Happy Ending

Da thelovewarriors

1.5K 23 7

Kisah ini bercerita tentang 2 orang sahabat yang bernama Park Hyo Rin dan Naotsu Tashiki. Hyo Rin mencintai s... Altro

Part 1: Pertemuan
Part 2: The Vast-Brown-Man
Part 3: Scene that She Doesn't Want to See
Part 4: The Piano Guy
Part 5: Hyo's Disappearance
Part 6: The Baseball Man's Sadness
Part 7: Different Atmosphere
Part 8: That Rainy Day
Part 9: Unconscious

Part 10: Missunderstanding Part 1

51 1 0
Da thelovewarriors

Tashiki's POV

Aku berbaring di ranjangku. Ini kedua kalinya Nino mengantarku pulang ke rumah. Aku menatap langit-langit kamarku dan teringat ketika aku merasakan kehangatan di tengah dinginnya cuaca. Aku tidak tahu, but I feel safe whenever I go with him, beside him.

Aku mengucek mataku untuk menyadarkanku dari lamunan ini. Dasar suara batin mengganggu! Tapi sejujurnya ini memang benar. Aku senang kalau ada dia. Dan entah kenapa, aku sekarang sudah sedikit melupakan Henry. Senyuman terakhirnya yang di laboratorium pun aku sudah lupa. Ah, oke, aku benar-benar sudah kelewatan. Lebih baik aku memejamkan mataku untuk beristirahat.

•••

Nino memarkirkan motornya di garasi sebelah rumah temannya ini. Dia membunyikan bel, dan keluarlah seorang dansei (cowok) bertubuh tinggi dan kurus seperti dirinya.

"Nino-kun, kenapa kau ke sini?" Tanya dansei tersebut.

"Memangnya aku tidak boleh masuk? Di luar sini dingin, baka! Aku kehujanan!" bentak Nino.

Dansei tinggi itu tertawa, "Jodan desu yo, Nino-kun (aku hanya bercanda)." lalu dia membukakan pintu pagar, Nino langsung masuk, dan membuka jaket motornya itu.

"Kau habis dari mana?" Tanya dansei itu.

"Aku dari universitas, Aibaka." Nino menggantung jaketnya di meja teras. "Aku boleh meminjam bajumu?" Aiba tersenyum dan mengangguk. "Arigatou ne! (makasih, ya!)" Nino menyeruput ocha yang dibuatkan oleh Aiba dan duduk di depan perapian dengan selimut menyelimuti dirinya. Aiba duduk di sebelahnya dengan ochanya juga.

Aiba melirik Nino yang sedaritadi tersenyum dengan malu. "Pasti ada sesuatu terjadi. Katakan! Katakan, Nino, KATAKAN!" Aiba mengguncang-guncang pundak Nino.

Nino hanya tertawa terbahak-bahak, "Kau tak akan mempercayai ini, Aiba. IT WAS SUGOOOII! (kereeeenn!)" Nino melepas tangan Aiba dari pundaknya dan tersenyum lebar.

"Please, tell meee."

"oke oke, I'll tell you." Lalu Nino menceritakannya dengan detail. Aiba memasang ekspresi wow! I can't believe it! Oke, dia memang sedikit lebay, tapi memang seperti itu orangnya.

"HONTOU NI? (benarkah?)"

"Ne! (iya!)" jawab Nino dengan senyum lebar khasnya. "Yah, tapi aku sedikit kasihan sama Ta-chan." Nino sedikit menundukkan kepalanya.

"Doshite? (kenapa?)" Tanya Aiba.

"Penyakitnya itu, sepertinya dia tidak tahan dengan dingin." Jelas Nino sambil menyeruput ochanya. Aiba hanya mengelus-elus punggung sahabatnya yang berbadan LCD itu.

•••

Tashiki bersenandung kecil saat melewati jalanan di dekat stadion klub Inggris raksasa Manchester United.

"Irasshaimase!" Tashiki memasuki sebuah minimarket Jepang. Dengan gembira ia mengambil beberapa barang dan makanan. Ia ingin berterima kasih kepada seseorang yang beberapa waktu ini menyita perhatiannya.

•••

Hyo Rin berguling-guling di kamarnya sedangkan Kyu Hyun masih sibuk dengan PS nya, dia memang bermain di dalam kamar Hyo Rin dan Dong Hae dengan segepok bukunya, Cho Ah Ra terdengar sedang bersenandung manis di dapur bersama Lee Dong Hwa.

"Oppa! Menurutmu apakah lebih baik aku memberi seseorang hadiah?" tanya Hyo Rin.

Dong Hae menoleh lalu ia berjalan menuju tempat tidur Hyo Rin dan duduk di pinggiran tempat tidur lalu ia menatap yeoja kesayangannya itu. "Daebak! (hebat!)" ucapnya singkat dengan kedua jempol yang diacungkan, sedangkan Kyu Hyun manggut-manggut membenarkan, mereka berpikir adiknya akan akur dengan orang yang mereka tebak, namun...

