yang sumpah namanya menjijikkan banget untuk disebutkan. Yakin kalian mau dengar? Uhm, CIBI. WAIT! Ini bukan si cibi-cibi ha ha ha yang biasa nampang di televisi rumah kalau aku sedang nggak menyetel FOX channel.

Kelas CIBI adalah singkatan dari 'cerdas-istimewa berbakat-istimewa'. Oke ini makin aneh lagi. Yah, intinya ini kelas akselerasi yang memungkinkan penghuni kelas lulus SMA dalam waktu dua tahun. Cepat? Iyalah, belajarnya aja bikin kepala mau pecah. Keren? NOPE! Pintar? Aku selalu merasa pintar sampai aku menemukan kenyataan bahwa teman-teman sekelasku jauh lebih pintar dariku.

"NADH! MATIIN LAPTOP NGGAK! UDAH MAU UPACARA MASIH AJA NGETIK MULU"

Teriakan barusan asalnya dari salah satu penghuni kelas ini juga. Teman sebangku yang selalu menemaniku sejak masuk di kelas ini, Mira. Mira memelototiku dengan mata besarnya. Suer deh nggak bohong, Mira ini demennya ngomelin orang. Untung aja kami udah dekat karena setahun sebangku gitu loh, jadi aku udah biasa digalakin Mira. Yah, diterima aja.

"Bentar lagi, Mir. Ini lagi ngereblog quotes bagus di tumblr"

Mira memutar bola matanya mendengarkan alasanku. Dia kemudian berdiri dari duduknya dan bersiap meninggalkanku untuk berjalan ke lapangan. Melihat Mira tidak main-main meninggalkanku, aku langsung menutup macbook , memasukkannya ke tas dan berlari menyusul cewek judes satu itu.

"Jahat banget sih gua ditinggal," ujarku begitu bisa mengejar langkah kaki gontai Mira. Sok-sok an memang Mira berjalan keluar kelas padahal dalam hati dia pasti sebal juga harus ikut upacara yang akan lama banget ini.

Begitu sampai lapangan kami langsung berbaris di belakang papan balok yang bertuliskan XI CI/BI. Aduh ini nggak bisa lebih memalukan lagi apa? Kenapa sih harus ditulis-tulis nama kelasnya? Bener-bener memang guru-guru di sekolah ini.

"Eh, pendek baris depan kali.." anjir ini ada lagi satu penghuni kelas yang sukanya ngatain orang seenak jidat. Bram. Ketua kelas kami. Aku tahu dia menyuruhku ke depan karena dia mau berdiri di belakang yang rimbun dekat pohon. Ngeselin abis.

"Bodo," aku tidak mau kalah. Enak aja dia mau enak sendirian sementara orang lain disuruh panas-panasan. Lagian udah ada teman sekelasku yang lain di depan sana. Masa aku menerobos gitu aja hanya karena disuruh ketua kelas. Males banget.

"Dasar! Udah pendek, suka ngeyel lagi" Bram masih bicara sadis. Aku berbalik ke belakang untuk head to head dengan Bram. Yah ini sih namanya head to chest kali ya? Abis kepalaku berhenti hanya sebatas dadanya. Hiks. Nasib orang pendek.

Baru aku akan mendebat Bram, di sampingnya sudah bertengger Dimas yang memandangiku dengan tatapan tajam. Kalau judesnya Mira itu masih bisa ditoleransi, tatapan tajam dari Dimas sudah melebihi batas itu. Bulu kudukku langsung berdiri semua melihat dia memandangiku dengan cara seperti itu.

"Oke deh gua pindah," dengan gerak impuls, aku menarik Mira untuk pindah ke depan. "Ayo, Mir."

Mira hanya bingung karena aku menyerah kalah. Ya gimana nggak kalah, Mir. Dimas udah seram begitu. Kamu aja kalah seram, Mira.

***

"Lihat deh utas-utas lucu banget abis upacara. Masuk kelas masih pada nunduk semua," Mira menertawakan barisan anak kelas sepuluh yang berjalan rapih bak tawanan penjara mau digiring ke tempat penjagalan.

Utas alias sebutan untuk anak kelas satu di sekolahku. Selanjutnya? Hayo apa? Kalau kalian kreatif pasti langsung bisa menebak. Yup yup. Kelas dua disebut aud, sementara kelas tiga disebut agit. Penguasa sekolah ya siapa lagi kalau bukan agit. Budak sekolah ya itulah si utas-utas yang barusan lewat di depan barisan kami.

Aud sepertiku cukup duduk menonton saja. Buat anak lain sih, mereka sedang belajar caranya menjadi agit yang mempergunakan utas dengan baik dan benar. Kan setahun lagi jadi agit. Ya kalau mereka sih. Kalau aku kan setahun lagi lulus SMA.

Hm. Dulu aku juga seperti mereka. Rambut dikucir kuda dengan karet gelang. Sepatu nggak boleh pakai yang lain selain sepatu putih bernama px-style. Apalagi ya? Uhm .. jalan juga menunduk. Orang-orang di luar gedung sekolah menyebutnya senioritas, tapi kami di dalam gedung menyebutnya tradisi. Selama cuma sebatas ini dan cuma setahun aja mah nggak apa-apa kok.

