Exchanging Life (Full Modern...

By Kim_Hyo07

58.4K 6K 379

Kim Tae Hyung dan Park Jimin adalah sepasang sahabat yang memiliki sifat, pemikiran, dan juga gaya hidup berb... More

First, "Foolish Desires Come True"
Second, "First Day of School"
Third, "New Life"
Fourth, "School Study Group"
Fifth, "Pregnant?!"
Sixth, "The Same Person with Different Body"
Seventh, "Suspicion that Peaked"
Eight, "Seulgi's True Feeling"
Ninth, "A Relationship that Has Been Broken"
Tenth, "Jimin's Recognition"
Eleventh, "First Day of Dating"
Twelfth, "Hospital"
Thirteenth, "Stupid Belief"
Fourteenth, "Jealous??"
Fifteenth, "Dilemma"
Sixteenth, "Reassuring Kiss"
Seventeenth, "The Yellow's Book"
Eighteenth, "Again, The Stupid Belief"
Nineteenth, "Be My Girlfriend"
Twentieth, "Six Months that Forgotten"
Twenty First, "The Return of Pulsating Heart"
The Twenty-Second, "The Return of Jimin's Memories"
Twenty-Third, "Back from The Start"
Illusion
Attention

Prologue

10.3K 488 7
By Kim_Hyo07

Author : Kim Hyo Wook (Rima Gustia)

Main Cast : Kim Tae Hyung (BTS), Park Jimin (BTS), Kang Seulgi (Red Velvet), Irene Bae (Red Velvet)

Support Cast : You Can See in This Story

Genre : School Life/?, Fantasy, Comedy, Romance, Friendship

Lenght : Chapter

Rating : T

Warning!! Typo bertebaran di mana-mana bagaikan ranjau laut!! This Story is so abal-abal/? Karena sudah terlanjur berkunjung, mohon tinggalkan jejak ne... Happy Reading!!

Prologue

"kau sudah ingin berangkat, Jimin-ah?" ucap seorang yeoja paruhbaya ketika melihat puteranya tengah melahap sandwich yang ia buat dengan terburu-buru, lalu segera meminum susunya. "ne, eomma. Aku harus segera menjemput Tae Hyung," jawab namja itu, Park Jimin. Sang ayah hanya bisa menggelengkan kepalanya pelan melihat tingkah putera satu-satunya itu.

"arrasseo. Hati-hati di jalan, ne?" ucap eommanya kemudian. "ne, eomma. Kalge~!" ucap Jimin setelah mencium kedua pipi ayah dan ibunya lalu keluar dari rumah berukuran besar tersebut setengah berlari. Ya, begitu lah Park Jimin. Seorang namja periang, ramah, sangat menyayangi kedua orang tuanya. Ia memiliki semuanya. Kasih sayang kedua orang tuanya, harta melimpah, juga seorang sahabat yang sangat baik menurutnya.

Namun satu hal yang membuat namja itu mendapatkan nilai min di mata banyak orang. Dia itu pemalas, dan tidak suka belajar. Dia juga terkadang senang sekali menjahili teman-temannya. Mungkin hal itu lah yang membuat beberapa orang tidak menyukainya. Dan... ya, itu lah Park Jimin, namja yang tengah mengendarai sebuah mobil dengan merk Hyundai-KIA berwarna silver miliknya.

Mobil itu pun akhirnya terhenti di depan halaman sebuah rumah berukuran minimalis, tidak terlalu besar dan bercat putih. Pagar rumah itu terbuat dari kayu setinggi 1, 5 meter dengan cat berwarna putih senada dengan dinding rumah tersebut. Dan Jimin pun segera turun dari mobilnya, bergerak membuka pagar yang memang tidak pernah dikunci itu dan bergegas masuk untuk mendekat ke arah pintu kayu berwarna cokelat gelap polos tersebut.

Pranngg!!

Dan tepat sedetik sebelum kepalan tangan namja itu menyentuh pintu rumah tersebut, suara pecahan barang terdengar begitu jelas di kedua telinga namja itu. Ya, tentu saja berasal dari dalam rumah itu. Memangnya mau berasal dari mana lagi? Dan hal yang lebih membuatnya terkejut lagi adalah, ketika tiba-tiba saja seorang namja muncul dari balik pintu tersebut, dengan ekspresi dingin seperti biasanya, dan sebuah ringisan yang keluar dari bibir tipisnya akibat ketukan Jimin pada wajahnya.

