High School Love Story

By HAULA_S

6M 392K 26.7K

"Devan! mati lo abis ini" "Devan tai" "Eh cowok gila, dasar kutil dugong" "ngeselin banget sumpah, awas aja l... More

High School Love Story 1
High School Love Story 2
High School Love Story 3
High School Love Story 4
High School Love Story 5
High School Love Story 6
High School Love Story 7
High School Love Story 9
High School Love Story 10
High School Love Story 11
High School Love Story 12
High School Love Story 13
High School Love Story 14
High School Love Story 15
High School Love Story 16
High School Love Story 17
High School Love Story 18
High School Love Story 19
High School Love Story 20
High School Love Story 21
High School Love Story 22
High School Love Story 23
High School Love Story 24
High School Love Story 25
High School Love Story 26
High School Love Story 27
High School Love Story 28
High School Love Story 29
High School Love Story 30
High School Love Story 31
High School Love Story 32
High School Love Story 33
High School Love Story 34[END]
High School Love Story[EPILOG]
INFO
HSLS 29[Repost]
Hai
Pengumuman Penerbitan
OPEN PO DHWH + info HSLS
HSLS TERBIT BULAN JULI 2018!
HSLS DI GRAMEDIA SKRG!

High School Love Story 8

158K 12K 158
By HAULA_S

Ingat ya kalo udah baca jangan lupa vote, biar tau, ada yang minat atau nggak sama cerita aku, gampang kok tinggal teken bintang, asalkan jangan yang di langit.

________

Kakinya terus berlari, mengikuti kemanapun hatinya ingin pergi. Gemaan suara ejekan serta tawaan banyak orang membuat tangisnya semakin menjadi-jadi. Beberapa anak perempuan yang menyapa ia hiraukan. Bukan karena Sania sombong atau semacamnya, hanya saja keadaan sedang tidak memungkinkan untuk membalas sapaan mereka.

Disini kakinya berhenti, meluapkan rasa kesal dan malunya pada pohon yang menjulang cukup tinggi di belakang sekolah. Entah kenapa hati Sania akhir-akhir ini menjadi sangat sensitif. Terlalu mudah menangis dan sedih, apakah efek dari jatuh cinta? Ah Mungkin saja karena itu, tapi apa benar dia sedang jatuh cinta? Lalu pada siapa?

Sania menoleh karena merasakan ada seseorang yang datang. Rey berdiri tepat dihadapannya, wajah laki-laki jakung itu tampak pucat karena kelelahan berlari.

"Lo ngapain kesini hah?! Mau ikut ngetawain gue?" Sania berteriak emosi, cowok itu menggelengkan kepalanya, berusaha meraih pipi Sania namun belum sempat ia menghapus air mata sang gadis tangannya sudah lebih dahulu di tepis .

"Gue kesini bukan mau ngetawain lo, gue kesini karena gue gamau lo nangis kayak gini San" suaranya begitu lembut.

"Taiii lo semua tau gak!" Rey tidak tahan melihat wajah Sania, ia menarik tubuh cewek itu lalu merengkuhnya. Mengelus rambut Sania mengirimkan kehangatan pada mantan kekasihnya itu.

"Lepasin gue!" Sania mendorong Rey dengan kasar. "Lo bilang ga mau liat gue nangis?" Sania tersenyum getir "BULLSHIT!"

Bibirnya kelu. Otaknya tak mampu memikirkan kata apa yang tepat untuk di ucapkan. Jika sudah menyangkut tentang masa lalu Rey angkat tangan. Karena apapun alasannya, dia akan tetap menjadi seseorang yang bersalah atas kandasnya hubungan mereka.

"Sania!" Teriaknya karena Sania berlari pergi. Rey ingin mengejarnya lagi namun tertahan karena cengkraman tangan seseorang di lengannya.

"Biarin dia sendiri dulu"

Itu dia, Devan, laki-laki yang membuat gadisnya menangis.