•••

Hyo's POV

Kutaruh sebuah kotak gimbab (sushi Korea) di dekat loker pemain baseball. Yah, akhirnya aku akan memberi Nino sebuah hadiah kecil. Semalam aku belajar dengan Ah Ra eonnie bagaimana cara membuat gimbab, dan hasilnya nggak jelek-jelek amat. Ah, aku berharap Nino akan merasa senang dengan hadiah kecil ini, walaupun tidak seberapa.

Dengan cepat aku berbalik dan berlari untuk bersembunyi di belakang loker para pemain baseball yang lain. Semoga tidak ada yang lewat.

5 menit berlalu. Ku cek jam tanganku, memang tidak ada orang yang datang, mungkin Nino sedang beristirahat, dan sebentar lagi dia akan datang. Dengan sabar aku bersender di loker yang dingin. Seketika aku mengingat kejadian tempo hari yang lalu. Mengenai Henry. Pingsan. Ah, itu dia! Ada yang datang!

•••

Hyo Rin mengintip orang yang datang tersebut di balik loker. Dia sangat berharap itu Nino dan dia sedang sendiri.

DEG.

Jantung Hyo Rin seakan tertohok. Yang ia lihat bukanlah Ninomiya ataupun Kazunari. Yang ia lihat ialah sahabatnya sendiri, Naotsu Tashiki. Yeoja tersebut sedang berjalan menuju sebuah loker, dan dia membuka loker tersebut lalu mengambil sebuah air mineral dan menutupnya kembali. "Untuk Jun?" batin Hyo Rin bertanya-tanya.

TAP TAP TAP.

"Tashiki-chan?" Hyo Rin semakin kaget saat ia melihat Nino masuk dan berhenti tepat di depan Tashiki.

"Apa? Ah, aku..." Tashiki berniat menunjukkan botol mineralnya namun dia tertegun saat Nino mengambil sebuah kotak berwarna kuning lalu membukanya. Seketika matanya berbinar bahagia.

"Untukku? Dari kamu?" tanya Nino.

Tashiki mengernyitkan dahinya bingung, "O-ore? (aku?)"

GREB.

Bola mata Tashiki dan Hyo Rin melebar. "Arigato! Arigato gozaimasu! (terima kasih! Terima kasih!)" ucap Nino sembari memeluk Tashiki dengan erat, dia bahagia karena ternyata orang yang ia cintai sangat memperhatikannya. Tashiki tertegun di tempat, dengan keadaan ia masih dipeluk oleh Nino.

Hyo Rin berbalik perlahan. Boleh saja, boleh saja! Boleh saja Tashiki menyukai Nino. Tapi... Tapi Nino tidak perlu seperti itu! Itu menyakitkan! Terlalu menyakitkan bagi seseorang yang ia sendiri belum bisa memilih antara dua yang ia rasakan. Park Hyo Rin. Ia belum bisa.

Hyo Rin memegang dadanya. Sesak. Perlahan 2 sungai kecil mengalir di pipinya. Dia melirik sahabatnya yang tengah digenggam tangannya oleh seseorang yang ia sendiri belum menyadari apakah ia mencintainya atau tidak. Tidak. Ini bukan salah sahabatnya yang polos itu. Dia terlalu cuek untuk terjerumus di masalah yang sungguh rumit ini. Dan juga bukan salah Nino. Ia tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Ini salah Hyo Rin. Ini salah seorang Park Hyo Rin. Yang salah membuat sebuah pilihan. Yaitu mencintai seorang Ninomiya.

Dengan berat ia melangkahkan kakinya keluar dari daerah yang sungguh membuatnya seperti kehabisan oksigen.

"Hyo?" Hyo Rin menoleh saat seseorang menyebut namanya. Dilihatnya Henry dengan t-shirt putihnya. Dia terlihat tampan sekali hari ini. Hyo Rin kembali membuang mukanya ke lain arah. "Hyo-a wae keurae? (ada apa?)" tanya Henry, dia mendekati Hyo Rin, lalu ia menyentuh pundak yeoja yang ia cintai itu, yang membuatnya pusing bukan kepalang karena tingkahnya yang ogah-ogahan namun membuat orang penasaran itu. Hyo Rin menepis tangan Henry, lalu ia dengan sedikit cepat berjalan meninggalkan namja tampan berwajah chubby itu.

Seketika tapakan kaki Hyo Rin terhenti saat seseorang menggenggam tangannya dengan erat. Tidak! Dia menggenggam tangan Hyo Rin dengan sangat erat! Sangat! "Jebal kajima, geumanhae. Nan apa. Dangshineun ireon sarang hajimalja (kumohon jangan tinggalkan aku, aku sakit. Aku lebih baik tidak pernah merasakan cinta ini). Apa aku harus berkata seperti itu? Geurohke ne yeopeman isseojwoyo (tetaplah berada di sisiku seperti ini)." Henry menatap Hyo Rin dalam. Ia sudah terlalu capek dianggap benalu oleh Hyo Rin, ia ingin ada ukiran namanya di hati yeoja yang terkadang suka meledak-ledak tanpa jelas itu. Ia ingin bersama yeoja itu.

