Xodiac Punya Cerita

By KEVINZCR

33.8K 2.7K 2.4K

Apakah impian Zayyan terlalu muluk? Impian nya adalah menjadi penyanyi solo yang terkenal di negeri tercinta... More

Zayyan
Naik Pesawat
Impian Setinggi Gedung Agensi
Pertanda Apa?
Kamsahamida...
Jangan Sedih
Trio Hongkong
Hyunsik
Setelah Wajib Militer
Cuma Melihat Dari Luarnya
Karena Kamu
Membuat Oranglain Berubah
Jangan Marah
Seperti Kemarin
Heat Waves
Seseorang yang Kau Lihat di Layar
Ketemu Lagi
Namaku Zayyan
(Bukan update : Titip foto masa lalu Beomsoo)
Jauh Dekat
Bitterlove
Bitterlove (2)
Ada Aku
Love Care
Beauty is Pain?
Chapter Spesial Ramadhan 💖
Demi Ayang!
Creme Brulee
Beomsoo Revenge
Kamsahamnida, Kim Dongbhin
Chapter Spesial Lebaran 💖 (Part I)
Lebaran (part II)
Cowok Imut
Gyumin
Cinta Pertama (2)
Downpour
Drunk Text
Seperti Dunia Milik Berdua
Throw A Dice
Cowok Dengan Senyum Termanis
Surat dari Beomsoo
Escape
Cemburu
Kesan Pertama

Cinta Pertama

507 32 46
By KEVINZCR

Pastikan sudah membaca chapter sebelumnya 💖




Siang tadi saat di kelas, Hyunsik menolong seorang korban bullying, hingga membuat Hyunsik berkelahi dengan pelaku. Dan beruntung, Hyunsik lah yang memenangkan perkelahian.



Sore harinya, waktu pulang sekolah pun tiba.

Hyunsik merangkul si korban yang telah ditolongnya itu, dan membawanya menuju bagian belakang dari sebuah gedung kosong, dimana sudah ada Gyumin yang menunggu. Sesampainya disana, sejenak Gyumin dan si korban bingung dengan apa yang diinginkan Hyunsik.

Hyunsik memberi sejumlah uang pada si korban. "Tolong belikan sebotol soju dan sebungkus rokok!"

"Hah?!" si korban dan juga Gyumin pun heran.

"Nggak usah heran gitu, kali'. Biasa aja," kata Hyunsik.

"Tapi kenapa harus aku yang belikan?" tanya si korban.

"Karena di angkatan kita, kau yang usianya lebih tua dan sudah cukup umur, meskipun kau masih kelas 3 SMA dan sekelas denganku. Penjaga minimarket tidak akan melarangmu membeli alkohol dan rokok. Udah sana belikan!"

"Tapi aku masih pakai seragam SMA."

"Ya tutupi lah seragam mu dengan jaket! Dasar bodoh, pantas saja kau dibully! Udah sana!"

Si korban hanya bisa menuruti perintah Hyunsik. Ia pun pergi ke minimarket untuk membelikan dua barang tersebut.

Tidak lama kemudian, sebotol soju dan sebungkus rokok sudah berada ditangan Hyunsik. Ia pun menenggak sebotol minuman tersebut.

Gyumin hanya menggelengkan kepala melihat kelakuan Hyunsik. "Hyung, kita ini masih dibawah umur. Belum boleh minum dan merokok."

Hyunsik menghembuskan asap dari mulutnya. "Jadi cowok jangan cupu gitu, lah. Toh, kalau nanti kita sudah cukup umur, kita boleh melakukan hal seperti ini."

Kemudian, Hyunsik menyodorkan sebatang rokok yang sudah menyala kearah Gyumin. "Yaa! Gyumin, hisaplah!"

"Nggak mau!"

"Yaa! Gyumin-aa, jadi cowok jangan penakut! Harus berani mencoba!"

"Hyung, aku kasih tau ya. Sifatmu itu toxic!"

"Jangan ngajarin yang lebih tua!
Ayo hisap!"

Karena didesak Hyunsik, Gyumin terpaksa mengambil sebatang rokok dari tangan Hyunsik, lalu menghisapnya.

Hyunsik tersenyum puas. "Nah gitu dong, Gyumin. Itu baru namanya laki!"

Sebatang rokok itu jatuh ke tanah dan apinya padam. Tiba-tiba, Gyumin terlihat kesulitan bernafas. Nafas Gyumin tersengal-sengal seperti tercekik, sambil memegangi dadanya.

Hyunsik panik. "Gyumin? Gwenchana?"

Kemudian, Gyumin jatuh pingsan dan tergeletak di tanah.

"Gyumin!!" Hyunsik mendekati sahabatnya itu dan mencoba membangunkannya.

"Gyumin-aa, bangun!" Hyunsik menepuk-nepuk pipi Gyumin. Tapi, Gyumin tidak bangun juga.

