The Mission

By chocolatiaa

90 15 0

Berawal dari sebuah petunjuk yang berakhir dengan terlaksananya sebuah misi. More

The Mission

90 15 0
By chocolatiaa

Aku menyusuri jalan setapak yang entah membawa tubuhku kemana. Aku terlalu lelah untuk memikirkan kemungkinan-kemungkinan buruk yang terjadi padaku.

Hey, lagipula siapa juga yang ingin menculik gadis berseragam lusuh dengan rambut berantakan serta memar dimana-mana? Mungkin mereka akan berpikir dua kali untuk melakukan hal yang tidak-tidak.

Entah sudah berapa lama aku menyusuri jalan setapak ini, namun aku dapat merasakan kakiku terasa pegal, sehingga aku memutuskan untuk mengistirahatkan kakiku disini. Di bangku taman yang terletak tak jauh dari tempatku berdiri.

Kilatan kejadian tadi pagi masih terekam jelas di benakku, saat aku tak sengaja melihat lubang yang aneh dan terbilang tidak wajar ketika aku ingin mengambil sebuah kursi di gudang. Secara kasat mata lubang itu tidak tampak, namun ketika aku teliti lebih jauh, lubang yang terletak di sudut ruangan itu seperti lubang yang terhubungkan dengan dunia lain. Namun entahlah, saat aku berjalan lebih dekat ke arah lubang itu, aku tertimpa kardus-kardus besar yang tepat berada di atas kepalaku, yang mau tak mau mengurungkan niatku untuk mencari tau lebih jauh mengenai lubang itu.

Atau saat aku tak sengaja melihat bayangan berwarna abu-abu pudar di balik semak-semak yang aku yakini adalah bayangan seseorang. Maka dengan tingkat penasaran yang tinggi aku berjalan mengendap-endap ke arah semak-semak tersebut. Namun aku tidak dapat menemukan apapun, yang ada malah aku terjerembab ke dalam selokan dan menyebabkan seragam yang aku gunakan kotor.

Namun kejadian-kejadian itu seolah merupakan suatu petunjuk yang aku tak dapat ku pahami.

Suara rintik hujan membuatku tersadar dari lamunanku. Tanpa buang-buang waktu, aku mulai berlari menerobos hujan yang semakin lama terasa semakin deras.

Karena pandangan yang tidak terlalu jelas yang disebabkan oleh hujan, aku hanya berlari tak tentu arah berharap menemukan tempat untuk berteduh.

Namun aku memperlambat langkahku saat hujan mulai reda, dan betapa kagetnya aku saat mendapati pohon-pohon besar yang menjulang tinggi di sekitarku.

Aku terdiam di tempat, memejamkan mata, mencoba menenangkan berbagai macam pikiran yang muncul di otakku. Saat aku merasa pikiranku sudah tenang, aku memutuskan untuk membuka mataku dan berjalan perlahan menyusuri pepohonan--yang dapat dibilang hutan ini.

Aku mengedarkan pandanganku ke sekitarku, berharap menemukan sesuatu yang menarik, sampai pandanganku bertumpu pada sebuah gubuk kecil yang terletak di arah timur.

Dengan langkah was-was, aku melangkahkan kakiku menuju gubuk tersebut. Dari depan, gubuk itu terlihat biasa saja, namun saat aku masuk ke dalamnya, aku menganga lebar saat mengetahui kalau gubuk itu merupakan...

Pintu masuk.

Tepat dihadapanku terdapat tembok transparan yang memperlihatkan betapa indahnya pemandangan di seberang sana. Karena didorong rasa penasaran yang begitu kuat, aku memutuskan untuk melangkahkan kakiku menuju tembok transparan tersebut.

Dan, ketika aku melangkah melewati tembok tersebut, betapa kagetnya aku ketika menyadari tubuhku melayang. Bukan karena kakiku hilang atau apa, namun aku memiliki sepasang sayap transparan. Aku tak tahu bagaimana cara melihat sayap ini, namun yang ku tahu sayap ini hanya dapat dilihat di waktu-waktu tertentu seperti sekarang.

Aku mengepakkan sayapku perlahan dan mulai mengedarkan pandanganku. Dapat ku lihat dari sini padang rumput yang begitu luas dengan bunga-bunga berbagai macam warna yang bermekaran, membuat tempat ini terlihat semakin indah.

Entah mengapa aku merasa sudah terbiasa dengan tempat ini, meskipun aku baru pertama kali melihat bahkan menapakkan kaki di tempat ini.

Sampai aku melihat seorang gadis yang berada tak jauh dari hadapanku dengan sayap putihnya yang membuat ia terkesan seperti seorang malaikat.

"Hei." Aku menghampirinya dan menepuk bahunya pelan. Ia nampak kaget dan hampir menjatuhkan keranjang yang berisi bunga berwarna kuning cerah yang baru saja ia petik.

"Ah, maaf aku mengagetkanmu," ujarku pelan, hampir menyerupai bisikan.

"Tidak apa." Ia tersenyum, namun sepersekian detik kemudian, wajahnya memancarkan kekagetan yang luar biasa. Arah pandangnya terfokus pada satu titik, bagian belakangku.

Namun ketika aku menoleh, aku tidak dapat menemukan hal yang janggal selain sayap transparan ini.

Lamunanku buyar saat ia berkata, "bisa kau ikut denganku?" Dengan ragu aku menganggukan kepala.