Kim Tae Hyung.

Namja itu memandang Jimin dingin, sama seperti biasanya. "ck, kau ini. Harusnya kau lihat-lihat dulu sebelum menggerakan tanganmu itu sembarangan," ucapnya sambil mengusap keningnya yang tadi diketuk oleh Jimin dengan hentakan yang cukup kuat. Dan Jimin sendiri hanya menunjukan cengiran bodohnya merespon ucapan Tae Hyung tadi. "ehm... yang tadi itu suara apa?"

"tentu saja itu suara pecahan benda kaca. Kau tidak mungkin sepabbo itu untuk tidak bisa mengetahui suara apa barusan, kan?" jawab Tae Hyung datar sembari menutup kembali pintu rumahnya, lalu melangkahkan kakinya lebih dulu menuju mobil Jimin yang berada di depan pekarangan rumahnya. Jimin hanya mempoutkan bibirnya, lalu mengikuti langkah kaki namja itu.

"aku tahu itu suara pecahan kaca. Tapi yang aku tanyakan adalah kenapa suara pecahan kaca itu bisa terjadi," jelas Jimin, namun tidak ditanggapi oleh Tae Hyung. Namja itu malah main masuk seenaknya ke dalam mobil Jimin lebih dulu. Membuat Jimin sedikit terperangah dan mengangakan sedikit mulutnya. 'ck, dasar tidak sopan.' Akhirnya namja itu pun segera masuk ke dalam mobilnya, dan mulai menyalakan mesin mobilnya untuk segera melaju ke arah sekolah mereka, Hannyoung High School.

Sebenarnya dengan sekolah yang sebenarnya sangat ketat dalam masalah penerimaan muridnya, harusnya Jimin tidak diterima di sana dengan nilai akademis yang tidak memadai. Namun karena keahliannya dalam hal seni -terutama seni tari dan vocal- juga prestasi atletiknya yang sangat baik, akhirnya namja itu berhasil diterima di sekolah itu.

Tapi untuk Tae Hyung sendiri, dia memang sangat pantas berada di sekolah itu. Namja itu sangat pandai dalam hal akademis. Ia juga memiliki bakat vocal yang bagus, juga prestasi dalam bidang atletik yang memadai. Ya, sifat mereka berdua sebenarnya bisa terbilang sangat jauh berbeda. Layaknya surga dan neraka. Jimin memiliki sifat periang, ramah, dan mudah bergaul. Meskipun memang ia sangat malas dalam hal yang dinamakan "belajar".

Namun Tae Hyung memiliki sifat dingin, cuek, tidak suka keramaian dan lebih memilih untuk menyendiri. Tapi dia memiliki otak yang sangat encer. Bahkan dia sangat rajin belajar dan menyukai pelajaran Matematika dan Fisika -dua pelajaran yang sebenarnya sangat Jimin benci. Bahkan namja itu sampai mengutuk siapapun itu yang menciptakan kedua mata pelajaran tersebut-.

Tapi entah kenapa, mereka berdua bisa menjadi sangat dekat. Awalnya, mereka bertemu di kelas 1-1, dan akhirnya mereka harus duduk di bangku yang sama karena memang Jimin tidak memiliki pilihan tempat duduk yang lain. Dan akibat sifat Tae Hyung yang terlihat begitu tidak peduli, Jimin malah semakin bersemangat untuk mengganggu namja itu hanya demi agar dirinya bisa dipedulikan dan dianggap ada oleh Tae Hyung.

Dan akibat pertengkaran mereka berdua, mereka malah menjadi semakin dekat dan akhirnya bersahabat. Persahabatan yang sangat erat, bahkan mereka sendiri sudah saling menganggap saudara satu sama lain. Jimin selalu saja sibuk membaca komik kesukaannya, dan tidak pernah mau memperhatikan penjelasan guru. Dan akibat dari perbuatan nistanya itu, Tae Hyung pun tidak segan-segan untuk memukuli kepala namja itu dengan buku sejarah berukuran panjang ketebalan 5 cm atau bahkan yang paling parah namja itu pernah merebut paksa komik itu dan merobeknya. Membuat Jimin menangis histeris akibat perbuatan sahabatnya itu.

