I Love My Boss !

By dinidudul

49.3K 1.6K 18

Minta comment dan vote-nya ya readers Happy Reading ^^ More

Bab 1
Bab 3
Bab 4
Epilog

Bab 2

8.5K 337 1
By dinidudul

"Maaf, Pak saya datang terlambat." Tira sangat menyesal  karena ia datang telat ke kantor. Karena kejadian semalam, Tira harus menyelesaikan urusan di kantor polisi dan bank.

"Untuk kali ini saya maafkan tapi lain kali tidak akan saya maafkan."

"Iya, Pak."

"Handphone-mu mengapa tidak bisa dihubungi?" Tanya boss-nya.

"Maaf, Pak semalam tas saya kena jambret. Semuanya hilang, Pak termasuk handphone dan dompet saya. Untungnya semalam saya meninggalkan laptop di meja saya jadi kerjaan aman, Pak." Semua data pekerjaan Tira ada di laptopnya dan Tira tidak tahu akan bagaimana jadinya kalau laptop itu juga harus raib.

"Kamu masih bilang aman setelah kamu kena jambret? Bagaimana kamu bisa seceroboh itu, Tira?"

Tira masih menunduk, "Saya tidak sadar kalau ada yang mengikuti saya, Pak. Kebetulan jembatan busway sepi dan saya tidak bisa berbuat apa-apa."

"Jadi semalam kamu naik busway?"

Tira mengangguk. Tira mengutuk boss-nya dalam hati, ia baru sekali datang telat dan itupun hanya telat setengah jam tapi boss-nya sudah mengintrogasinya habis-habisan.

"Kamu tahu itu berbahaya apalagi kamu wanita. Mengapa kamu tidak naik taxi? Itu jauh lebih aman untuk kamu."

Tidak ada jaminan kalau Tira naik taxi ia akan aman. "Saya sudah biasa naik busway, Pak."

"Tapi kamu pulang larut malam, Ra tidak ada salahnya kamu naik taxi. Masa kamu tidak mampu naik taxi?"

Kali ini perkataan boss-nya menusuk hatinya. Tira naik busway bukan berarti dia tidak mampu naik taxi. Ia tidak menjawab perkataan boss-nya, dia masih diam menunduk.

"Yasudah, sejam lagi rapat akan dimulai. Tolong kamu persiapkan semuanya."

Tira mengangguk dan pergi meninggalkan ruangan boss-nya. Pagi-pagi Tira sudah dibuat bad mood oleh boss-nya itu. Tira pergi menuju ruang rapat dengan langkah kesal.

***

"Kamu bisa menyetir kan?" Tanya Raga sambil mengendalikan setir mobilnya.

"Bisa, Pak tapi belum begitu lancar." Jawab Tira datar.

"Kalau begitu, kamu coba ikut kursus mengemudi. Mulai minggu depan kamu yang membawa mobil ini."

"Maksudnya, Pak?"

"Jadi kalau ada kerjaan di luar kantor, saya tidak perlu menyetir seperti ini." Sebenarnya itu hanya alasan Raga agar tidak terjadi lagi kejadian seperti semalam yang menimpa Tira. "Dan kamu bisa membawa pulang mobil ini. Tapi itu artinya tugasmu bertambah, kamu yang akan mengantar jemput saya ke kantor dan kemanapun saya pergi."

"Tidak perlu, Pak.  Saya akan tetap belajar menyetir jadi kalau ada kerjaan di luar kantor seperti ini saya yang membawa mobil tapi tidak perlu sampai saya bawa pulang, Pak mobilnya." Tira mencoba mencari kata yang tepat untuk menolak permintaan boss-nya. Tira tidak keberatan kalau tugasnya bertambah tapi kalau sampai membawa pulang mobil boss-nya menurutnya itu terlalu berlebihan. "Kalau masalah pulang malam, saya juga sudah punya ojek langganan, Pak jadi semua aman."

Raga sudah menebak Tira pasti akan menolaknya tapi setidaknya Raga bisa bernafas sedikit lega mendengar kalimat terakhir yang disampaikan Tira. Raga tidak berkomentar lagi, mobilnya sudah masuk ke pelataran parkir salah satu pusat perbelanjaan yang terletak di jantung Ibu Kota.

