ITAZURA NA KISS : LOVE IN TOK...

By MyStoryOfAy

38.7K 1.3K 125

Namaku Irie Naoki. Selama ini hidupku berjalan dengan baik sesuai yang aku inginkan. Tapi semua berubah sejak... More

EPISODE 1
EPISODE 3
EPISODE 4
EPISODE 5
EPISODE 6
EPISODE 7
EPISODE 8
EPISODE 9
EPISODE 10
EPISODE 11

EPISODE 2

3.7K 122 2
By MyStoryOfAy

Sudah beberapa hari ini aku merasa Kotoko agak berbeda. Tiba-tiba ia jadi semangat belajar. apa dia begitu karena aku? Hah... apapun alasannya itu bukan urusanku. Baguslah jika dia mulai belajar.

Hari ini dia lebih aneh dari biasanya. Ia seperti menahan tawa ketika aku hendak sarapan bersama yang lainnya. Aku tidak tahu apa yang ia tertawakan. Cewek aneh.

"Ada apa Kotoko? Kau sakit?"Tanya ayahnya cemas.

"Tidak, aku tidak apa-apa. Jangan kawatir." Jawabnya kemudian.

"Mungkin kau belajar terlalu keras sampai membuatmu gila." Ejek Yuuki. Ia tidak menggubrisnya dan kembali melirikku. Lagi lagi ia menahan tawa. Aku merasa aneh dan penasaran. Dia menertawakan aku. Kenapa? Huh... gadis menyebalkan.

Istirahat sekolah ku sempatkan untuk makan bekal. Aku terkejut melihat bungkus kotak bekalku berwarna pink. Damn... bekalku tertukar dengan cewek bodoh itu. Dengan malas aku berlalu kekelasnya.

"Aihara!" panggilku.

Sontak ia berdiri dan menatapku terkejut. Bukan hanya dia tapi semua teman kelasnya menatapku dengan sama terkejutnya. Mereka berlebihan sekali.

"Beraninya kau bicara begitu pada Kotoko?!" ketus cowok bodoh itu hendak menghampiriku tapi segera ditahan teman-temannya.

"Aihara bisa ikut aku dan juga bawa tasmu?"

Ia terdiam sambil menataku dengan wajah bodohnya. "Hai."

Aku segera berlalu dan ia segera menyusulku. Aku mengajaknya ke belakang gedung sekolah. Aku benar-benar kesal dan malas karena harus bertemu dan bicara dengannya sembunyi-sembunyi seperti ini. Tapi taka da pilihan lain. Aku malas mendapat gossip macam-macam lagi.

"Ada apa?"

"Ini ibuku salah memberinya." Kataku sembali mengambil bekalnya dari tasku. Sontak ia membuka tasnya juga, "Iya benar."

"Jika temanmu yang usil melihat ini, akan terjadi keributan besar." Segera aku tukar lagi bekal kami. "Huff.. rasanya tidak nyaman dan merepotkan karena kita satu sekolah."Komentarku setenga menahan kesal.

"Benar." Jawabnya langsung membuatku menyerngit heran.

"Mungkin kau akan salah memakai seragamku ke sekolah kan?" katanya dengan senyum liciknya.

"Kenapa juga aku memakai seragammu?"

"Karena kau besar dengan memakai rok, iya kan?"

What? Apa maksudnya bicara begitu. Oh... mungkinkah?

Ia tersenyum licik sambil mengambil sesuatu dari kantung seragammnya. "TADAA!" serunya sembari menunjukkan foto. Damn, "Dari mana kau dapatkan foto itu?"

Ia tersenyum lebar "Ibumu memberikannya padaku kemarin malam."

"Kenapa ibu melakukannya" desahku kecewa. "Baiklah. Bisa kau kembalikan?"

"Tidak akan"

"Kembalikan padaku."

"Tidak akan. Kau jahat padaku." Aku hendak merebutnya tapi dengan segera ia memasukkan ke saku seragamnya.