Hyunsik semakin panik. "Ottoke?! Ini salahku! Gara-gara aku paksa dia merokok. Ayo, berpikir lah! Berpikir! Gimana cara bangunin Gyumin?!"

Hyunsik dapat ide. "CPR! Itu dia! Tapi gimana caranya?"

Meski sedikit ragu, Hyunsik pun melakukan CPR dengan cara kedua tangannya menekan-nekan perut Gyumin. (Itu salah! CPR yang benar adalah menekan-nekan bagian dada).

"Terus apalagi ya?" Hyunsik berpikir. "Oiya... nafas buatan."

Kedua tangan Hyunsik dengan lembut membuka mulut Gyumin. Lalu dari samping, mulut Hyunsik menutupi mulut Gyumin untuk memberinya nafas buatan.

Saat itulah, bibir Hyunsik pertama kalinya bersentuhan dengan bibir seseorang. Begitu juga dengan Gyumin.

Beberapa kali Hyunsik memberi nafas buatan ke mulut Gyumin. Beberapa kali juga, bibir mereka saling bersentuhan.

Sayangnya, Gyumin tidak bangun juga.

"Ottoke?!!" Hyunsik mulai menangis saking paniknya, lalu mengguncang-guncangkan tubuh Gyumin untuk membangunkannya. "Gyumin-aa! Bangunlah! Kumohon! Jangan mati!"

Hyunsik hendak mengangkat tubuh Gyumin. "Aku... aku harus membawanya ke Rumah Sakit."

Mendengar kata Rumah Sakit, tiba-tiba sepasang mata Gyumin membuka. Hyunsik pun tercengang melihatnya. "Gyumin-aa?! Kau sudah sadar?!"

Gyumin lalu duduk dengan posisi menjauhi Hyunsik, lalu Gyumin memegangi perutnya. "Sakit, hyung. Tadi kamu tekan-tekan perutku. Tindakan CPR mu tadi salah!"

Hyunsik heran melihat Gyumin. Dan saat mereka berdiri, Hyunsik mulai curiga.

"Yaa! Gyumin-aa, tadi kau cuma pura-pura pingsan?! Kau mengerjaiku?!!"

Gyumin cuma bisa nyengir melihat Hyunsik marah.

"Shibal sekiya, Gyumin-aa! Beraninya kau!!" Hyunsik menendang bokong Gyumin tapi tidak kena, karena Gyumin cepat menghindar. Gyumin pun lari demi menghindari amukan Hyunsik.

"Yaa! Gyumin-aa, jangan lari! Sini ku hajar kau!" Hyunsik pun berlari mengejar Gyumin.

Gyumin masih berlari sambil tertawa bahagia karena berhasil mengerjai Hyunsik.


****


Keesokan harinya.

Pagi hari sebelum berangkat sekolah, Gyumin berdiri didepan cermin sambil merapikan seragamnya.

Gyumin memandangi bayangan wajah tampannya di cermin. Dengan lembut, ia meraba bibirnya. Teringat saat kemarin dirinya pura-pura pingsan, dan Hyunsik memberinya nafas buatan.

Pipi Gyumin memerah. Itu pertama kalinya bibirnya bersentuhan dengan bibir seseorang. Saat itu, Gyumin sangat menikmatinya. Gyumin pun ingin merasakannya lagi... dan lagi.

Gyumin juga teringat. Saat dirinya pura-pura pingsan, Hyunsik yang bodoh pun menangis karena mengira Gyumin akan mati. Dari situ, Gyumin merasakan bahwa Hyunsik sangat menyayanginya. Meskipun sebelumnya, Hyunsik melakukan tindakan bodoh dengan memaksanya merokok.

Gyumin tersenyum. Rasanya tidak sabar bertemu Hyunsik di sekolah.



Sesampainya di sekolah.

Gyumin yang masih mengenakan ransel di punggungnya, tidak langsung ke kelasnya sendiri, tetapi ia menghampiri kelas Hyunsik.

Gyumin memasuki kelas tersebut. "Eomma Hyunsik!" sapa Gyumin dengan ceria sambil menghampiri bangku Hyunsik.

Hyunsik memandang dengan kesal. "Eomma, eomma... Anak siapa, lu?! Anak tetangga?!"

Gyumin merangkul Hyunsik. "Hyung kok gitu, sih? Inget nggak waktu kita kecil? Hyung jadi mamanya, aku jadi anaknya. Aku kan anak eomma Hyunsik."

"Lu bukan anak gue! Lu anak tetangga!"

"Hyung, masih ngambek ya gara-gara kemarin aku pura-pura pingsan?"

