My Hottest Love is YOU

Galing kay loveydanbo

110K 852 101

Aku Natha.. Aku adalah seorang wanita berusia 23 tahun dan hidup di dunia ini sebatang kara. Sejak bayi, aku... Higit pa

My Hottest Love is YOU
I'm Natha
Pertemuanku Denganmu
Kejutan Manis
Penyerahan
Cemburu
Pergi

Perjalanan

8.3K 88 14
Galing kay loveydanbo

Tiga

Ternyata yang dikatakan Harry benar. Selama aku tinggal di rumah ini, aku sama sekali tidak bisa melihatnya. Aku tidak tahu bahwa Harry bisa setega ini kepadaku. Untunglah semua anggota keluarga Harry sangat baik dan hangat kepadaku.

Jika kamu tanya aku menyesal atau tidak karena begitu saja bersedia menjadi milik Harry, maka akan aku jawab tidak. Harry benar-benar memperlakukanku dengan sangat spesial. Pakaian yang ada didalam lemari di kamar yang aku tempati ini adalah pakaian dari berbagai perancang terkenal dan telah menjadi milikku seluruhnya. Semua tas, sepatu dan perhiasan yang ada juga tidak kalah cantiknya.

Hanya ada satu hal yang membuatku menyesal yaitu aku tidak mempunyai nomer ponsel milik Harry. Ingin sekali aku menanyakan hal itu kepada keluarganya, tapi aku tidak memiliki keberanian untuk melakukan itu.

Ini adalah hari pernikahanku. Aku hanya bisa berharap dalam hati bahwa pernikahan ini hanya akan terjadi sekali seumur hidupku. Setelah selesai mandi, aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan sekarang. Masih dengan menggunakan jubah mandiku aku memilih pakaian dalam mana yang akan aku gunakan di acara penting ini. Aku hanya bingung harus memilih pakaian dalam yang biasa atau sebuah lingerie sexy, tentu saja ini semua adalah rancanganku sendiri. Setelah menimbang mau menggunakan yang mana, aku memilih menggunakan celana dalam berwarna hitam yang terbuat dari renda sehingga kulit putihku masih bisa terlihat.

"Selamat pagi.." sapa seseorang sambil mengetuk pintu kamarku.

"Selamat pagi.." aku membuka pintu itu dan membiarkan mereka masuk. Aku rasa dari penampilan mereka, mereka adalah orang yang bertanggung jawab terhadap apa yang aku pakai hari ini.

"Apa kau sudah melihat bagaimana gaun pengantinnya?" tanya wanita itu.

"Belum.." jawabku sambil menggelengkan kepalaku.

"Baiklah.. Akan aku perlihatkan nanti.. Sebaiknya kita bergegas" kata wanita itu dan memintaku duduk didepan cermin di kamar ini.

"Namaku Margareth" ucap wanita itu memperkenalkan dirinya.

"Aku Natha.." kataku.

"Kau adalah wanita yang beruntung. Tuan Harry tidak pernah sekalipun dekat dengan wanita manapun. Jujur saja saya sangat terkejut ketika mendengar permintaan Tuan Harry untuk merias calon pengantinnya" katanya panjang lebar sembari menata rambut panjang hitamku.

"Benarkah? Ya aku rasa aku memang beruntung" kataku. Mempunyai calon suami yang sangat tampan, lembut tapi kadang terlalu dingin dan tentu saja kaya raya adalah hal yang bisa dikatakan sebagai sebuah keberuntungan.

"Tuan Harry adalah laki-laki yang sangat dingin di hadapan wanita. Saya pikir beliau akan menikah di usianya setelah menginjak kepala 3" katanya. Aku bahkan tidak tahu berapa umur Harry saat ini.

Pembicaraan mengalir begitu saja antara aku dan margareth, dan sudah tiba saatnya. Setelah mengenakan gaun pengantin yang benar-benar sangat luar biasa menakjubkan ini, aku mematut diriku di depan cermin. Aku tidak tahu bagaiman ukuran gaun ini sangat pas dengan ukuran tubuhku. Gaun ini terlihat begitu mahal walaupun dengan bentuk yang sederhana. Rok gaun ini hanya berada beberapa centi di atas lututku sehingga tidak sia-sia aku memakai sepatu cantik karena akan terlihat sangat jelas, sedangkan bagian belakang memiliki ekor gaun yang menjuntai 1 meter di lantai. Aku pikir bagian dada gaun ini akan mengekspos payudaraku, ternyata aku salah karena potongan gaun ini menutupi leherku dengan sangat sempurna tapi sangat mengekspos punggungku tapi hal itupun tertutup dengan hiasan kepalaku yang menjuntai sampai di pinggangku.