"terkadang aku bisa jahat padamu."

Cih... dia benar-benar menjengkelkan.

"Aku tidak menyangka orang jenius punya kelemahan juga." Katanya senang.

"Apa kau coba memerasku?"

"Aku bisa kembalikan kepadamu. Dengan satu sarat. Bisakah kau membantuku? Selama seminggu penuh belajar untuk ujian akhir sekolah."

"Kau?" ia mengagguk dengan semangat.

"bagaimana kalau begini. Jika aku berhasil masuk didaftar 100 besar teratas, aku akan mengembalikan fotonya."pintanya.

Hah yang benar saja. "Aku tidak yakin."

"Kenapa?"

"Kau harus tahu mana yang bisa kau lakukan dan tidak bisa kau lakukan. Philip Chesterfield."

"Field? Kau bilang apa?"

"Artinya sia-sia untuk menantang hal yang mustahil. Mustahil membuat cewek bodoh sepertimu mendapatkan pringkat di daftar 100 teratas."

"kalau begitu akan aku tunjukkan foto ini." Ancamnya.

Ugh..."Tunggu!"

Foto itu adalah satu-satunya aib yang membuatku berubah menjadi seperti ini. Mama sangat teropsesi memiliki anak perempuan. Sejak kecil mama mendandaniku seperti anak cewek. Awalnya aku merasa senang-sanang saja karena banyak yang memujiku cantik dan lucu. Tapi sejak masuk SD aku sadar bahwa itu adalah hal paling memalukan untuk anak laki-laki. Semua teman-temanku menertawakanku. Aku merubah diriku dengan menutup diri. Aku ingin dipandang sebagai laki-laki sejati, dan aku tidak ingin foto itu membuat usahaku selama ini, mejaga imageku dengan sangat baik hancur begitu saja.

"Baiklah..." aku menyerah. "Mulai hari ini aku akan membantumu sampai seminggu penuh."

"Baiklah." Katanya tertawa senang.

"Tapi aku tidak akan berbelas kasih, kau mengerti? Orang-orang di daftar teratas biasanya dari kelas a-b. kau tahu betapa sulitnya menempatkan anak dari kelas f kesana kan?"

Ia mengangguk penuh keyakinan. "Baiklah, sampai jumpa nanti malam." Pamitku malas sambil berlalu pergi.

***

Malam ini aku akan mengajari Kotoko belajar. semua Nampak terkejut ketika aku minta dua cemilan untuk kami nanti. Yuuki juga protes karena aku jarang mengajarinya. Kalau saja aku bisa bilang kalau aku sangat terpaksa dan semua gara-gara mama yang memberikan foto memalukan itu padannya. Tapi aku tidak akan bersikap baik.

Ketika menuju kamarnya lagi-lagi ia berskap konyol. Dia tidak segera masuk. Masa aku nyelonong masuk begitu saja. Ini kan kamarnya, bodoh. Kemudian ia merentangkan tangannya dan menunjukkan semua buku yang sudah ia siapkan diatas meja. Dia benar-benar cewek bodoh yang aneh.

"Kita mau mulai dari mana? Kau mau belajar yang mana dulu?"

"Kalau matematika?"

"Baiklah, ayo kita mulai."

Segera ia mencari buku matematikanya ditumpukan buku yang ia siapkan sendiri. Bodohnya, bukankah ia yang menatanya dan menyiapkannya. Ia tampak kebingungan mencari buku matematikanya. Aku sekali lihat saja bisa menemukannya. Ah... merepotkan.

"Bab apa saja yang akan di teskan?"

"Bab apa? Kan pelajarannya sama denganmu."

"Aku tidak tahu."

"Babnya... ah ini dia. pelajarannya sampai halaman 40."

Aku membuka buku matematikanya dan menelitinyya sebentar. Ternyata pelajaranku baru sampai bab ini. Cukup mudah. "Begitu ya?Nah kita pelajari..." dengan segera ia menyodorkan pensilnya. Aku menatap aneh pensil bersarungkan boneka miliknya. Sudalah...