Di mata Gyumin, wajah Hyunsik yang lagi ngambek, entah kenapa terlihat jauh lebih tampan dibanding biasanya. Pipi Gyumin memerah. Sejak kapan Hyunsik setampan ini? Atau Gyumin yang baru sekarang menyadarinya?

Apalagi bibir Hyunsik yang indah karena rajin dipakein lipbalm. Gyumin jadi teringat saat kemarin Hyunsik memberinya nafas buatan.

"Iyalah, gimana aku nggak ngambek?!" Hyunsik emosi. "Kemarin aku khawatir banget, lho! Ternyata kamu cuma pura-pura!"

"Maaf deh, hyung. Lagian, hyung juga yang salah. Memaksa aku merokok. Ya aku kerjain aja, biar hyung kapok."

"Aku nggak mau maafin kamu! Kecuali kalau pulang sekolah, kamu traktir aku oden yang banyak!"

"Oke! Siap!"

"Sampai uang jajanmu habis!"

Senyum Gyumin memudar. "Hah? Kok gitu sih?"



Beberapa jam kemudian.

Jam istirahat pun tiba. Seorang siswa kelas 3 memiliki beberapa bekas luka di wajahnya, dan diplester di beberapa bagian. Dia adalah pelaku bullying yang kemarin dihajar Hyunsik.

Dengan penuh amarah, dia berjalan menuju toilet, diikuti dua temannya di belakang.

Sesampainya di toilet, si pelaku memukul kepala dua temannya itu satu-persatu. "Dasar kalian bodoh! Kenapa kalian diem aja pas kemarin aku berkelahi dengan Hyunsik?!"

Dua temannya itu terlihat ketakutan. Salah satu dari mereka menjawab, "abisnya, kemarin Hyunsik berantemnya brutal banget. Kami jadi takut."

"Harusnya kalian berdua serang Hyunsik secara bersamaan! Dengan begitu, dia pasti kalah! Kalau satu lawan satu, jelas kita kalah, dong! Bodoh banget kalian berdua!"

Si pembully menghela napas. "Yaa! Kalian berdua masih mau jadi temanku, nggak?! Atau aku cari teman lain yang lebih pinter?!"

Dua temannya itu panik. "Mau! Kami masih mau jadi temanmu!"

"Oke! Pulang sekolah, kita labrak Hyunsik! Pokoknya, kita bertiga harus kompak dan menghajar dia bersama-sama! Jangan diem aja kayak kemarin! Kalau sampai gagal, genk kita bubar! Paham?!"

Dua temannya itu mengangguk dengan cepat. Kemudian, mereka bertiga pun meninggalkan area toilet.

Seorang siswa kelas 1 keluar dari salah satu bilik toilet, lalu menuju wastafel dan mencuci tangan. Dia adalah Gyumin. Wajah tampannya terlihat tegang usai mendengar percakapan tiga siswa tadi, yang punya niat jahat terhadap Hyunsik.

"Shibal! Aku harus menolong Hyunsik-hyung!"


****


Sepulang sekolah.

Di belakang gedung yang sepi, Hyunsik didorong oleh si pembully hingga punggungnya membentur dinding. Didepan Hyunsik, si pembully dan dua temannya menatapnya penuh dendam.

Kedua tangan si pembully mencengkeram kerah seragam Hyunsik. "Yaa! Shibal! Ini akibatnya kalau kau berani melawanku! Akan ku hancurkan tubuhmu!"

"Apa?" Hyunsik tersenyum menyeringai. Tidak ada rasa takut sedikitpun dari wajah Hyunsik. "Kemarin saja kau kalah setelah ku hajar habis-habisan. Masih belum kapok, ya? Mau ku hajar lagi?"

Si pembully meninju pipi Hyunsik. "Yaa! Hyunsik sekiya! Kau akan mati hari ini! Di tangan kami bertiga!"

Tiga berandal itu bersiap mengeroyok Hyunsik. Lalu tiba-tiba terdengar suara siulan dari arah samping.

Suuiiuit!...

Tiga berandal itu dan juga Hyunsik menengok kesamping, kearah asal suara. Beberapa meter disebelah mereka, terlihat Gyumin dengan kedua tangannya masing-masing memegang sebuah cutter.

Dua buah cutter yang dipegang Gyumin terlihat mengancam. Membuat tiga berandal itu menyembunyikan rasa takut mereka.

Si pembully tersenyum sinis kearah Gyumin. "Yaa! Kau itu cuma anak
kelas 1! Mau melawan kami yang
kelas 3, hah?!"

"Kenapa nggak?" jawab Gyumin yang berjalan santai kearah mereka.

Jempol Gyumin menaikkan bagian pisau pada cutter. Membuat bagian gerigi pada cutter berbunyi...

Ctak!

Bagian pisau pada cutter dinaikkan lagi, hingga gerigi nya berbunyi lagi...

Ctak!

Bunyi yang sama terdengar berulang-ulang. Setiap detik, dan perlahan.