Tapi tak lama, Jimin sadar bahwa Tae Hyung melakukan hal itu untuk kebaikannya. Agar dia tidak terus-terusan terpengaruh dengan komik yang ia baca dan malah mengabaikan pelajaran. Dan seminggu kemudian, Jimin pun akhirnya membeli komik yang baru. Tae Hyung sempat memarahinya dan berniat untuk menghancur leburkan buku bedebah tersebut namun ia urungkan akibat aegyo gagal Jimin yang sebenarnya lebih menjurus ke arah menjijikan.

Sebenarnya bukan karena aegyo milik Jimin yang membuat Tae Hyung mengurungkan niat heroiknya itu. Tapi lebih terhadap perasaan takut akan Jimin yang akan membakarnya hidup-hidup jikalau memang ia memusnahkan komik seri kesayangan Jimin tersebut. Dan alhasil, Jimin kembali tidak mempedulikan penjelasan guru dan membuat Tae Hyung kembali menghancurkan komik tersebut. Membuat Jimin membeli komik yang baru, dan akhirnya menunjukan aegyo menjijikannya pada Tae Hyung agar tidak memusnahkan komiknya lagi. Dan... ya, hal itu terus menerus terulang selama masa sekolah mereka di kelas 1-1.

Tapi sekarang, mereka berdua sudah tidak seperti itu lagi. Bukan karena Jimin sudah sadar akan kebaikan hati Tae Hyung yang telah menghancur leburkan komiknya, atau pun Tae Hyung yang menyerah terhadap keteguhan hati Jimin untuk melindungi benda kesayangannya itu. Melainkan karena mereka berdua sudah kelas 2 dan mereka tidak satu kelas lagi.

Jimin berada di kelas 2-2. Sedangkan Tae Hyung berada di kelas 2-3. Dan... ya, itu artinya tidak ada lagi pertengkaran tentang kelas dan pelajaran lagi di antara mereka berdua. Tapi itu tidak berarti mereka berdua sudah sangat akur. Mereka masih sering bertengkar dan menghina satu sama lain. Bukan tentang pelajaran, melainkan tentang postur tubuh juga kisah percintaan mereka.

Tapi... bukankah itu yang membuat mereka semakin dekat? Meskipun sering bertengkar, namun itu tidak berarti mereka benar-benar saling membenci satu sama lain. Ada kala di mana mereka saling membantu dan juga saling memberikan nasihat dan saran atas permasalahan yang mereka alami. Ya... itu lah mereka berdua. Sepasang sahabat dengan sifat, pemikiran, dan gaya hidup yang berbeda, namun memiliki perasaan saling menyayangi yang sama besarnya.

Jimin memarkirkan mobilnya di tempat parkir sekolah, lalu turun berbarengan dengan Tae Hyung. Harusnya di usia Jimin yang baru menginjak 17 tahun (Korea), ia tidak boleh mengendarai kendaraan bermotor terutama mobil karena memang seharusnya ia belum mempunyai SIM. Tapi hebatnya, akibat kemampuan mengendarai mobil yang setara dengan orang yang lebih dewasa, juga campur tangan kedua orang tuanya yang merupakan pejabat negara, ya... akhirnya seperti ini lah Park Jimin. Tapi percaya lah, Jimin bukan lah seorang pemuda labil yang senang kebut-kebutan di jalan. Ia adalah tipe pengemudi yang sabar dan lebih mendahulukan keselamatan. Maka dari itu, orang tuanya pun percaya pada Jimin.

Jimin dan Tae Hyung pun berpisah di depan pintu kelas Jimin. Kelas Jimin berada tepat sebelum kelas Tae Hyung berada. Dan...

Bruukk!!

Langkah namja itu berhenti saat tubuhnya tertabrak oleh seseorang. Seorang yeoja dengan wajah datar, tatapan mata dingin dengan pupilnya yang berwarna hitam kecokelatan indah, juga rambut panjang sepinggang dengan warna hitam pekat namun berwarna oranye di bagian bawahnya yang kini tengah terikat rapi dengan gaya kuncir kuda.

"mian," ucap yeoja dengan nametage bertuliskan "강 슬기" di bagian dada kiri seragamnya, lalu berjalan begitu saja meninggalkan Jimin yang masih terdiam di tempatnya. Namja itu kemudian menghela nafasnya kasar. "bagaimana bisa aku sekelas lagi dengan yeoja dingin dan menyebalkan itu?" gumamnya lalu berjalan ke arah bangkunya yang berada di barisan keempat dan merupakan urutan kedua dari depan.

