BABY LOVE

By Rhie_anna

2.5M 35.5K 3.5K

Kimi tidak menyangka dirinya harus tinggal dengan seorang pria tampan yang langsung membuatnya tak bisa berna... More

Part 1 : Handsome Uncle
Part 2 : Why He Hates Me?
Part 3 : Someone From The Past
Part 4 : Letter From Heaven
Part 6 : The Wedding 2
Part 7 : HURT
Part 8 : FIRST KISS
Part 9 : Cemburu?!
Part 10 : I'm Falling In Love
Part 11 : First Night
Part 12 : Holiday
Part 13 : Rasa Ini
Part 14 : Disaster ?!
Part 15 : Disaster?! (2)
Another Story OF BABY LOVE
Part 16 : Pregnant
Part 17 : Kenyataan
Part 18 : Good bye, My baby...
Part 19 : The Last
Part 20 : EPILOG
BUKAN UPDATE / Promosii !!!
PENGUMUMAN

Part 5 : The Wedding

128K 2.4K 110
By Rhie_anna

Part 4 : The Wedding

 

          Kimi terbangun saat mencium bau minyak kayu putih yang sengaja dioleskan Gina di hidungnya. Pertama kali yang dilihat Kimi adalah wajah khawatir wanita cantik itu. Senyumnya merekah saat menyadari Kimi sudah kembali sadar. Kimi memandang bingung ruangan yang ternyata adalah kamarnya sendiri. Kenapa dia bisa ada di sini? Bukannya tadi dia sedang membicarakan surat peninggalan mamanya? Tapi kenapa dia malah berbaring di tempat tidurnya? Kimi diam sejenak untuk mengingat kejadian yang menyebabkan dirinya bisa ada di sini, sedetik kemudian barulah ingatannya kembali.           Dirinya pingsan saat mendengar Omnya akan menikahi dirinya.

            “Kamu nggak apa-apa, sayang?” Gina bertanya sembari membantu Kimi yang ingin bangkit dari tidurnya. Wanita itu menyusun beberapa bantal di belakang punggung Kimi agar gadis itu bisa bersandar dengan nyaman.

            “Iya, tante. Maaf menyusahkan tante Gina,” ucap Kimi lirih.

Gina tersenyum lembut, tangannya mengelus rambut Kimi yang panjang dan halus,”Nggak apa-apa sayang. Tante memakluminya, kamu pasti terlalu syok mendengar berita itu. Semua terserah kamu, tante hanya menyampaikan amanat almarhum Helena.” Jelas Gina dengan bahasa keibuan yang selalu membuat Kimi merasa tenang bila berada di dekat wanita itu.

            “Tapi tante...bukankah...Kimi akan berdosa bila menikahi Om sendiri?” tanya Kimi menatap Gina dengan wajah yang sedih. Telihat jelas gadis itu menanggung beban yang berat.

            “Nggak sayang, mungkin Helena lupa memberitahu kamu bahwa Kalva bukanlah adik kandung mama kamu. Mereka berdua bertemu saat Kalva berumur tujuh tahun. Mama kamu langsung jatuh hati saat bertemu dengan Kalva, apalagia dia anak tunggal. Akhirnya karena bujukan Helena, keluarga Airlangga mengadopsinya menjadi anaknya. Sejak saat itulah Kalva berubah nama menjadi Kalvari Airlangga. Anak dari pengusaha kaya Airlangga Diraja, kakek kamu.” Jelas Gina pelan-pelan agar Kimi bisa mencerna penjelasannya dengan baik. Melihat reaksi tubuh Kimi yang langsung menegang, sudah dipastikan gadis itu mengerti setiap ucapan yang keluar dari mulutnya. Gina tau Kimi terlalu muda untuk mengalami semua cobaan ini. Namun, seperti yang sahabatnya tulis, dia juga entah mengapa merasa sangat yakin bahwa hanya Kalva lah yang bisa menjaga Kimi. Laki-laki itu selalu bisa diandalkan. Kalva adalah laki-laki yang bertanggung jawab. Dan dia yakin, Kimi akan merasa aman bila dia menikah dengan Kalva.