Ctak!

Entah kenapa, bunyi sederhana itu mengganggu kondisi mental ketiga berandal itu.

Ctak! 

Membuat ketiganya membayangkan tajamnya ujung cutter, yang mungkin akan menyayat kulit mereka hingga mengeluarkan banyak darah.

Ctak!

"Mitjjin-ya (kau gila)?!" seru si pembully kearah Gyumin. "Kau mau bun*h kami?!"

Wajah Gyumin terlihat creepy. "Kenapa nggak? Berani kalian sentuh hyung-ku, habis kalian!"

"Kau bisa masuk penjara, bodoh!"

"Aku tidak peduli. Pergi dan tinggalkan hyung-ku!"

Gyumin berjalan santai kearah mereka dengan kedua tangan memegang cutter. Salah satu berandal itu melempar Gyumin dengan sepatu, tapi tidak kena karena Gyumin menghindar. Berandal itu melempar sepatu lagi kearah Gyumin, tapi arahnya meleset dan tidak kena sama sekali.

Tangan Gyumin mengacungkan ujung cutter yang tajam kearah mereka.
"Ayo maju!"

"Shibal!" ketiganya mulai ketakutan melihat Gyumin yang creepy. Daripada kulit mereka disobek pakai dua buah cutter yang dipegang Gyumin, ketiga berandal itu memilih untuk kabur. Lari meninggalkan Gyumin dan Hyunsik.

Jempol Gyumin menurunkan bagian pisau pada dua buah cutter itu, hingga ujungnya yang tajam tidak lagi mencuat keluar, lalu memasukkan dua buah cutter itu kedalam tas. Kemudian, Gyumin mendekati Hyunsik.

"Hyung? Gwenchana?"

Gyumin dan Hyunsik berpelukan erat. Dalam pelukan itu, Hyunsik merasa aman. Meskipun Hyunsik jago berkelahi, tapi sebenarnya sejak tadi Hyunsik menyembunyikan rasa takut.

"Gyumin-aa... gomawo."

Dalam pelukan itu, Gyumin hanya mengangguk. Bangga karena dirinya yang lebih muda, berhasil melindungi hyung tersayangnya.



Beberapa saat kemudian, mereka berdua pun berjalan menuju bagian depan gedung, untuk menuju jalan raya lalu pulang. Tapi baru sampai di koridor, tiba-tiba hujan deras pun turun.

"Yaah... hujan," kata Gyumin.

"Kita berteduh saja dulu."

Sambil menunggu hujan reda, mereka pun duduk di koridor itu. Saat lengan Gyumin bersentuhan dengan lengan sahabatnya itu, Gyumin merasakan panas.

Gyumin menengok kearah Hyunsik. "Hyung, gwenchana?"

Terlihat wajah Hyunsik yang lemas. Tangan Gyumin memegang dahi Hyunsik, dan lagi-lagi terasa panas.

"Hyung, kau demam?"

"Entahlah."

Gyumin bingung. Hujan malah makin deras, membuat Gyumin belum bisa membawa Hyunsik ke klinik terdekat. Sementara itu, Hyunsik terlihat semakin lemas.

"Hyung, tidurlah di pangkuan ku."

Hyunsik menurut. Ia pun merebahkan kepalanya di kedua paha Gyumin, dengan posisi miring dan wajah menghadap keluar, memandangi hujan yang belum juga reda. Kemudian, tubuh Hyunsik mulai terlihat menggigil.

"Hyung, kau kedinginan?"

Hyunsik hanya mengangguk, sambil berusaha menahan dingin. Sedangkan, Gyumin bingung. Mereka berdua sama-sama tidak membawa jaket atau apapun yang bisa menghangatkan.

Yang bisa Gyumin lakukan hanyalah memeluk sekujur lengan Hyunsik. Gyumin memeluk Hyunsik lebih erat, agar rasa dingin ditubuh Hyunsik berganti dengan kehangatan, ditengah hujan yang semakin deras.


****


Bersambung

Continue Reading

You'll Also Like

4.1M 198K 38
***EDITED AND REVISED VERSION IS AVAILABLE ON AMAZON IN PAPERBACK AND KINDLE*** "You wrote my name wrong" "You said it's Rider" "It's Ryder with a Y"...
54.3M 386K 68
Stay connected to all things Wattpad by adding this story to your library. We will be posting announcements, updates, and much more!
1.2M 99.5K 25
"Aku menginginkan dia berapapun harganya." start, 14 juni 2021 end, 19 januari 2022 8/3/2022: 1 in Al. 26/12/2022: 1 in homo. WARNING! INI CERITA BL...
11.6M 520K 109
An age gap love story. A brokenhearted billionaire. A college girl. ***** "Nevaeh," Aiden whispers, "can I rest my head on your shoulder?" I nod, l...