My Little Girl

By NaomiOcta

7.1M 93.3K 2.1K

Ini benar-benar gila. Bagaimana tidak? Aku di perbudak gadis remaja labil yang keras kepalanya sejagat raya. ... More

Permulaan
Pertama
Kedua
Ketiga
Keempat
Kelima
Ketujuh
Delapan
Sembilan
10,11,12
Info Penting!

Keenam

209K 6.6K 128
By NaomiOcta

-Dominick POV-

Aku langsung melepaskan ciumanku saat gadis kecil itu melemparkan makanan yang dia bawa ke lantai. Lalu dia pergi dan membanting kuat pintu ruanganku.

"Sudah kuduga!" ucap wanita yang tadi kucium.
"Sepertinya rencanamu berhasil, Nick." lanjutnya. Aku tersenyum kecut padanya.

"Ya, aku menyesal. Harusnya aku tahu kalau dia akan marah," ucapku lemah.

"Ya, dia pasti marah. Dia membawakan makan siang untukmu jauh-jauh ke kantor, tapi kamu malah mencium wanita lain. Seharusnya kamu hargai kerja kerasnya. Egois!" ucapnya ketus.

"Ayolah, Nat, kamu menyetujui rencanaku tadi,"

"Iya! Aku setuju membantumu membuat dia cemburu, tapi aku tak setuju kamu menciumku!"

Aku terkekeh mendengar ucapannya.

"Kamu memang tak setuju, tapi kamu menikmatinya, Nat!" Natania sahabatku, mendengus kesal.

"Siap-siap saja kamu di hajar suamiku. Kuadukan nanti!"

"Siapa takut? Ah, sudahlah, aku ingin pulang sekarang."

"Tunggu!"

"Apa lagi, Nat?" Dia menatapku curiga.

"Kamu jatuh cinta padanya, ya?" Tanya Natania penuh selidik. Aku menggeleng kuat.

"Yang benar saja! Aku hanya khawatir padanya karena dia tanggung jawabku sekarang." Kata-kata itu menohok hatiku sendiri.

"Jangan membohongiku, Nick. Aku tahu dirimu!"

"Terserah! Tapi aku tak, kan pernah jatuh cinta padanya!"

Selesai mengucapkan itu, aku langsung pergi meninggalkan kantor. Apa aku mencintainya? Ah, itu mustahil. Bagaimana mungkin aku jatuh cinta pada gadis seperti dia?

Demi Tuhan, dia jauh di bawah umurku. Dan dia gadis menyebalkan dan keras kepala yang pernah aku kenal.

Ya, aku tidak munafik mengakuinya, kalau jantungku bekerja tidak normal kalau berdekatan dengannya.
Apa defenisi cinta itu sebenarnya? Aku tidak tahu, karena selama ini aku tidak berniat untuk mencintai.

Yang kutahu hanya pemuasan nafsu, gairah dan sex.

Aku memang berengsek. Tapi itu dulu sebelum gadis kecil itu mengobrak abrik hidupku.

Aku mencemaskannya. Teringat dulu ceritanya yang hampir di perkosa. Ya, ampun ... jangan sampai hal itu terjadi lagi.

Aku memukul setir saat jalanan macet, sial!

Hampir sejam menunggu kemacetan, dan akhirnya aku sampai di apartemen. Sungguh, memakan waktu banyak.

Kubukan pintu apartemen. Tidak di kunci. Dia pasti sudah sampai. Akhirnya aku bisa bernapas lega sekarang.

Kumasuki apartemenku yang seperti tak berpenghuni. Kulihat sekitar dan mataku tertuju pada meja di ruang tengah. Ponsel Devany.

Aku mendekat dan meraihnya. Aku tahu sandinya dan biarlah aku melanggar privasinya karena rasa penasaranku sangat besar.
Lalu tanpa dosa aku mengotak atik ponselnya. Mulai dari pesan yang kontak masuk semua dari Hans? Dan juga galeri.

Aku tersenyum melihat Devany yang berfose di depan kamera dengan lucunya. Dia memang cantik.

Aku mengeluarkan ponselku dari saku celana lalu mengirim lumayan banyak fotonya padaku. Lalu aku juga mengirim fotoku padanya.

Ya ampun, aku tidak mengerti dengan diriku.