Ya, Jimin dan Seulgi memang teman sekelas. Sifat yeoja itu sama seperti Tae Hyung, namun lebih menyebalkan menurut Jimin. Ia, Seulgi, dan Tae Hyung juga merupakan teman sekelas saat kelas 1 satu tahun yang lalu. Yeoja itu juga pintar, persis seperti Tae Hyung. Saking miripnya mereka berdua, bahkan saat kelas 1 dulu mereka sampai diberi julukan "The Cold and Smart Couple" dalam kelas mereka. Padahal mereka berdua tidak memiliki hubungan apapun. Namun karena memang mereka sama-sama memiliki sifat cuek dan tidak peduli, mereka sama sekali tidak tertarik dengan julukan yang diberikan oleh teman sekelas mereka terhadap mereka berdua.

Dan Jimin merasa sangat sial akibat harus satu kelas lagi dengan yeoja itu. Baginya seperti sebuah neraka ia harus bertemu dan diacuhkan terus menerus oleh yeoja itu. Ah, tidak. Ia sama sekali tidak marah dengan sikap acuh yeoja itu terhadapnya, namun dikarenakan oleh ucapan pedas yang selalu dikeluarkan oleh yeoja itu padanya. Cih, bahkan Jimin akan lebih senang dibully oleh seluruh murid satu sekolah dibandingkan harus mendengar sindiran kuat yang diberikan oleh yeoja itu padanya.

"Jimin-ah!!" panggil seorang yeoja dengan suara menggemaskannya, yang berhasil membuat Jimin tersadar dari lamunannya. "ah, Joo Hyeon-ah!!" respon Jimin saat melihat teman sebangkunya, Bae Joo Hyeon atau lebih kerap disapa dengan panggilan Irene ini telah duduk di sampingnya dengan senyuman manis yang terukir dengan indah di wajahnya.

Yeoja itu adalah murid pindahan dari California. Ia lahir di Korea dengan nama Bae Joo Hyeon, namun karena ia pindah ke California dan lama bersekolah di sana, maka namanya pun berubah menjadi Irene Bae. Kebetulan sekali, ia pindah ke kelas yang sama dengan Jimin, dan ternyata mereka duduk satu bangku akibat tidak ada lagi bangku yang tersisa.

Jimin sangat senang, karena Irene memang mempunyai sifat periang yang sama dengannya. Bahkan mereka berdua memiliki sifat jahil yang sama. Meskipun memang ia memiliki kemampuan berhitung yang lebih hebat dari Jimin. Lain dengan Jimin, yeoja itu sangat menyukai pelajaran Matematika dan Fisika. Namun, Irene tidak pernah bisa menguasai pelajaran lain selain kedua pelajaran tersebut. Dan untungnya, Jimin lebih pandai tentang pelajaran lain meskipun memang ia sangat payah dalam hal Matematika dan Fisika.

Dengan kata lain, mereka berdua saling melengkapi dalam hal pelajaran. Dan itu lah yang membuat mereka semakin dekat dan akrab. Membuat Jimin sangat nyaman berada di dekat yeoja itu. Jimin mulai berpikiran bahwa ia menyukai yeoja itu. Dan... ya, Jimin memang menyukai Irene. Sangat menyukainya. Meskipun Irene tidak suka dan tidak biasa untuk dipanggil dengan nama aslinya oleh teman-teman sekelasnya yang lain, namun yeoja itu merasa nyaman saat Jimin yang memanggilnya dengan sebutan "Joo Hyeon", nama koreanya. Ya, mungkin karena Jimin adalah satu-satunya orang yang benar-benar dekat dengannya. Jadi ia merasa boleh-boleh saja kalau Jimin memang lebih nyaman memanggilnya seperti itu.

"apa yang sedang kau pikirkan, eoh?" tanya yeoja itu sambil menatap Jimin penasaran. "ah, amu eobtda aniya. Aku hanya... sedang ingin melamun saja," jawab Jimin sambil tersenyum. Irene hanya menganggukan kepalanya mengerti atas jawaban Jimin. Dan kehadiran guru Bahasa Inggris pun akhirnya menghentikan canda tawa mereka berdua.