"Kau cantik sekali. Ayo keluar" kata Margareth. Sambil memegang bucket bunga yang sangat indah, aku melangkahkan kakiku dengan mantap. Setibanya di tempat upacara pernikahan berlangsung, tidak ada hal yang bernama biasa-biasa saja. Aku harus mengakui bahwa Harry memang sangat luar biasa. Mengingatnya membuatku merasa marah karena dia sudah berani-beraninya meninggalkanku sendirian.

"Silahkan Nona. Pegang tanganku" aku mendongak menatap seorang pria yang memiliki postur tubuh tinggi dan besar. Setelah aku menggandeng tangannya, dia membawaku secara perlahan masuk kedalam ruangan yang akan menjadi saksi pernikahanku. Ini bukanlah pernikahan kontrak atau apapun sejenisnya. Pernikahan ini terjadi atas dasar kesepakatan kami berdua. Jika orang yang dengan sepakat menikah adalah orang yang saling mencintai, hal itu belum terjadi kepada kami.

"Apa kau gugup?" tanya laki-laki di sampingku yang masih membimbingku untuk berjalan.

"Sedikit" jawabku jujur. Peristiwa yang akan mengubah hidupmu tentu saja akan membuatmu merasa tegang dan gugup kan?

"Baiklah. Sudah sampai. Semoga kau berbahagia" ucap laki-laki itu dan memberikan tanganku kepada laki-laki yang telah dengan gagahnya berdiri dihadapanku. Selama perjalanan aku merasa sangat gugup sehingga aku tidak melihat bagaimana sosok yang akan mendampingi di seluruh sisa hidupku telah berdiri dan siap menerimaku. Penampilannya sungguh luar biasa. Lututku terasa sangat lemas. Untunglah wajahku masih tertutup oleh hiasan kepala yang akan di buka oleh Harry jika upacara yang paling penting terjadi. Harry menggenggam tanganku dengan sangat kuat seakan tidak ingin melepaskanku. Setelah ucap janji setia dan pemasangan cincin terdengar riuh kegembiraan dari orang-orang yang hadir di sini.

"Kamu.. Tidak akan ada kata sendiri lagi di hidupmu.. Aku akan menjadi penopangmu.. Pegang tanganku dan tatap mataku.." seperti tersihir oleh kata-kata Harry aku hanya menganggukkan kepalaku dan mendapati senyum kepuasan di wajah Harry. Secara perlahan Harry mulai membuka hiasan kepalaku. Wajahnya semakin mendekat kearah wajahku. Nafasnya yang sangat hangat terasa jelas menerpa kulit wajahku. Wangi tubuhnya yang sudah 4hari tidak bisa aku cium akhirnya memenuhi indra penciumanku. Tidak ada yang aneh sedikitpun dengan bibirku, karena Harry lebih tertarik dengan keningku daripada bibirku.

"Aku akan menunda resepsi kita setelah bulan madu kita selesai" kata Harry setelah mencium keningku. Hanya anggukanku sebagai jawabannya. Karena sejujurnya aku sedikit kecewa ketika Harry lebih memilih keningku daripada bibirku.

"Aku tidak akan tahan jika harus mencium bibirmu saat ini. Masih ada perjalanan sangat panjang untuk kita sampai di benua Eropa" Harry berbisik di telingaku. Apa bulan madu? Benua Eropa?

"Jadi kita akan berangkat ke Eropa untuk bulan madu?" tanyaku tak percaya dan membuat mataku sangat bulat.

"Begitulah. Ini sebagai permintaan maafku karena telah meninggalkanmu sendirian kemarin" Harry mengelus punggungku yang terbuka dengan tangan hangatnya. Perlakuan seperti itu saja bisa membuatku mati berdiri jika aku tidak menaikkan tingkat gengsiku saat ini.

"Kau sadar juga jika salah" kataku dengan nada suara merajuk dan memajukan bibirku.

"Ahh.. Bibirmu itu benar-benar.." kata-katanya terhenti dan langsung menarikku ke dalam mobil.

*****

Bisakah kamu menebak sesuatu apa yang sedang terjadi denganku?

Misalnya, kira-kira saat ini aku sedang berada dimana?

Apa yang sedang aku lakukan?

Bagaimana keadaanku?

Atau aku sedang akan kemana?

Baiklah, akan aku jelaskan.

Hal yang tidak pernah aku bayangkan sebelumnya, saat ini terjadi kepadaku. Aku sendiri juga tidak mempercayai apa yang sedang aku alami saat ini. Aku berada di dalam sebuah pesawat pribadi milik suamiku, aku hanya berdua dengannya ditemani dengan 5 orang menyeramkan yang baru aku ketahui mereka adalah body guard suamiku dan awak pesawat pribadi milik suamiku.