Hmm, aku penasaran dengan kontaknya.
Kira-kira dia membuat namaku apa, ya?

Aku melihat satu persatu, tidak kutemukan namaku. Lalu aku melihat kontak keluar panggilannya, dan aku mencibir kesal.

'Tua bangka'

Ya ampun, gadis itu. Seharusnya aku tahu bagaimana dia.

Aku lalu mangganti namaku dengan 'My Love'. Hahaha, bairkan saja! Paling dia mengamuk nanti.

Aku memasukkan ponselku dan juga ponselnya ke saku celanaku, lalu mencarinya di kamar.

Tidak ada. Aku lalu mencarinya ke dapur dan balkon, tidak ada!

Aku merutuki diriku sendiri saat terlalu banyak membuang waktuku. Aku terdiam sejenak untuk berpikir ke mana dia pergi.

Aku menghela napas pelan, kepalaku terasa mulai pusing. Tanpa pikir panjang, aku keluar dari apartemen dan turun ke parkiran.

Setelah menemukan mobilku, aku masuk dan kembali menghela napas. Mengingat jalanan yang sangat macet menambah sakit kepala.
Tapi aku tidak boleh menyerah. Aku menghidupkan mobil dan melajukannya keluar dari parkiran apartemen. Aku mulai menyusuri jalan. Ke mana aku harus mencarinya?

Kuputuskan untuk mencari ke taman. Karena beberapa kali aku membawanya ke taman.

Nihil.

Aku terus berputar-putar kota Jakarta dengan hati penuh sesal.

Gara-gara ide konyolku yang ingin membuatnya cemburu, aku jadi kewalahan mencarinya.

Ke mana dia?

Aku menghela napas gusar. Gadis itu benar-benar berhasil mencuri perhatianku, fokusku, dan juga waktuku.

***

Kuputuskan untuk menunggu di apartemen. Tapi ini sudah hampir larut. Pandanganku tak pernah teralih dari jendela yang tertuju ke bawah. Jadi intinya dari apartemenku langsung bisa melihat siapa saja yang masuk atau pun keluar di bawah sana.

Rahangku mengeras dan tanganku mengepal kuat. Aku menatap tidak suka pemandangan di bawah sana.

Yang mana ada seorang lelaki muda sedang membelai rambut seorang gadis dan tersenyum lebar padanya.

Sial!

Aku menunggu dengan jantung yang mulai tidak normal.

Aku marah! Seenaknya lelaki itu menyentuh milikku.

Aku berpindah posisi di dekat saklar lampu, tidak sabar menunggu gadis itu naik.

Beberapa saat kudian, aku mendengar suara derap langkah kaki dan pintu terbuka.

Aku sengaja tidak menghidupkan lampu. Tapi aku bisa melihat gadis kecil itu mengendap-endap masuk.

"Dari mana saja, hah?!" Aku menghidupkan lampu dan dia berhenti.

Dengan emosi yang sudah di ubun-ubun aku mendekatinya dan menatap tajam padanya.

"KAMU!!!" Aku mengangkat jari telunjukku ke udara yang mengarah ke wajahnya.

"APA?" Tanya Devany berani dan menyingkirkan telunjukku dari depan wajahnya.

"Dari mana saja, hah?!" Aku membentaknya lagi.

"Apa pedulimu, hem?" dia menaikkan dagunya tinggi-tinggi dengan angkuhnya.

"Karena kamu tanggung jawabku sekarang!"

"Oh..." lalu dia berjalan melewatiku. Dengan cepat aku mencekal lengannya kuat.

"Siapa lelaki itu?"

"Bukan urusanmu! Dia pacarku!" ucapnya ketus. Jawabannya membuat kesabaranku habis. Aku menyeretnya ke kamar lalu mengunci pintu.

Lalu kulemparkan tubuhnya ke ranjang dengan kasar. Aku tak peduli. Dia menyakiti hatiku!

Lalu aku membuka kemejaku dan melempar ke sembarang tempat. Lalu aku menindihnya dan mencium bibirnya kuat dan tak berperasaan. Dia terus meronta tapi aku tak peduli.

Setelah puas dengan bibir, aku pindah kelehernya. Kuhisap kuat-kuat sehingga meninggalkan tanda kepemilikanku di sana.