***

Aku tak menyangka gadis disampingku ini membawaku ke tempat yang begitu indah, sebuah bangunan yang dapat dikategorikan sebagai istana karena aku melihat beberapa prajurit bersayap hitam berjaga di depan pintu.

Gadis itu membawaku ke ruangan yang terletak di ujung lorong. Saat ia membuka pintu ruangan tersebut, aku dapat melihat seorang laki-laki yang kira-kira berusia lima puluh tahunan terbaring lemah di sebuah tempat tidur.

Saat aku hendak bertanya, gadis itu menempelkan telunjuknya di bibir seolah mengisyaratkan untuk diam.

Gadis itu menuntunku untuk berdiri tak jauh dari tempat tidur dan ia mendekat ke arah laki-laki itu.

Ia mengusap tangan laki-laki itu dengan penuh sayang dan menatapku lekat. Aku yang dipandang seperti itu merasa risih sehingga aku hanya diam saja.

"Siapa namamu?" Kini gadis itu mengajakku untuk di salah satu kursi yang letaknya tak jauh dari tempat tidur.

"Kezia." Aku tersenyum kecil dan mengulurkan tangan yang disambut ramah oleh gadis itu. "Lilia," ucapnya kemudian.

"Lalu, apa yang membuatmu membawaku kesini?" Aku bertanya padanya, karena sungguh aku tak mengerti dengan semua ini.

Lilia nampak menghela nafas lelah. "Sejujurnya aku bingung saat melihatmu di padang rumput tadi. Rasanya kau begitu asing di mataku. Namun saat kau mendekat ke arahku, aku teringat ucapan dewi alam. Ia pernah mengatakan kalau hanya ada satu orang yang dapat menyembuhkan ayahku. Dan orang yang dapat menyembuhkan ayahku itu memiliki sayap transparan."

Terjadi hening yang begitu lama sampai Lilia melanjutkan, "beliau terkena penyakit dimana rohnya terhisap oleh musuhnya, sehingga ia terlihat seperti orang tidur."

"Ba-bagaimana bisa?" tanyaku terbata.

"Aku tidak tau pasti, saat itu usiaku masih sepuluh tahun." Lilia tersenyum masam.

"Lalu, apa hubungannya antara aku, sayap transparan dan ayahmu?"

"Tidak semua orang disini bersayap transparan, Kezia. Hanya orang-orang yang memiliki kekuatan untuk mengambil roh orang lain yang menggunakan sayap transparan."

"Siapa orang yang mengambil roh ayahmu?"

Lilia menatapku dengan pandangan yang tak terbaca. Kemudian ia mengalihkan pandangannya pada lantai dihadapannya. "Raja di Kerajaan Birimpi, yang merupakan adik laki-laki ayah."

Kemudian Lilia menggenggam tanganku erat. "Kezia, tolong bantu aku untuk mengembalikan roh ayahku. Hanya dengan cara itu Kerajaan Arimpi akan kembali seperti sedia kala. "

"Namun, bagaimana caranya?"

"Caranya mudah, Kezia. Kamu masih ingat mengenai lubang yang kamu temui tadi pagi?"

Sontak aku membulatkan mata. "Kau tau?" Pertanyaanku itu hanya dibalas anggukan singkat oleh Lilia. "Semua orang bersayap di Kerajaan Arimpi mempunyai kekuatan tersendiri berdasarkan warna sayapnya, Kezia. Dan kekuatanku adalah dapat membaca pikiran orang bahkan mempengaruhinya."

Aku hanya menganggukan kepala singkat, dan Lilia pun melanjutkan, "lubang yang tadi pagi kau temui itu adalah pintu masuk menuju Kerajaan Birimpi dan orang yang menghisap roh ayahku mempunyai bayangan abu-abu."

"Lalu? Bagaimana caranya mengambil roh ayahmu?"

"Saat kau terbangun nanti, segeralah ambil sebuah buku tua yang terletak di bawah tempat tidurmu, kemudian saat kau melihat bayangan berwarna abu-abu, bukalah bukunya, maka kau akan tau apa yang terjadi selanjutnya."

Aku masih berusaha mencerna perkataan Lilia sampai aku menyadari satu fakta. "Jadi aku sedang bermimpi?" Dan dibalas anggukan singkat oleh Lilia.

Hal yang ku tahu selanjutnya adalah Lilia menggenggam tanganku erat dan perlahan aku merasa tubuhku terhisap.

Saat aku membuka kedua mata, aku segera turun dari tempat tidur dan menemukan sebuah buku yang sudah usang. Aku mengambil buku itu lalu bergegas berangkat menuju sekolah.

***

Semoga cerita ini tidak seburuk yang kalian pikirkan ya, karena author jarang, bahkan terhitung gak pernah nulis cerita dengan genre ini.

[25-03-16]

Continue Reading

You'll Also Like

182K 11.6K 22
KAILA SAFIRA gadis cerdas berusia 21 tahun yang tewas usai tertabrak mobil saat akan membeli martabak selepas menghadiri rapat perusahaan milik mendi...
3.3M 324K 91
Bercerita tentang Labelina si bocah kematian dan keluarga barunya. ************************************************* Labelina. Atau, sebut dia Lala...
9.7M 183K 41
[15+] Making Dirty Scandal Vanesa seorang aktris berbakat yang tengah mencapai puncak kejayaannya tiba-tiba diterpa berita tentang skandalnya yang f...
1M 95.8K 31
Kaylan Saputra anak polos berumur 12 tahun yang tidak mengerti arti kasih sayang. Anak yang selalu menerima perlakuan kasar dari orangtuanya. Ia sel...