            “Ja...jadi Om Kalva bukan Om kandung Kimi?” Kimi tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya. Dia tidak pernah membayangkan bahwa Kalva bukanlah adik kandung mamanya. Walau kadang pikiran liarnya berharap Kimi bisa memiliki pacar setampan Kalva. Namun semua hanya ada dalam pikirannya. Untuk kedua kalinya gadis itu mengalami syok dalam waktu yang berdekatan. Entah serangan apalagi yang sedang menunggunya nanti. Masalah sikap dingin Kalva saja selalu membuatnya resah dan sedih. Apalagi dia harus menikahi laki-laki itu. Seperti apa hidup yang akan Kimi jalani nanti?

            Gina tersenyum lembut,”Bukan, sayang. Jadi pernikahan kalian bukan pernikahan terlarang. Tante sebenarnya sudah mendengarnya lebih dulu dari mamamu, tapi semua keputusan berada di tangan kalian. Karena Kalva sudah setuju, sekarang tinggal menunggu jawaban kamu, Kimi.”

            “Ak..aku? “ Kimi berusaha menelan ludah dengan susah payah. Seolah ada sesuatu yang menghambat tenggorokannya.

            Gina mengangguk,”Kalau kamu tidak setuju, maka tidak akan ada pernikahan.”

            Kimi diam sejenak, sebenarnya dia belum siap menikah. Apalagi dia masih SMA, yah walau hanya tinggal menunggu hasilnya karena gadis itu sudah melaksanakan ujian beberapa minggu yang lalu. Tapi...apakah setelah menikah dia masih diperbolehkan melanjutkan pendidikannya. Seketika gadis itu juga teringat tentang pesan mamanya. Apakah dengan cara ini Kimi bisa membawa kembali senyum bahagia di wajah Kalva? Jika memang benar, haruskah dia menikahi Kalva? Semua pertanyaan di dalam pikirannya membuat dirinya semakin pusing.

            “Kimi! Kamu nggak apa-apa?” Gina terlihat khawatir karena Kimi terus saja memegangi kepalanya. Wanita itu takut terjadi sesuatu dengan Kimi. Dia tidak ingin Kimi sampai jatuh sakit karena memikirkan pernikahan ini.

            Kimi menggeleng lalu tersenyum lemah,”Nggak apa-apa, tante...” sejenak Kimi mengambil nafas, lalu menghembuskannya secara perlahan. Dia sudah mengambil keputusan. Kimi tidak ingin membuat kecewa mamanya. Dirinya sudah berjanji kepada mamanya. Kimi harus menepati janji tersebut. Dan jalan satu-satunya adalah menikah dengan Kalva.”Kimi mau, Tante.” Ucap Kimi lirih, namun Gina masih bisa mendengarnya dengan sangat jelas. Wanita itu menatap Kimi dengan wajah terkejut. Gina berpikir bahwa Kimi akan menangis lalu menjerit dan menolak mentah-mentah pernikahan ini. Tetapi yang terjadi sebaliknya, gadis cantik itu malah menerima pernikahan ini.

            “Kamu serius, sayang?” Gina memastikan agar dia tidak salah dengar. Kimi mengangguk lalu tersenyum lembut,”Kimi sangat sayang sama mama, tante. Dan Kimi tau, mama nggak akan salah memilih. Mama pasti sudah memikirkannya dengan sangat matang.” Ujar Kimi pelan.

            “Oh, sayang!” Gina memeluk Kimi dengan erat, matanya berkaca-kaca mendengar ucapan Kimi. Tak menyangka bahwa cara pikir Kimi lebih dewasa dibandingkan dengan umur gadis itu.”Semoga perrnikahan kamu membawa kebahagiaan buat kamu, kalau ada masalah, jangan segan-segan datang pada tante, yah. Ingat! Tante juga mama kamu.” Gina mengelus punggung Kimi dengan sayang. Andai saja dirinya memiliki anak gadis seperti Kimi. Pasti dia akan sangat bangga.

            “Iya, tante.” Sahut Kimi serak. Berusaha menahan tangisnya. Sebentar lagi dia akan menikah dengan Kalva. Dan semoga keputusan dirinya tidak salah. Menikahi orang yang membenci diri kita adalah hal yang sangat menyakitkan. Dan itu yang dirasakan Kimi saat ini.