Mereka akan diperlakukan seperti itu sampai setahun ke depan. Begitu kenaikan kelas dan agit pada lulus semua, penderitaan mereka selesai kok. Jadi santai aja.

"Nadh, lo tuh dari tadi dengerin gua nggak sih?" Mira mulai lagi dengan nada judesnya. Baru juga tadi ketawa-ketawa ngeliat utas. Emang mood swing banget sih Mira ini.

"Ya dengerlah. Tuh liat, utas yang lu bilang bakal dijadiin anak cheers kemarin beneran udah ditempelin lakban item di bajunya," aku membalas sambil menunjuk ke arah satu cewek manis dengan rambut diikat yang terlihat sangat depresi.

Lakban hitam adalah simbol paling keren sekaligus paling mencekam untuk para siswi di sekolahku. Banyak cewek-cewek remaja yang masuk ke sini untuk menanti ditempeli lakban hitam oleh senior. Artinya? Uhm artinya mereka terpilih menjadi cewek elit di sini alias anggota cheerleader sekolah.

Sepertinya tipikal banget ya. Nggak di Amerika sana, nggak di Jepang, nggak di Indonesia. Anak cheers itu selalu jadi kumpulan cewek paling kerennya sekolah. Jadi ya, siapa yang nggak mau ditempeli lakban hitam? Sedihnya juga ada sih. Yah gimana nggak sedih. Ditempeli lakban hitam sama artinya mereka harus rela menjadi asistennya agit-agit dari ekskul cheers.

Sabar aja deh ya selama setahun. Toh habis itu jadi cewek keren. HAHAHA.

"Ih ini kenapa lagi lo ketawa-ketawa sendiri!" Mira menatapku heran. Aku menggeleng saja.

"Kepikiran aja deh kita berdua di sini kasian ngeliatin calon-calon anak cheers. Padahal banyak banget kali cewek-cewek di sekolah ini yang berharap dapet lakban item.."

Well .. Mira langsung diam. Tunggu sebentar deh. "Emang lo beneran nggak pernah berharap dikasih lakban item?" tanya Mira.

Sekarang gantian aku yang menatapnya bingung. "Mir .. lo pernah .. I mean .. lo mau ikut ... cheers? Seriusan?"

Mira terdiam.

Oh no. Mira si judes ternyata punya mimpi terpendam juga rupanya. "Gua suka nge-dance sih, tapi yah apalah gua dibanding cewek-cewek itu.."

Aku cuma bisa menepuk pundak Mira. Kalau begini kita cuma bisa jadi pendengar aja kan? Nanti salah kalau bicara.

"Balik kelas kali. Nangkring aja lo di lapangan,"

HZZZ . Sudah dua kali aja deh ya pagi ini Bram menyulut emosiku. Satu kali lagi kulempar piring cantik juga ini orang satu.

Aku mengalihkan tatapanku dari Mira yang masih nampak galau. Kutatap Bram mencoba untuk bicara dan memberitahu dia untuk mengurusi urusannya sendiri.

Yah. Lagi-lagi niatku urung.

Dimas berdiri di samping Bram, tentu saja pandangan tajamnya untukku tidak pernah absen. Seriusan deh, mata Dimas itu bisa bikin panas matahari aja langsung jadi beku. Kalau begini kan gimana aku bisa marahin Bram?

Ngeselin.

"Iya ini juga mau balik kelas," mau tak mau aku mengiyakan perintahnya dan menarik Mira untuk ikut bersamaku.

Dalam perjalanan ke kelas Mira mengoceh mengomeliku karena mau aja diperintah sama Bram, "Lo tuh ya. Udah dua kali aja sehari ini gua denger lo ngalah sama omongannya Bram. Bisa ngelunjak nanti itu anak kalo lo iya-in melulu. Gimana sih lo?"

Aku menarik napas panjang dan mengeluarkannya. "Dimas ada di samping Bram, Mir. Ya coba gua harus gimana? Mana serem banget lagi Dimas ngeliatin gua-nya."

Mira menggeleng tidak percaya. "Makanya kalo jatuh cinta itu sama orang bener. Ini kok jatuh cinta sama orang yang benci lo sih, Nadh"

Emang jatuh cinta bisa milih-milih ya maunya sama siapa? Mau dong kalau emang bisa begitu. Perih hati adik begini terus.

***


Continue Reading

You'll Also Like

9M 955K 65
[SUDAH TERBIT] Tersedia di Gramedia dan TBO + part lengkap Apakah kalian pernah menemukan seorang pemuda laki-laki yang rela membakar jari-jari tanga...
502K 54.3K 22
Berkisah tentang seorang Gus yang dikejar secara ugal-ugalan oleh santrinya sendiri. Semua jalur ditempuh dan bahkan jika doa itu terlihat, sudah dip...
MARSELANA By kiaa

Teen Fiction

1.6M 53K 24
Tinggal satu atap dengan anak tunggal dari majikan kedua orang tuanya membuat Alana seperti terbunuh setiap hari karena mulut pedas serta kelakuan ba...
6.9M 290K 59
On Going [Revisi] Argala yang di jebak oleh musuhnya. Di sebuah bar ia di datangi oleh seorang pelayan yang membawakan sebuah minuman, di keadaan ya...