Entah kenapa Rey sangat marah dan sakit hati jika melihat wajah Devan. Ingin rasanya dia meninju cowok itu berkali-kali. Mudah saja jika dia ingin membuat Devan pulang dengan wajah memar, ataupun pingsan sekarang juga, tapi Rey sadar melakukan itu semua hanya akan membuat keadaan bertambah rumit, dia tidak mau di pandang lebih buruk lagi oleh Sania.

"Sejak kapan lo kenal sama dia?" Tatapan Devan menusuk dan mengintimidasi.

Rey menepis tangan Devan dari lengannya. Membalas tatapan cowok itu tak kalah tajam, kemudian berlalu pergi tanpa sepatah katapun.

Sepertinya bendera perang sudah dikibarkan.

****

Rasa bingung membuat Rere menciptakan lipatan-lipatan halus di keningnya. Dua manusia yang biasanya ribut dan tidak bisa diam hari ini kelihatan berbeda. Tingkah dan mimik wajah yang di tunjukan mengatakan bahwa di antara mereka sedang terjadi sesuatu, memunculkan rasa curiga yang berlebihan dihati Rere. Dia jadi tidak enak untuk mengajak dua orang itu kerja kelompok.

"Baiklah anak-anak sampai disini pertemuan kita, semuanya harus langsung pulang kerumah. Jangan ada yang keluyuran kesana kemari"

"Bombom tuh pak, suka keluyuran" terdengar Sahutan dari geng pojok kelas sebelah timur. Geng cowok nakal, urak urakan, pembolos, dan sejenisnya. Tapi itulah yang membuat Rey tertarik untuk berteman dengan mereka. Selain karena mencari tempat yang strategis agar bisa melihat Sania, Rey memilih tempat duduknya yang sekarang karena dia merasa anak laki-laki disana cocok menjadi temannya.

"Eh elo ya, bisanya fitnah doang" cercah bom-bom tak suka. Dirinya bukan Yahya bencong yang tidak bisa melawan jika di bully oleh anak-anak pojok.

"Wahahahahah marah dia" Raka terpingkal-pingkal karena lemparan penghapus karet bombom tak sampai kepadanya.

"Telen tu penghapus biar badan lo tambah gede"

Jaja melempar penghapus tadi kembali ke pemiliknya.

Slup~

Benda kecil persegi berwarna kuning itu sukses masuk ke dalam mulut bombom. Kemampuan basket Jaja tak bisa di ragukan lagi, selain menjadi captain dia sudah sangat pro dalam hal memasukan bola ke dalam ring, termasuk yang dilakukannya pada bombom tadi.

Gelak tawa siswa langsung meledak seketika.

"Anjrut, masuk"

"Jaja marija awas lo ya!"

"Wah ja, abis lo ja, itu badan udah tinggal kulit tambah mau di kempesin" Raka menggoda Jaja, dia akting seperti orang yang sedang ketakutan.

Tawa mengejek anak pojok menyambut setelah bullyan dari Raka. Selain terkenal nakal geng itu juga adalah sumber keributan kelas.

"Sudah sudah, kalau terus ribut kalian tidak akan pulang" Ancam pak Sadiqin guru agama yang udah tua dan sedikit pikun itu.

"Raka, Jaja Diem! gue mau pergi kesalon nih" Suara cempreng Loli perlahan mengehentikan tawa Jaja.

Raka menaikan sebelah alisnya sambil tersenyum nakal "Wah loll, si bongek juga ketawa, lo kagak marahin nih?" Bongek? Iya bongek itu Rey, entahlah hobi Raka adalah mengubah nama orang. Nama Jaja juga dibikinin sama Raka, sebenarnya nama aslinya tuh Javier.

"Iya lah bro, Azam kan ganteeeeeeng" Jaja menimpali Raka sambil mencubit sebelah pipi Rey seperti bencong-bencong ganjen. Ah perlu kalian tahu Jaja, Azam, dan Raka duduk bertiga dengan dua meja digabung lalu tiga kursi mereka duduki satu-satu. Normalnya sih dua meja, dua kursi, dan dua orang. Tapi mau bagaimana lagi, pak Sadiqin tak bisa marah, mereka beralasan karena Rey belum memiliki buku paket.