Aku mulai memberi tanda pada materi dibukunya.

"Dari mana kau tahu?" tanyanya tiba-tiba.

"Ini point yang penting."

"Boleh aku Tanya bagaimana caramu belajar?"

"Sekali aku dengar aku langsung bisa mengingatnya." Itulah kelebihanku. Ia terdiam mengerti.

"aku akan berikan beberapa soal."

"Hai."

Aku membuat soal yang mudah terlebih dahulu, berharap mengetahui sebatas mana kemampuannya.

"Kalau kau bisa menjawab pertanyaan ini, kau paling tidak bisa dapat 80% benar dalam ujian." Aku menyodorkan soal padanya. Awalnya ia nampak bersemangat, tapi setelah beberapa menit ia hanya melototi soal yang aku buat. Kemudian ia melirikku dengan takut.

Huff...Bodoh, "Apa saja yang kau lakukan dalam kelas? Rasanya aku ingin melihat ke dalam otakmu."

"Maaf." Katanya dan kemudian ia kembali melototi soal yang aku buat.

Huff... ini bakal jadi seminggu yang menyulitkan. Soal semudah itu ia tidak bisa, padahal dia sudah kelas 3. Begini tidak akan berhasil. Aku harus cari cara lain.

Kemudian aku membuatkan jadwal dan daftar apa saja yang harus ia pelajari selama seminggu ini. Aku mengambil leptop dan printer dan membawanya ke kamar Kotoko. Setelah aku rasa cukup dengan segera aku mengeprintnya.

"Kau punya plester?"

"Ini." Ia memberikan kotak plester padaku. Plesternya berwarna hijau dan bergambar. Dasar cewek, apa dia tidak punya plester yang biasa saja? Ah... benar dia kan cewek yang tidak biasa.

"Kau harus mengikuti jadwal yang sudah aku buat ini. Pastikan kau selalu memegang kamus meski kau ada di toilet dan saat kau mandi."

"Ugh... mengerikan." Keluhnya.

"Kita tidak punya waktu mengobrol. Hari ini ku pastikan kau kau ingat semua rumus matematika."

"Ehh... tapi sekarang sudah tengah malam." Keluhnya lagi.

****

Selama beberapa hari ini aku melihat dia berjuang dengan keras. Ketika sarapan ia sempatkan untuk belajar menghafal dan di sekolah ia juga jadi sering belajar di perpustakaan. Dia sangat rajin dan tekun. Entah kenapa aku merasa senang melihatnya seperti ini.

"Apa bahasa inggris 'sejauh ini'"

"So far."

"'Dengan kata lain'."

"'in other word'"

"On purpose?"

"Ha?"

"On purpose?"

"He... on purpose? Itu artinya sengaja." Huff... baguslah. Sepertinya ia sudah belajar dengan baik.

Akhirnya malam ini aku membuatkannya soal-soal latihan. Ia nampak semangat mengerjakannya. Aku senang melihat semangatnya. Beberapa kali aku mengajarinya beberapa rumus yang masih tidak ia mengerti. Aku menemaninya sepanjang malam. Sampai akhirnya aku merasa lelah.

Tiba-tiba hari sudah pagi. Sepertinya aku ketiduran. Aku melihat latihan soal yang sudah ia kerjakan. Sungguh mengejutkan. Dalam waktu seminggu ia bisa berkembang begitu pesat. Aku putuskan untuk turun. Saat itulah aku melihat dia di dapur sedang membuat kopi. Mungkin aku belum sadar sepenuhnya karena untuk pertama kalinya aku melihat dia begitu cantik. Dia memang manis, tapi rasanya hari ini begitu berbeda. Aku merasakan jantungku berdebar kencang dan gugup.

"Ohayou. Aku membuat kopi. Apa kau mau?" tanyanya membuyarkan lamunanku.