Dia terus meronta dan menangis kesakitan, tapi amarah campur gairah yang kurasakan tidak menghiraukannya. Dia memukul punggungku dan memohon agar aku berhenti.

"Tolong berhenti, Om...!"

Sudah berapa kali kubilang, aku tak peduli. Biar saja, biar dia tahu kalau dia hanya milikku.

"Tolong jangan lakukan ini, Om! Maafkan aku, hiks...." aku bahkan tidak peduli.

"Sakit..." rintihnya saat aku mulai memasukkan milikku ke miliknya.

"Tolong berhenti, Om! Sakit....." rintihnya lagi. Tapi aku tidak bisa berhenti.

Lalu semua terjadi begitu saja, begitu cepat, dan begitu panas. Hingga kami sama-sama mencapai puncak kenikmatan itu. Tidak, hanya aku yang menikmatinya.

"Jangan mendekati lelaki lain. Kau sekarang hanya milikku," kataku tulus sambil mengusap air matanya.

Dia memalingkan wajahnya dan kembali menangis.

"Maaf..." ucapku pelan. Saat kesadaranku sudah kembali, aku merasa bersalah. "Maaf, tidak seharusnya aku melakukan ini..."

Dia menarik selimut dan menutupi tubuhnya, lalu berbaring membelakangi aku. Dia meringkuk membuatku semakin merasa bersalah.

"Masa depanku udah rusak, Om..." ucapnya dengan suara bergetar. "Kenapa sih Om melampiaskan padaku? Aku bukan budak seks Om! Kenapa sih Om nggak pernah mikirin perasaanku?"

Aku menyentuh bahunya yang bergetar.

"Maaf, aku tidak bisa menahan diri."

Aku mendengar dia menghela napas kuat. Dia tidak berbicara lagi.

"Maaf soal di kantor tadi, itu tidak seperti yang kamu lihat, aku sengaja melakukannya untuk melihat reaksimu," ucapku penuh sesal

"Hmm, dia bukan pacarku," ucapnya.

Aku tetersenyum dan mengecup puncak kepalanya.

"Baguslah. Yang tadi itu sahabatku," ucapku.

"Aku nggak nanya!" aku terkekeh saat dia sudah kembali ke semula.

"Maaf, tadi aku kasar. Aku terlalu emosi," kataku penuh sesal.

"Noprob, Om," ucapnya. Dia masih meringkuk.

"Tidurlah, kamu pasti lelah." Dia mengangguk dan memejamkan matanya.

Aku mengelus punggung telanjangnya, lalu kukecup kepalanya. Entah mengapa aku merasa sangat bahagia sekarang bercampur sedikit menyesal.

Aku mengamati wajahnya yang begitu damai. Napasnya teratur. Dia sudah tertidur rupanya. Aku mengelus wajahnya yang masih merah.

"Apa benar aku jatuh cinta padamu?"

"Maaf, harusnya aku tidak seperti ini" bisikku di telinganya.

Aku turun dari tempat tidur dan melangkah keluar dari kamar. Aku tidak sanggup melihat wajah polosnya, bahkan untuk malam ini sepertinya aku tidak bisa memejamkan mataku. Setiap mataku tertutup, bayangan dia memohon selalu muncul. Aku benar-benar bejat.

Apa yang harus kulakukan untuk menebus kesalahanku?

***

Continue Reading

You'll Also Like

2.6M 39K 51
Karena kematian orang tuanya yang disebabkan oleh bibinya sendiri, membuat Rindu bertekad untuk membalas dendam pada wanita itu. Dia sengaja tinggal...
2.1M 9.8K 17
LAPAK DEWASA 21++ JANGAN BACA KALAU MASIH BELUM CUKUP UMUR!! Bagian 21++ Di Karyakarsa beserta gambar giftnya. 🔞🔞 Alden Maheswara. Seorang siswa...
6.6M 339K 60
[SEBAGIAN DIPRIVATE, FOLLOW AUTHOR DULU SEBELUM BACA] Tanpa Cleo sadari, lelaki yang menjaganya itu adalah stalker gila yang bermimpi ingin merusakny...
391K 22K 29
Mature Content ❗❗❗ Lima tahun seorang Kaia habiskan hidupnya sebagai pekerja malam di Las Vegas. Bukan tanpa alasan, ayahnya sendiri menjualnya kepad...