Wajah lolli langsung memerah karena di goda Jaja dan Raka, plus matanya juga bertemu dengan bola mata hitam legam milik Rey. Buru-buru dia duduk kembali menghadap ke papan, menetralisir detak jantungnya yang berdetak melebihi batas normal.

"Sial gua gak maho woi" Azam menoyor kepala Jaja kesal.

Pada akhirnya aksi geng anak pojok terhenti karena pak Sadiqin ngamuk. Jaja langsung mengode Amel untuk mengintrupsi salam. Ya, ketua kelas ipa satu adalah seorang perempuan karena cowok di kelas sudah tidak ada yang waras.

Tepat setelah pak Sadiqin mengangkat pantat semua siswa langsung berhamburan kedepan untuk bersalaman. Tetapi Rey tidak, dia langsung menuju meja Sania dan mengajak cewek itu untuk pulang bareng.

"San pulang sama gue ya"

Sebelum Sania menjawab Devan lebih dulu angkat suara.

"Sorry dia pulang bareng gue"

"Permisi" Sania melewati celah kedua anak manusia yang berdiri di samping mejanya. Rey dan Devan menganga tak percaya menerima penolakan Sania secara terang terangan.

Keduanya langsung berlari mengejar Sania yang begitu cepat menghilang dari kelas.

***

Rere adalah penyelamatnya hari ini. Sania pulang bersama cewek itu setelah bersembunyi dari Devan dan Rey. Dia bersyukur saat menunggu angkot di halte mobil Rere lewat lalu seperti biasa dia ditawari untuk nebeng. Sania bukan cewek yang nolak dulu baru mau, tanpa fikir panjang dia langsung masuk ke dalam mobil Rere.

"Muka lo kayak habis ketauan maling ayam gitu dah"

"Gua abis dikejer gegara nyuri hati ketua osis" Sahut Sania tidak jelas karena sambil menguap. Walaupun seperti itu Rere masih bisa mendengar dengan jelas apa yang di katakan Sania.

"Ngomong tuh jangan sambil nguap, nggak sopan pea"

"Lah cuma ada lo sama gue doang di mobil"

"Ya terus supir gue apa?"

"Eh iya ya" Sania nyengir malu.

"Gua ngantuk masa" Lagi-lagi Sania menguap. Matanya berair karena sangat ngantuk. Lama-kelamaan matanya terpejam. Meninggalkan dunia nyata menuju ke dunia mimpi.

"San, sania woi" Rere menggoyangkan bahu Sania. Awalnya sih pelan tapi lama lama jadi brutal karena orang yang dibangunin kebo banget. Mungkin kalau lagi gempa terus dia lagi tidur pasti gak akan bangun.

"Sania ini udah nyampe rumah gue elah, lo mau diem tidur di garasi ama mobil?" Rere menyerah, dia kewalahan bangunin Sania yang udah kayak patung hidup.

"Saniaaaaa Rey dateng tuh jemput lo"

To Be Continued...

Oy muncul lagi nih, sesuai janji kalo hsls7 udah dapet 20 vote bakal dilanjuut kan, oke hayati sudah menepati janji meski jari keriting karena ngebut ngetik. Jadi maklumi kalo part ini agak pendek dan gak nyambung-_- insyaallah hsls9 lebih panjang:)

NEXT? 25 VOTE UNTUK PART INI:D

Continue Reading

You'll Also Like

32.8K 1.3K 38
SUDAH TAMAT! Ini adalah Perasaan suka, cinta dan sakit hati yang pertama kali Della alami dan rasakan. Della seorang anak yang anti pacaran, kini t...
1M 100K 54
"Jangan lupa Yunifer, saat ini di dalam perutmu sedang ada anakku, kau tak bisa lari ke mana-mana," ujar Alaric dengan ekspresi datarnya. * * * Pang...
11.3K 10.1K 26
Cerita ini mengisahkan seorang gadis bernama Flora Adellia, anak orang kaya namun memiliki penyakit jantung. Dia memiliki seorang kekasih bernama Sas...
983K 4.9K 7
[Available at @naisastramedia online bookstore] Nesya, gadis yang menyamar menjadi fake nerd disekolahnya, dan tiba tiba ia dijodohkan dengan seoran...