Aku pikir, aku akan duduk di kursi yang berjajar rapi di dalam pesawat tapi ternyata aku malah salah. Saat ini aku sedang berbaring sendirian di sebuah tempat tidur di ruang pribadi milik suamiku di pesawat ini, sedangkan suamiku sendiri entah melakukan apa dan berada dimanapun aku tidak tahu. Aku senang memanggilnya dengan suamiku karena dia adalah milikku.

Aku merasa seperti seorang istri yang tidak di inginkan oleh suami. Kenapa aku berkata seperti itu? Setelah ucap janji setia dia malah memilih keningku daripada bibirku dan sekarang aku berbaring sendiri di tempat tidur yang sangat luas ini tanpa tahu dimana suamiku itu berada.

Sekarang kekesalanku sepertinya meningkat, sangat meningkat. Terserah laki-laki itu saja ingin melakukan apa, aku tidak akan memperdulikannya. Kita lihat saja nanti, sejauh apa laki-laki itu mampu menghadapi wanita sepertiku. Aku mendengus kesal dan berusaha sekuat tenaga untuk memejamkan mataku. Walaupun aku tidak merasa lelah sedikitpun walaupun baru saja menikah, karena jujur saja aku tidak merasa seperti orang menikah. Aku tidak ikut memilih apapun yang ada di dalam upacara pernikahanku, yang aku tahu aku telah resmi menjadi Ms.Harry sejak tadi pagi.

Sampai aku membuka mataku kembali, aku tidak melihat ada siapapun ada di ruangan ini kecuali aku. Setelah mencuci muka, aku memutuskan untuk keluar dari ruangan ini. Semuanya kosong. Tidak ada siapapun yang aku lihat. Aku memilih duduk di kursi pesawat dan memandang keluar jendela. Entah masih sejauh apa lagi hingga pad akhirnya aku akan sampai di tempat yang aku tuju. Aku mendengar suara beberapa orang tengah bercakap-cakap dari kejauhan, entah apa yang mereka bicarakan karena suara mereka hanya terdengar samar-samar di telingaku. Aku mendengar suara langkah kaki mendekat ke arahku, aku memejamkan mataku dan sekuat tenaga mulai mengatur nafasku secara stabil sebagai tanda bahwa aku tertidur.

"Astaga.. Kau membuatku takut" kata laki-laki yang saat ini tengah membuatku sangat kesal. Aku tidak menggubrisnya, karena aku sedang dalam kondisi tidur maksudku "Pura-pura tidur". Biar saja! Biar dia tahu rasa!

Aku merasakan sebuah selimut menutupi tubuhku dan merasakan seseorang duduk di sampingku.

"Apa kamu marah?" tanya laki-laki itu.

'sangat' jawabku dalam hati.

"Apa kamu memaafkan aku?" tanyanya lagi. Dia harusnya kan menganggapku tidur, kenapa malah mengajakku berbicara.

'Aku akan membalasmu dan tidak akan memaafkanmu' kataku dalam hati. Berani-beraninya dia mempermainkan aku.

"Tuan.. Semua sudah siap" kata seseorang. Mungkin salah satu kaki tangan Harry.

"Baiklah. Minta Raya untuk menjaga istriku" kata laki-laki yang sangat menyebalkan itu. Apa tadi katanya? Istriku? Yang benar saja... Demi Tuhan, aku sangat menyukai panggilan itu. Natha.. Kamu harus meningkatkan gengsimu 100x lipat. Jangan terlihat terlalu murah dihadapan laki-laki ini.

Setelah Harry meninggalkanku sendiri lagi untuk kesekian kalinya, aku membuka mataku. Aku melewati waktu demi waktu yang sangat membosankan di dalam pesawat ini seorang diri. Tidak tahu apa yang harus aku lakukan. Bahkan untuk sekedar air putih saja aku tidak meminumnya.

"Maaf Nona, anda sudah bangun?" tanya seorang wanita berpakaian hitam di sebelahku.

"Hmm.." jawabku. Memang sejak kapan aku tidur?

"Apa anda ingin memakan sesuatu Nona?" tanyanya sopan.

"Tidak. Terimakasih" kataku tidak peduli. Moodku memang sedang sangat buruk.

"Baiklah Nona, saya permisi" katanya masih dengan nada formal dan segera pergi meninggalkanku.

Biarlah saja sekalian badanku terjatuh sakit bukan hanya hatiku saja. Jika maag akut yang aku miliki bisa membuatku mati, akan aku terima jika harus kumat saat ini.

Akhirnya pesawatpun mendarat di landasannya. Jika orang akan merasa bagai di surga ketika melakukan bulan madu, maka aku merasa bagai di neraka. Ternyata ini adalah kota London. Aku baru tahu ketika aku keluar pesawat ini seorang diri. Suamiku? Entahlah...