"Tentu." Jawabku acuh sembari duduk di meja makan. Damn... entah kenapa aku merasa gugup sekali.

"Silahkan." Ia menyodorkan secangkir kopi padaku. Aku meraih cangkir itu dan menghirup aromanya. Sangat harum dan pekat. Aku teguk sejenak dan rasanya sungguh nikmat. Rasanya ini adalah kopi ternikmat yang belum pernah aku rasakan sebelumnya. Rasanya hari ini begitu damai.

Kemudian ketika hendak berangkat sekolah aku mendengar mama memberikan sesuatu pada Kotoko.

"Ini untukmu." Ujar mama sembari memberikan amplop surat pada Kotoko.

"Apa ini?" Tanya Kotoko bingung.

"Jangan dibuka dulu. Kau baru boleh membukanya ketika kau mendapat peringkat seratus ke atas. Hingga nanti, ini akan menjadi keberuntunganmu"

"Terima kasih banyak." Ia tersenyum senang menapat hadiah itu. Berlebihan sekali, "Ini Cuma ujian semester." Sindirku. Namun jauh di dalam lubuk hati aku senang melihat dia penuh semangat hari ini.

Di sekolah ketika hendak turun aku melihat Kotoko dengan penuh semangat berjalan sambil memegang bukunya. Ia terkejut melihatku. Wajahnya nampak bingung dan cemas. Aku tidak tahu apa yang ia cemaskan. Kemudian ia berjalan lurus tanpa melihatku lagi. kemudian saat kami berselisihan.

"Arigato." Katanya.

"Genbatte." Jawabku spontan. Untuk kali ini aku bersungguh-sungguh berdoa atas keberhasilannya. Karena kau tahu dia sudah berusaha keras dan ia layak mendapatkan ganjarannya. Kotoko, semangat!

Seusai sekolah aku melihat Kotoko sedang bersenang-senang dengan teman-temannya. Cowok bodoh itu masih saja menempel padanya. Entah kenapa aku merasa kesal melihat mereka seakrap itu.

"Bukankah dia bilang ia mencintaimu? Ternyata dia sudah punya pacar" sindir Watanabe teman sekelasku yang kebetulan keluar bersamaku.

"Itu bukan urusanku." Dia bukan pacarnya dan kau tidak tahu apa-apa.

"Kurasa begitu. Oh ya teman-teman ke kafe sekarang. Apa kau mau ikut?" tanyanya. Aku terdiam sejenak memikirkannya. "Sepertinya tidak." Katanya kemudian setelah melihatku terdiam lama.

"Ya aku kau ikut."

"Apa? Kau serius?" kejut Watanebe tidak menyangka.

Aku menatap kumpulan teman-teman Kotoko dan juga cowok bodoh itu yang masih saja menempel padanya. Melihat dia bersenang-senang bersama membuatku kesal. Memangnya hanya mereka yang bisa bersenang-senang.

"Kau tidak pernah begini selama tiga tahun ini." Ujar Watanabe heran.

"Ya, sepertinya menyenangkan." Jawabku lalu.

"Kalau begitu ayo jalan."

****

Akhirnya hasil ujian sudah keluar. Papan madding sangat ramai dengan anak-anak yang hendak melihat nilai mereka. Aku menyempatkan diri untuk melihat apakah Kotoko berhasila apa tidak. Ya, dia berhasil. Meskipun aku yakin ia bisa tapi tetap saja rasanya mengejutkan cewek bodoh seperti dia bisa ada di pringkat 100 besar. Kemudian aku beralalu pergi dan tak sengaja bertemu dengannya.

"Selamat ya kamu ada di peringkat 1. Nilaimu sempurna." Katanya tersenyum manis padaku.

"Kau juga selamat." Balasku tulus.

"He?" tanyanya bingung.