*****

            Kimi menatap wajah gadis yang ada di hadapannya. Seorang gadis dengan balutan kebaya modern berwarna putih,yang terlihat pas di tubuh mungilnya. Pantulan bayangannya itu terlihat sangat cantik, namun terhalang dengan raut wajah yang seperti menanggung beban yang sangat berat. Sebentar lagi dia akan menikah dengan Kalva hanya dalam hitungan menit. Pernikahannya sengaja dibuat sederhana, mengingat Kimi masih berstatus pelajar. Hanya kerabat dan orang-orang tertentu yang datang dalam acara akad nikah itu. Bahkan Daniel, sahabatnya itu tidak diundang oleh Kimi. Hanya Sofie dan Lala. Kedua sahabatnya itu langsung berteriak histeris karena menganggap ucapan Kimi hanya lelucon yang tidak lucu. Namun akhirnya sahabatnya itu percaya setelah Kimi menjelaskan semuanya.

            “Kimi, udah siap? Acaranya akan segera dimulai,” Gina masuk ke dalam kamar Kimi. Wanita itu terlihat cantik dengan kebaya merah marunnya. Membuatnya lebih terlihat muda.

            “Iya, Tante.” Kimi langsung bangkit dari duduknya. Rasa gugup tiba-tiba saja langsung menyerangnya. Dan entah mengapa Kimi merasa ingin menghilang dari muka bumi saat itu juga.

            “Kamu cantik banget dengan kebaya itu,” puji Gina tersenyum lembut, tangannya menggandeng tangan Kimi menuju pintu keluar.

            Kimi tersenyum,”Makasih, tante. Semua karena tante juga,” balas Kimi pelan.

Saat Kimi memasuki ruang tamu yang disulap menjadi tempat acara akad nikah itu, semua mata para tamu menatapnya tak berkedip. Kimi memang terlihat cantik dengan kebaya putih itu, model kebaya yang terkesan simple dengan kain yang menjuntai kebawah di belakangnya membuatnya terlihat lebih tinggi. Apalagi kain batik yang digunakannya sebagai bawahan, membuat Kimi terlihat sangat anggun. Gadis itu melirik Kalva yang terlihat tampan pagi itu, jas hitamnya membuatnya terlihat sangat gagah dan seksi. Namun hatinya terasa nyeri saat melihat ekspresi Kalva. Laki-laki itu seperti terlihat biasa saja.

            “Baiklah, kalau begitu mari kita mulai akad nikahnya,” ucap penghulu saat Kimi sudah duduk di samping Kalva. Gadis itu menunduk, menahan gejolak dalam dirinya. Menahan tangis sekaligu menahan rasa sakit di hatinya.

           

            “Kimi selamat, yah?” Sofi mencium Kimi, mengucapkan selamat pada sahabatnya itu setelah akad nikah selesai. Saat ini adalah acara makan-makan bagi para tamu yang hadir. Kimi tersenyum membalas dengan ucapan terimakasih. Begitu pula yang dilakukan Lala, sahabatnya itu masih tidak bisa terima karena Lala sangat memuja Kalva. Gadis itu langsung kecewa karena Kimi lah yang menikah dengan Kalva. Tapi semua hanya candaan, sejujurnya Lala sangat bahagia karena Kimi sekarang telah menikah.

            “Liat aja, Kim, gue akan dapetin cowok yang lebih ganteng dari Om Kalva eh bukan suami elo,” Ucap Lala dengan yakin. Sepertinya dia terobsesi untuk menikah dengan cowok tampan.

            Kimi terkekeh lucu mendengarnya,”Sama Dennis Oh aja sana, He is so hot, tapi kamu ke korea dulu, yah.” Balas Kimi tersenyum. Yah, wajah Kalva memang sedikit mirip dengan model blasteran Amerika- Korea itu. Lala langsung mencibir mendengar ucapan Kimi. Mana mungkin dia ke Korea untuk mengejar Model tampan itu. Dia mau, tapi belum tentu model itu mau kan?