Exchanging Life

Waktu ujian akhir semester yang dijalani oleh semua murid yang berada di sekolah tersebut pun akhirnya berakhir. Kemarin adalah hari terakhir ujian. Dan itu berarti, mulai hari ini mereka akan menjalani liburan yang cukup panjang, yaitu selama 2 minggu. Masalah hasil ujian mereka, mereka akan menerimanya melalui e-mail. Jadi mereka tidak perlu repot-repot mengambil raport ke sekolah. Karena memang biasanya hanya kelas 3 yang menerima raport, untuk menunjang kebutuhan kelulusan mereka.

"kyyaa!! Akhirnya kita bisa liburan juga!!" teriak Jimin yang terlihat begitu senang. Ia menikmati setiap saat di mana matanya dapat menangkap banyaknya judul-judul komik yang bisa ia temukan di setiap rak dalam gedung itu. Ya, Jimin dan Tae Hyung tengah berada di Hanyeol Station, sering disebut surganya Manhwa dan Manga untuk para penggemar komik dan anime.

Dan hal itu lah yang membuat Jimin memaksa sahabatnya untuk datang ke tempat ini, untuk membaca, membeli, dan melihat-lihat koleksi manhwa dan manga seru terbaru yang ada di tempat itu. Sungguh, saking senangnya bocah itu, ia terlihat sampai hampir menangis demi melihat semua judul-judul manhwa terbaru. Tangisan itu menunjukan antara ia yang merasa terharu, atau memang karena dia kecewa akibat uang yang ia bawa tidak cukup untuk membeli semua manhwa dan manga baru yang berada di tempat itu.

Dan Tae Hyung sendiri, hanya menggelengkan kepalanya pelan melihat tingkah sahabatnya yang sangat kekanakan itu. "Jimin-ah, apa kau tidak khawatir dengan nilai ujianmu?" tanyanya kemudian, sembari mengambil salah satu komik manhwa yang menurutnya menarik dari sebuah rak yang berada tepat di samping rak yang sedang Jimin lihat-lihat koleksi komiknya.

"ani. Aku benar-benar merasa tidak khawatir karena aku telah belajar sungguh-sungguh untuk ujian kali ini," jawab Jimin sembari mengembangkan senyumannya karena telah berhasil menemukan komik yang benar-benar sedang ia inginkan saat ini. "hm... baguslah," ucap Tae Hyung merespon jawaban Jimin. "kajja, kita pulang! Aku sudah mendapatkan semua komik dan dvd anime yang aku inginkan,"

Dan saat Tae Hyung membalikan tubuhnya, sungguh namja itu hampir pingsan karena melihat dua tumpuk dvd dan manhwa serta manga yang berada di lantai tepat di sebelah Jimin. Bukan, bukan karena cengiran bodoh yang Jimin tunjukan padanya. Melainkan karena dua buah tumpukan dvd dan manhwa serta manga yang tingginya itu persis sekali dengan tinggi tubuh Jimin.

"kau... kau serius ingin membeli semua itu?" tanya Tae Hyung sembari memijit keningnya yang terasa begitu ngilu akibat perbuatan sahabat bodohnya itu. Dan Jimin sendiri hanya menunjukan cengiran bodohnya, lalu menganggukan kepalanya pelan. "ne. Tentu saja aku akan membeli ini semua. Kajja bantu aku membawanya ke arah kasir,"

Dan akhirnya, dengan langkah yang terlihat begitu berat dan tidak bernafsu sama sekali, Tae Hyung pun akhirnya membantu Jimin untuk membawa belanjaannya ke kasir dan membawa pulang dua buah kantung kresek besar yang dipenuhi oleh komik dan dvd yang baru saja Jimin beli keluar Hanyeol Station. Dalam hati ia merutuki dirinya yang bisa bertemu dengan namja seperti Park Jimin.

'sial sekali hidupku,'

Continue Reading

You'll Also Like

28.8M 914K 49
[BOOK ONE] [Completed] [Voted #1 Best Action Story in the 2019 Fiction Awards] Liam Luciano is one of the most feared men in all the world. At the yo...
1.1M 44.2K 51
Being a single dad is difficult. Being a Formula 1 driver is also tricky. Charles Leclerc is living both situations and it's hard, especially since h...
90.1M 2.9M 134
He was so close, his breath hit my lips. His eyes darted from my eyes to my lips. I stared intently, awaiting his next move. His lips fell near my ea...
1.1M 48.9K 95
Maddison Sloan starts her residency at Seattle Grace Hospital and runs into old faces and new friends. "Ugh, men are idiots." OC x OC