Hyo Rin membalas tatapan Henry dengan nanar, "I am broken." lirihnya, Hyo Rin merasa lututnya lemas, dia seakan-akan tidak bisa berdiri dengan tegap, dia terlalu lemah sekarang. Pertahanannya seakan-akan runtuh sekejap. Henry menangkap tubuh Hyo Rin yang hampir tumbang tersebut lalu ia menuntun Hyo Rin menuju taman sekolah.

Hyo Rin sedikit terisak, sedangkan Henry menatap nanar gadis pujaannya itu. "Hyo, wae keurae? Malhaebwayo (ada apa? Bicaralah)." ucap Henry.

Hyo Rin menatap Henry lalu ia menggeleng kecil, "Apa ini yang kau rasakan?" Hyo Rin menatap Henry sembari menunjuk air matanya.

Henry mengernyitkan dahinya bingung. "Mwo? Museun Soriya Hyo Rin-a? (apa? Apa yang kamu katakana Hyo Rin-a?)"

"My heart's broken. To a pieces."

•••

Hyo's POV

Ku arahkan pandanganku ke arah sebuah taman, di situlah mereka berada, bercanda tertawa. Angin tak berhenti membelai wajahku dan menerbangkan beberapa helai rambutku. Sinar matahari yang sebentar lagi akan berganti menjadi siluet jingga lalu bergantilah sang raja menjadi sang dewi malam.

"Sarang. Cham apeuda. Neomu apeuda. Sarangiraseo? Apeun marhaji malgi (Cinta itu menyakitkan. sangat menyakitkan. Jatuh cinta? Such hurtsful words)." lirihku, perlahan kubalikkan badan dan berjalan menjauh.

"Annyeong nae sarang. Johahaeyo, jeongmal. Saranghae. (Goodbye my love. I like you. Really. I love you)."

•••

"Night everyone! Bye!" dengan cepat kutapakkan kakiku menuju gerbang universitas.

"Kyu!" aku memeluk Kyu Hyun dari belakang, lalu aku segera melepas pelukanku dan melompat ke depannya. "Hey!" aku melambaikan tanganku sembari tersenyum riang.

Kyu Hyun hanya mengangkat satu alisnya, "Hyung, adikmu ini kenapa?" Kyu Hyun menunjukku dengan jari telunjuknya sedangkan kepalanya menoleh ke arah Dong Hae yang kulihat dia sedang sibuk dengan kamera SLRnya. Dasar anak itu!

Aku mengerucutkan bibirku. "Memang aku kenapa? Aku kan nggak apa-apa!" aku mendongakkan daguku bersikap seakan-akan aku ini bangsawan terkenal. Lalu kutengokkan kepalaku ke arah kanan.

Mereka... Nino dengan motor besarnya-yang bahkan sama sekali belum kusentuh ataupun kunaiki-dan Tashiki dengan tangan menggenggam helm kuning, yang kuyakin itu adalah milik Nino. Kembali kurasakan sesuatu hangat mengalir melalui pipiku.

"Hyo Rin." dengan segera kuhapus air mataku saat seseorang memanggil namaku.

"Henry?" dengan segera aku kembali mengelap seluruh air mata ysng masih mengalir. "Geumanhae, Uljima. Jebal. (Hentikan, kumohon. Jangan menangis)." Henry menatapku.

Aku menatapnya balik, lalu aku menggeleng, "Entahlah Henry, ini sulit sekali." lirihku.

GREB.

Mataku terbelalak saat seseorang menggenggam tanganku dengan erat. "Henry... Neo (Henry... Kau)." ucapanku terhenti saat Henry membuka mulutnya.

"Johahaeyo, otte? (Aku menyukaimu, bagaimana?)"

Continua a leggere

Ti piacerà anche

377K 13.5K 58
𝐈𝐍 𝐖𝐇𝐈𝐂𝐇 Ellie Sloan reunites with her older brother when her hospital merges with his jackson avery x ellie sloan (oc) season six ━ season se...
1.1M 38.1K 63
𝐒𝐓𝐀𝐑𝐆𝐈𝐑𝐋 ──── ❝i just wanna see you shine, 'cause i know you are a stargirl!❞ 𝐈𝐍 𝐖𝐇𝐈𝐂𝐇 jude bellingham finally manages to shoot...
243K 8.7K 99
Ahsoka Velaryon. Unlike her brothers Jacaerys, Lucaerys, and Joffery. Ahsoka was born with stark white hair that was incredibly thick and coarse, eye...
241K 11.1K 32
Desperate for money to pay off your debts, you sign up for a program that allows you to sell your blood to vampires. At first, everything is fine, an...