            “Ngeledek nih? “ Lala langsung memasang wajah cemberut, membuat pipinya yang tembab terlihat lucu.

            “Jang...”

            “Kimi!” panggil Kalva yang membuat ucapannya terpotong, gadis itu langsung menghampiri Kalva, namun sebelumnya dia meminta izin dulu kepada kedua sahabatnya itu.

            “Iya, Om eh Kak,” ucap Kimi bingung, dia tidak tau harus memanggil Kalva dengan sebutan apa. Karena seminggu sebelum menjelang pernikahan mereka, baik Kimi maupun Kalva belum berbicara sama sekali.  Gadis itu menggaruk tengkuknya yang ak gatal. Kedua sahabat Kimi terkikik geli mendengar kegugupan sahabatnya itu.

            “Kalva, Kimi. Aku sudah bilang dari kemarin, kan?” Kalva menatap Kimi tajam. Gadis itu mengangguk,”Tapi Kimi nggak biasa, apa Kimi boleh panggil ‘kakak’ aja?” sahutnya lirih.

            “Terserah, ayo ikut aku, aku ingin mengenalkan seseorang,” Kalva menggandeng Kimi menuju taman belakang, tempat resepsi kecil yang Kalva buat. Sebelumnya laki-laki itu meminta izin pada Sofi dan Lala karena membawa sahabatnya pergi.

*****

            Kimi duduk di pinggir ranjang kamarnya dengan sangat gugup. Bukan, dia sekarang bukan berada di dalam kamarnya, dia berada di kamar pengantin. Kamar milik Kalva. Kamar ini lebih luas dibandingkan kamarnya sendiri. Resepsi kecil-kecilan di rumahnya sudah selesai sejak jam lima sore tadi. Pakaian kebayanya pun sudah berganti dengan baju tidur selututnya. Jarum jam sudah menunjukkan pukul sembilan malam. Dan sekarang dia sedang menunggu kedatangan Kalva dengan gugup. Laki-laki itu tadi berpamitan sebentar untuk pergi ke kantor, mengambil data-data penting untuk dibawanya ke Amerika besok pagi.

            Kimi bagaikan tertampar saat mendengar bahwa Kalva akan pergi ke Amerika besok, meninggalkannya sendiri di sini. Walaupun alasan Kalva pergi ke sana karena ada masalah mengenai anak cabang perusahaan Airlangga di Amerika, namun tetap saja Kimi merasa sakit mendengarnya. Bahkan Kalva tidak mengajak Kimi walaupun hanya sekedar berbasa basi. Terlihat jelas bahwa Kalva menganggap pernikahan ini karena kewajiban baginya. Bukan karena Kalva menyukai Kimi.

            Gadis itu menghela nafas pelan. Berusaha mengurangi rasa sesak yang semakin menghimpit dadanya. Perlahan jari-jarinya mengelus cincin pernikahan yang tadi pagi Kalva sematkan di jari manis kanannya. Hanya benda ini sebagai bukti Kalva telah menjadi suaminya.       

            “Cklek,”

Kimi langsung terkesiap saat mendengar pintu kamar terbuka. Kalva melangkah masuk ke dalam kamar. Wajah laki – laki itu terlihat sangat kusut. Seperti sedang mengalami banyak masalah.

            “Kamu belum tidur?” tanya Kalva datar tanpa menatap Kimi. Kalva sibuk melepas melepas kemejanya dan tak memedulikan wajah Kimi yang bersemu merah. Gadis itu belum terbiasa dengan pemandangan yang baru pertama kali dilihatnya. Dengan cueknya Kalva mengganti pakaian di depan Kimi. Memang hanya kemeja, tapi tetap saja Kimi sangat malu melihatnya.

            “A...aku nungguin Kakak,” sahut Kimi gugup dengan wajah tertunduk malu. Tidak berani memandang wajah suaminya.

            Terdengar helaan nafas Kalva,”Ngapain kamu nungguin aku, tadi kan sudah aku bilang kamu langsung tidur, Kimi. Sekarang lebih baik kamu tidur, aku masih ada pekerjaan yang harus aku selesaikan,” Ucap Kalva pelan sebelum menghilang di balik pintu. Lagi-lagi Kalva pergi meninggalkan Kimi di malam pengantinnya.