"Kau belum lihat?" gentian aku yang bingung. Dengan segera ia melihat ke papan madding. Bagaimana bisa ia lebih memperdulikan hasil pringkatku dari padanya pringkatnya sendirini? Dia benar-benar luar biasa membuat hatiku mendadak kembali aneh dan tidak tenang.

"Irie-kun! Aku di peringkat 100. Aku senang sekali!" serunya dengan sangat gembira. Akupun ikut senang atas keberhasilannya. Dengan begini aku bisa mendapatkan kembali foto memalukan itu. Aku menyodorkan sebelah tanganku. Ia nampak bingung sesaat tapi kemudian dengan senyum lebar ia menggengam tanganku dengan semangat.

"Syukurlah hehe."

"Bukan itu." Tepisku gugup. "Kembalikan benda itu."

"Oh itu. Maksudmu ini?" tanyanya sambil tertawa dan menyodorkan fotoku. Dengan panic aku segera merebutnya. "jangan tunjukan pada siapapun. Dan aku sudah bilang beberapa kali jangan bicara denganku di sekolah." Kataku panic sekaligus gugup. Aku harus segera kembali ke kelas sebelum aku mulai gila karennya.

"Irie-kun." Panggilnya. Dengan malas aku menoleh.

"yang terpenting adalah hal yang bisa dilakukan dan tidak boleh dilakukan. Jika kau punya kekuatan mental dan ke..."

"Ketekunan maksudmu?"

"he?"

"Kalau kau punya kekuatan mental dan ketekunan, kau pasti berhasil."

"Hehe... ternyata kau tau sisa kutipan dari chesterfield."

"Tentu saja." Mengagumkan. Dia benar-benar belajar benyak. Kotoko, sejak hari ini pandanganku terhadapmu berubah. Kau bukan hanya cewek bodoh tapi juga cewek yang pantang menyerah.

****

Keterlaluan, ini sungguh KETERLALUAN. Bagaimana bisa ia bisa melakukan ini padaku. Dengan kesal aku berjalan menuju kelasnya.

"Aihara!"

"Ada apa?"

"Ikut saja denganku." Aku menyeretnya pergi begitu saja.

"Bukankah seharusnya kita tidak boleh saling bicara di sekolah?" katanya. Dengan kasar aku mendorongnya menghadap madding. Di sana terpampang foto kami berdua ketika kami sama-sama ketiduran saat belajar bersama. Ini pasti ulah mama. Semua menertawai dan mengejek kami. Apa dia sengaja? Apa dia ingin mempermalukan aku?

"Anu... jinko dan satomi..."

"Ada apa dengan temanmu?" bentakku marah kemudian pergi begitu saja.

"Irie-kun. Gomen. Aku sungguh-sungguh minta maaf." Sesalnya.

"Dari ketika kau menulis surat itu untukku, aku pikir kau tidak akan keberan dengan rumor itu. Sebaliknya itu sangat mengangguku."

Aku tahu ini bukan salahnya 100 %tapi tetap saja ini sangat menjengkelkan. Aku pikir hidupku akan kembali tenang setelah ku dapatkan fotoku lagi, ternyata masih ada foto lain yang tak kalah memalukannya membuatku makin kesal.

****

Continue Reading

You'll Also Like

477K 36.4K 59
Kisah si Bad Boy ketua geng ALASKA dan si cantik Jeon. Happy Reading.
42.8K 4K 41
Sebuah cerita Alternate Universe dari tokoh jebolan idol yang banyak di shipper-kan.. Salma-Rony Bercerita mengenai sebuah kasus masa lalu yang diker...
390K 4.2K 84
•Berisi kumpulan cerita delapan belas coret dengan berbagai genre •woozi Harem •mostly soonhoon •open request High Rank 🏅: •1#hoshiseventeen_8/7/2...
123K 9.8K 87
Kisah fiksi mengenai kehidupan pernikahan seorang Mayor Teddy, Abdi Negara. Yang menikahi seseorang demi memenuhi keinginan keluarganya dan meneruska...