"Bisakah aku berjalan kaki saja keluar dari bandara ini?" tanyaku. Aku melihat beberapa mobil mewah berjajar rapi di hadapanku.

"Maaf Nona, tapi suhu disini sangat dingin" kata seorang wanita yang jika aku tidak salah namanya adalah Raya.

"Aku memakai mantel" kataku sembari menunjuk mantel yang aku pakai.

"Kamu harus tetap berada di sampingku" kata seseorang yang tiba-tiba saja berada di belakangku. Mendadak moodku semakin buruh.

"Aku menolak" kataku dingin. Entah mengapa aku sangat marah dengannya.

Aku berjalan meninggalkannya. Yang aku inginkan adalah sendiri. Seperti yang aku harapkan, tidak ada pencegahan sedikitpun darinya. Suasana kota London benar-benar sangat luar biasa indah. Aku menyusuri jalan-jalan yang penuh sesak dengan orang-orang yang berlalu lalang. Aku memilih mengamati beberapa bangunan yang luar biasa daripada masuk kedalam toko untuk membeli baju atau apapun semacamnya.

Aku tahu aku di ikuti oleh beberapa orang di belakangku, tidak masalah selama mereka tidak mengangguku.

Apa aku butuh Harry? Jawabku tidak.

Apa aku ingin dia di sampingku? Jawabku adalah tidak.

Apa aku ingin dia memanggil namaku saat ini? Jawabku adalah tidak.

Baiklah, sekarang perutku mulai menunjukkan gejala aneh. Sepertinya keinginanku untuk terserang maag saat ini benar-benar terjadi. Bisa dikatakan 2hari aku tidak mengisi perutku dengan makanan. Entah siapa disini yang kejam. Aku semakin limbung, rasa sakit teramat di perutku dan dingin yang menusuk tulangku merusak sebagian keseimbanganku.

Bahkan seluruhnya.......

*****

Aku merasakan sesuatu yang hangat melingkupi tubuhku. Jika itu adalah selimut, ingin sekali aku merapatkannya ke tubuhku. Jika itu adalah guling, ingin sekali aku mendekapnya dengan erat. Aku berusaha memusatkan konsentrasiku, kehangatan ini bukanlah sebuah selimut juga bukanlah sebuah guling.

Aku membuka mataku dan mendapati seseorang tengah memelukku dengan kedua tangannya yang kokoh dan mendekapku kedalam pelukannya yang hangat. Dia disini.. Bersamaku.. Memelukku..

Apa? Apa yang terjadi?

Refleks aku menjauhkan tubuhku darinya. Harry nampak terkejut atas apa yang aku lakukan.

"akhirnya.." katanya dengan nada suara lega dan bergerak mendekatiku. Aku yang sedang tidak ingin berdekatan dengannya, akhirnya memilih bangkit dari tempat tidur. Aku kira aku akan berdiri dengan sempurna setelah turun dari tempat tidur, tapi yang ada aku justru jatuh terduduk di lantai.

"Astaga.. Natha.." Harry ikut beranjak dari tempat tidur dan mendekatiku.

"Jangan mendekat. Kamu kejam" kataku dengan nada suara bergetar.

"Natha..." dia berkata dengan nada suara frustasi dan tetap mendekat ke arahku.

"Jangan mendekat...." akhirnya aku menangis. Entah tangis untuk apa. Yang aku mau hanya menangis saat ini.

"Maafkan aku Natha.." Harry sama sekali tidak menggubris apa mauku. Dia tetap mendekat kearahku dan memelukku sesaat sebelum akhirnya mengangkatku kembali ke tempat tidur.

"Sssstttt.... Jangan menangis lagi..." laki-laki ini memelukku dengan sangat kuat. Membiarkanku menangis di dadanya.

TBC

Ipagpatuloy ang Pagbabasa

Magugustuhan mo rin

622K 2.1K 13
LAPAK DEWASA 21++ JANGAN BACA KALAU MASIH BELUM CUKUP UMUR!! Bagian 21++ Di Karyakarsa beserta gambar giftnya. 🔞🔞 Alden Maheswara. Seorang siswa...
375K 39.9K 22
Karmina Adhikari, pegawai korporat yang tengah asyik membaca komik kesukaannya, harus mengalami kejadian tragis karena handphonenya dijambret dan ia...
470K 39K 31
Arvi dan San adalah sepasang kekasih. Keduanya saling mencintai tapi kadang kala sikap San membuat Arvi ragu, jika sang dominan juga mencintainya. Sa...
358K 42.6K 43
Ini adalah Kisah dari Kila. Kila Prastika yang ternyata memiliki seorang bapak kos yang kebelet kawin ... "Nikah sama saya, kosmu gratis seumur hidu...