            Kimi menatap nanar punggung Kalva yang menghilang di balik pintu. Tanpa disadarinya air matanya mengalir. Rasa sakit karena tak dianggap membuatnya semakin menyadari bahwa Kalva sangat membencinya. Di saat malam pertama merupakan malam kebahagiaan untuk para pengantin baru, di saat itu lah penderitaan hatinya dimulai.

*****

            “Bik, Aku bantuin masak, yah?” Ucap Kimi saat melihat Bik Asih yang sedang sibuk membuat sarapan di dapur. Bik Asih menatap isteri majikannya itu. Hari ini Kimi terlihat cantik dengan dress selutut berwarna peach, rambutnya yang masih basah sengaja digerainya.

            “Eh, jangan, Non, nanti Tuan Kalva marah,” tolak Bik Asih halus, dia masih ingat dengan pesan majikannya bahwa Kimi dilarang berkeliaran di dapur. Apalagi membantu dirinya membuat makanan.

Kimi tersenyum lembut,”Nggak kok, Bik. Aku kan pengen buatin sarapan buat Kak Kalva, yah, Bik! Please. Asal bibi jangan ngelapor pasti Kak Kalva nggak akan tau,” bujuk Kimi lagi.      Semalaman gadis itu berfikir mengenai sikap Kalva. Janjinya pada mamanya lah yang menguatkan hati Kimi. Untuk itu mulai sekarang Kimi akan melayani Kalva sebagai suaminya. Berusaha membuat laki-laki itu memerhatikan dirinya. Walau Kimi sadari kemungkinan itu  sangat kecil. Kimi tak peduli. Yang penting dia berusaha agar Kalva merubah pandangan laki-laki itu terhadapnya. Dia bukan gadis remaja yang cengeng dan manja. Dia adalah gadis yang kuat dan tegar.

            “Tapi ,Non,” Bik Asih memandang ragu Kimi. Terlihat jelas ketakutan dalam mata wanita tua itu.

            “Nggak apa-apa , Bik. Kak Kalva masih tidur, lagi pula pagi ini dia akan berangkat ke Amerika. Sebagai isteri, Kimi hanya ingin melayani suami. Apalagi selama seminggu Kimi nggak akan ketemu Kak Kalva,” jelas Kimi yang membuat hati Bik Asih tersentuh. Dia tidak mengira bahwa gadis muda seperti Kimi memiliki pikiran yang  dewasa. Bahkan Kimi bisa menerima keadaanya sekarang ini. Menjadi isteri Kalva. Bukannya Bik Asih tidak tau mengenai sikap majikannya itu pada gadis yang ada di hadapannya sekarang. Dia terkadang suka memergoki Kimi sedang menatap punggung Kalva dengan raut sedih dan terluka. Membuat Bik Asih tak tega melihatnya.

            “Baik, non. Tuan Kalva suka dibuatkan nasi goreng bakso, Non.” Jelas Bik Asih. Kimi tersenyum mendengarnya. Nasi goreng? Dia sangat ahli dengan masakan yang satu itu. Segera Kimi memakai celemek, lalu mulai membuat sarapan untuk Kalva. Gadis itu berharap semoga Kalva menyukai masakan buatannya itu.

            Tepat jam delapan pagi Kalva turun dari kamarnya. Laki-laki itu terlihat gagah dengan kemeja birunya. Kopernya sudah lebih dulu dibawa mang ujang untuk di taruh di bagasi mobil. Kalva hanya membawa satu koper kecil untuk perjalanan bisnisnya kali ini. Kimi tersenyum lembut menyambut Kalva yang duduk di sampingnya.

            “Ini, Kak, sarapannya,” Kimi langsung meletakkan sepiring nasi goreng lengkap dengan susu putih di hadapan Kalva. Susu putih? Kalva mengerutkan dahi melihat cairan berwarna putih di depannya.  Dia tidak pernah minum susu putih  lagi sejak SMP. Dan sekarang dia disuruh minum susu putih? Di umurnya yang sekarang?