Raga keluar dari mobilnya dan Tira mengikuti langkahnya dari belakang. "Kamu jalannya lelet banget sih, Ra? Kamu bukan keturunan siput atau kura-kura kan? " Raga menarik tangan Tira agar Tira tepat berada di sampingnya.

Tira menggerutu dalam hati, langkah boss-nya terlalu cepat sehingga Tira sulit menyamakan langkah boss-nya. Hal sekecil itupun saja sudah membuat boss-nya marah. Boss-nya selalu saja menuntutnya untuk ini itu.

Raga mengunjungi counter  handphone. "Kamu mau yang mana?" Tanya Raga.

"Yang mana apanya, Pak?"

"Kamu mau handphone yang mana?"

Tira pikir boss-nya itu membeli handpone untuk boss-nya sendiri tapi ternyata tidak. Walaupun boss-nya kadang suka ketus tapi dia masih peduli dengannya. "Tidak perlu, Pak. Saya bisa membelinya sendiri tapi nanti. Sementara saya akan gunakan handphone CDMA ini saja dulu, Pak. "

"Anggap saja ini hadiah untuk kamu karena kamu telah bekerja keras menyiapkan presentasi tadi siang dan sepertinya mereka puas." Tanpa meminta pendapat dari Tira lagi, Raga mencoba memilih handphone yang tepat untuk Tira. "Coba yang ini, Ko." Raga menunjuk handphone yang sama seperti punyanya.

Tira masih merasa tidak enak hati menerima pemberian boss-nya itu. "Bagaimana kalau saya menyicil untuk handphone ini, Pak? Bapak bisa memotong gaji saya setiap bulannya."

"Sudah saya bilang anggap saja ini bonus karena kerja kerasmu."

"Tapi kan itu memang sudah menjadi tugas saya, Pak."

"Kamu kenapa bisa kaya batu gini sih, Ra?"

Tira sempurna diam membisu, tidak berkomentar apa-apa lagi. 

Sebenarnya Raga tidak bermaksud membentak Tira tapi kalau dia tidak bersikap seperti itu pasti Tira terus menolak pemberiannya. Raga mengajak Tira ke toko pakaian, Raga mencoba memakai beberapa pakaian. Raga mencoba meminta pendapat dari Tira bermaksud untuk memecah keheningan di antara mereka berdua.

"Kalau menurut saya, Pak bapak terlihat tua pakai kemeja itu." Komentar Tira setelah melihat boss-nya keluar dari ruang ganti. Boss-nya mencoba kemeja lengan panjang dengan motif kotak-kotak. Sudah tiga kali boss-nya itu bolak-balik ke ruang ganti dan anehnya boss-nya percaya saja pada pendapat Tira padahal sebenarnya boss-nya itu selalu cocok mengenakan pakaian apapun.

Raga bersyukur di dalam hati karena sikap Tira sudah mulai cair kembali. "Bagaimana dengan ini?" Raga mengenakan jas abu-abu dengan dalaman kaos putih polos. 

Tira berpura-pura mengamati dirinya dengan jeli. 

"Kamu mau bilang saya terlihat tua lagi dengan ini?" Raga melotot ke arah Tira, mengancam Tira agar berhenti mengerjai dirinya.

Tira menutup mulutnya menahan tawa, ternyata boss-nya sadar kalau Tira sedang mengerjai boss-nya itu. Tira mengacungkan dua jempolnya,  "Tapi serius, Pak yang tadi-tadi benar nggak cocok buat bapak. Nah kalau ini cocok, bapak terlihat lebih muda."

"Jadi kamu bilang tampang saya ini tua?"

Tira tidak kuasa menahan tawa melihat expresi boss-nya. "Bapak yang bilang seperti itu ya bukan saya lho yang bilang."