            “Susu putih bagus buat kesehatan, kak. Kata Bik Asih Kak Kalva hanya suka minum kopi saat sarapan. Tapi mulai sekarang, Kak Kalva harus minum susu putih setiap pagi untuk sarapan. Minum kopinya saat siang hari aja,” jelas Kimi lembut saat melihat raut wajah Kalva yang terlihat bingung.

            “Aku nggak suka minum susu, Kimi! Aku bukan anak kecil lagi,” sergah Kalva cepat. Terlihat jelas ada nada tidak suka dalam ucapannya.

            Kimi tersenyum palsu, menyembunyikan rasa sakit yang mulai terasa,”Yaudah kalo gitu, minum jus aja , gimana?” tawarnya lagi.

Kalva langsung menatap Kimi tajam. Dia tidak suka hidupnya diatur- atur. Apalagi dia harus meminum minuman yang tidak disukainnya. Tatapannya seolah mengatakan, Jangan campuri urusan pribadiku.

            Kimi menghela nafas pelan,”Yaudah, kalo kakak mau kopi Kimi buatin, yah?” gadis itu hendak beranjak dari kursinya, namun segera ditahan Kalva.

            “Nggak usah! Aku nggak lapar.” Tolak Kalva lalu segera bangkit dari duduknya.

            “Aku pergi dulu,” pamit Kalva tanpa menoleh sedikitpun kearah Kimi. Gadis itu menyentuh dadanya yang kembali terasa sakit. Berusaha menahan tangisnya. Dia tidak ingin Bik Asih serta pembantu lainnya melihatnya menangis saat ini. Dengan mata berkaca – kaca Kimi menatap nasi goreng yang sengaja dibuatnya untuk Kalva. Semua usahanya pagi tadi terasa sia – sia. Bahkan Kalva belum mencicipinya sama sekali. Padahal Kimi hanya ingin menarik perhatiian suaminya. Namun kenapa sangat susah. Kalva malah semakin membencinya.

Untuk kesekian kalinya Kimi menghela nafas, gadis itu mulai membereskan meja makan, meletakkan nasi goreng buatannya di tempat cucian piring.

            “Lho, kok, dibuang, Non?” tanya Bik Asih kaget saat melihat Kimi meletakkan piring nasi goreng tersebut di tempat pencucian piring.

            “Nggak apa – apa, Bik. Kak Kalvanya buru-buru jadi nggak sempat sarapan. Kimi ke atas dulu, Bik,” pamit Kimi sebelum pembantunya itu melihat matanya, yang Kimi yakin pasti merah akibat menahan tangis tadi. Bik Asih mengangguk mengerti. Dia tadi sempat mencuri dengar perdebatan antara Kimi dan Kalva. Wanita itu menghela nafas pelan. Menatap nasi goreng di hadapannya nanar. Andai saja majikannya tau bahwa nasi goreng itu Kimi yang membuatnya dengan susah payah.

-TBC-

Bonus foto Om Kalva di multimedia yah^^ itu wajah dinginnya Om Kalva, buat mealting bukannya bikin takut. Hihihi

Continue Reading

You'll Also Like

2.4M 23.2K 8
Cerita private follow terlebih dulu ya ^^ Rate #1 Romancestory 12 April 2019 Rate #1 HotCouple 12 April 2019 Rate #1 luka 3 maret 2019 Rate #1 hotcou...
36.4K 1.8K 25
Ditinggal pas sayang-sayangnya. Ketika Senandung sudah mulai move-on dengan mau membuka hati untuk Kian, teman masa lalu. Ale sang mantan suami justr...
267K 10.7K 38
Tampan, kaya, berkelas, tegas, dingin, dan keras kepala. Itu yang bisa dibayangkan dari sosok Irsyad. Irsyad termasuk Classy boys karena melihat pen...
789 108 5
๐Š๐ข๐ฌ๐š๐ก ๐ฒ๐š๐ง๐  ๐ซ๐ฎ๐ฆ๐ข๐ญ. (๐‘๐Ž๐’ร‰ ๐“๐€๐„๐˜๐Ž๐๐† ๐‹๐€๐‹๐ˆ๐’๐€)