"Kamu berani menertawai saya, Ra?" Baru kali ini Raga melihat Tira tertawa selepas itu di depannya. Biasanya Tira selalu menjaga sikap di depannya yang membuat hubungan Raga dengan Tira sedikit kaku. Mungkin Tira belum sepenuhnya bisa beradaptasi dengan Raga.

"Maaf, Pak saya hanya bercanda." Tira berhenti menertawai boss-nya dan bangkit dari duduknya. "Apa ada lagi, Pak yang bapak ingin beli?"

"Tidak, cukup ini saja." Raga kembali ke ruang ganti pakaian.

Sambil menunggu boss-nya, Tira melihat sekeliling toko. Sebenarnya ada sesuatu yang menarik perhatian Tira saat pertama ia masuk ke toko ini. Dress yang dipajang di depan toko terlihat sangat anggun sekali, sudah lama Tira tidak membeli dress. Tira mencoba menanyakan harga dress itu dan setelah mendengar harga dress itu ia mengurungkan niatnya untuk membeli dress tersebut.

"Kenapa, Ra?" Suara Raga membuat Tira kaget.

Tira tidak sadar kalau daritadi boss-nya sudah ada di belakangnya. "Sudah selesai, Pak?"

Raga mengangguk. "Tolong kamu bawa ini ke bagasi mobil dulu, nanti saya menyusul."

Tira pun menuruti perintah boss-nya, dia membawa tas belanjaan ke mobil boss-nya yang diparkir di basement. Sebenarnya Tira sangat menginginkan dress itu tapi karena harganya mahal ia mengurungkan niatnya. Butuh waktu tiga bulan mungkin untuk menabung membeli dress itu. Boss-nya memang beruntung, dia bisa dengan mudah membeli apa yang dia mau tanpa harus berpikir dua kali seperti dirinya.

Tira menaruh belanjaan boss-nya ke bagasi mobil kemudian masuk ke dalam menunggu boss-nya yang mungkin masih belanja. Tira baru tahu kalau ada pria yang hobby belanja seperti boss-nya itu. Sudah hampir lima belas menit tapi boss-nya belum juga menunjukan batang hidungnya. Tira menyandarkan kepalanya ke jendela mobil, ia sudah menguap  untuk ketiga kalinya. Pintu mobil ia buka sedikit, takut ia tertidur.

Raga yang membawa tas belanjaan memperhatikan Tira yang tertidur pulas di mobil. Mungkin Tira sudah lama menunggu sehingga dia ketiduran. Mengapa Tira ceroboh sekali? ia tertidur tapi pintu mobilnya sedikit terbuka. Raga masuk ke dalam mobil , ia membenarkan posisi tidur Tira dan  memakaikan seat belt.  Raga juga menutup pintu mobil dengan hati-hati agar Tira tidak terbangun. "Suatu saat saya harus mengatakan semuanya pada kamu." Raga berbisik di telinga Tira. Raga menjalankan mobilnya dengan sangat hati-hati karena banyak polisi tidur. Raga tidak ingin Tira terbangun karena goncangan. Jam sudah menunjukan pukul lima lewat jadi Raga tidak perlu ke kantor lagi. Raga mengarahkan mobilnya menuju apartemennya karena ia bingung harus mengantar Tira kemana karena ia tidak tahu di mana rumah Tira.





Continue Reading

You'll Also Like

6.1M 704K 53
FIKSI YA DIK! Davero Kalla Ardiaz, watak dinginnya seketika luluh saat melihat balita malang dan perempuan yang merawatnya. Reina Berish Daisy, perem...
15.5M 875K 28
- Devinisi jagain jodoh sendiri - "Gue kira jagain bocil biasa, eh ternyata jagain jodoh sendiri. Ternyata gini rasanya jagain jodoh sendiri, seru ju...
6.1M 479K 57
Menceritakan tentang gadis SMA yang dijodohkan dengan CEO muda, dia adalah Queenza Xiarra Narvadez dan Erlan Davilan Lergan. Bagaimana jadinya jika...
974K 71.5K 72
"You do not speak English?" (Kamu tidak bisa bahasa Inggris?) Tanya pria bule itu. "Ini dia bilang apa lagi??" Batin Ruby. "I...i...i...love you" uca...