Kevin Huo's Proposal

By Liana_DS

863 157 43

Berkorban untuk pekerjaan tidak pernah ada dalam kamus Zhang Ling. Jika sebuah merek, proyek, atau fotografer... More

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
53
54
55
56
57
58

52

5 2 0
By Liana_DS

"Saya ingin minta maaf atas segala tindakan dan ucapan yang pernah menyakiti Anda, Nona Zhang."

Yang tidak mencoba membela dirinya–secara tersirat sekalipun–melalui permintaan maaf ini. Mengesankan.

"Saya telah mengambil begitu banyak keputusan untuk keluarga saya dan Kevin Huo. Saya merasa selama ini semuanya berjalan baik karena keputusan-keputusan itu, tetapi rupanya, saya terlalu angkuh. Beberapa di antaranya adalah kesalahan besar. Pengalaman bersama Anda berdua telah membuka mata saya."

Setelah beberapa lama, Yang baru berani menatap Ling.

"Profesionalitas, tuntutan sebagai 'anak-anak penjahit yang beruntung', dan persepsi keliru tentang kesuksesan telah membutakan saya dari penderitaan banyak orang, terutama keluarga saya sendiri, terutama A-Xiang. A-Tian yang lebih emosional sering bersikap menentang sejak awal kami bergabung dengan Kevin Huo, tetapi A-Xiang begitu penurut, begitu percaya pada saya ... kepercayaan yang akhirnya saya sia-siakan.

"Begitu malu saya mengakui bahwa A-Xiang jauh, jauh lebih bahagia bersama Anda."

Ini seperti mimpi saja, batin Ling terharu. Xiang sudah sering menunjukkan bahwa ia bahagia bersama Ling, tetapi sampai orang selain mereka berdua menyadarinya? Itu perubahan drastis. Sudah begitu, kebahagiaan Xiang pasti cukup besar kalau sampai mampu menggugah perasaan Yang.

"Beberapa waktu lalu, saya bertemu orang tua kembali setelah sekian lama," kenang Yang. "Sebelumnya, saya menghindari mereka karena menganggap merekalah alasan saya dan adik-adik akan selalu ditolak orang-orang lama Kevin Huo. Orang tua saya penjahit kecil yang tak bernama di Fuzhou, yang cuma bisa mengontrak rumah sempit untuk tempat tinggal lima orang, yang tidak mewariskan kemampuan bisnis kepada saya agar cukup layak memimpin Kevin Huo. Saat bertemu mereka, saya langsung tahu bahwa bukan itu alasan saya menghindar.

"Orang tua saya begitu bijak–dan saya ternyata hanya takut mereka menunjukkan kesalahan-kesalahan selama saya menjabat, seperti dulu sering mereka lakukan ketika saya mulai kehilangan arah." Getar suara Yang begitu parah sampai ia harus perlu seteguk teh untuk meredamnya. "Saya juga takut rasa rindu dan bersalah terhadap mereka melumpuhkan saya, apalagi kita berada pada titik-titik krusial promosi koleksi Fenghuang waktu itu. Dengan menghindari mereka, saya juga bisa menghindari perasaan saya itu, tetapi A-Xiang dan A-Tian dengan berani meluruskan pemikiran saya.

"Kalau bukan karena Anda dan Tuan Zhang Wei, kami bertiga akan terus saling menjaga jarak, juga menutup diri karena merasa tidak punya siapa-siapa. Nyatanya, kami punya orang-orang yang selalu membersamai dan mendukung kami, yaitu keluarga."

Ling ingat disebut 'anak perempuan pertama' oleh Yang sebagai bagian dari proyek Fenghuang. Dibandingkan waktu itu, cara Yang mengucapkan 'keluarga' sambil memandangnya sekarang terasa lebih bermakna.

"Meskipun kita banyak berselisih pendapat, Anda maupun Tuan Zhang Wei tidak pernah berniat menjatuhkan kami bertiga, tidak seperti beberapa orang di perusahaan. A-Xiang dan A-Tian pun menemukan sosok sahabat dalam diri Anda berdua, maka mengapa saya harus menghalang-halangi kalian bersama?

"Sekali lagi, saya sungguh menyesal atas segala hal yang menyakitkan Anda, tidak, Anda berdua, dengan Tuan Zhang Wei juga." Yang menunduk lagi. "Saya mohon maaf sebesar-besarnya."

Ling mengembuskan napas panjang sesenyap mungkin sebelum menandaskan isi cangkirnya.

"Anda ... memang telah memberi saya waktu yang sulit," ucap Ling, dijeda bunyi cangkir diletakkan pelan di meja. "Namun, saya juga mendengar sendiri bagaimana orang-orang–yang baru masuk sekalipun–bicara buruk tentang Anda dan adik-adik Anda di belakang. Itu tidak adil untuk ukuran orang yang bekerja sekeras Anda bertiga. Kalau harus menghadapi sesuatu sejahat itu setiap hari, apalagi dengan posisi setinggi Anda, saya kira saya akan melakukan apa yang Anda lakukan juga, bahkan mungkin lebih buruk.

"Direktur Feng, jujur, saya sering menganggap Anda kejam sepanjang masa promosi ini karena apa yang Anda lakukan kepada saya dan adik Anda. Namun, Feng Xiang sangat menghormati dan menyayangi Anda. Perasaan itu tidak akan timbul jika Anda memang egois sejak dulu, kan? Lewat Feng Xiang, saya tahu bahwa Anda selalu melakukan yang terbaik untuk keluarga Anda. Apa yang terjadi kemarin-kemarin di antara kita–saya yakin–sebetulnya didasari niat yang sama.

"Saya memaafkan Anda, Direktur, dan saya juga minta maaf atas segala masalah yang saya timbulkan sebelumnya." Ling membungkuk di kursinya, lalu mengulurkan tangan bersahabat. "Mari kita mulai lagi sebagai dua orang yang sama-sama ingin membahagiakan Feng Xiang."

Yang mengangguk setuju, menjabat tangan Ling dengan mantap, dan mendesah lega setelahnya. Berbeda dengan saat masuk rumah, pria itu kini tampak lebih ceria.

"Rasanya satu beban besar dalam hati saya telah terangkat. Terima kasih banyak, Nona Zhang."

"Terima kasih kembali, Direktur Feng." Sambil bicara, Ling mengeluarkan kotak makan dari tas kertas, membuka wadah bakso ikannya. "Omong-omong, Anda bisa mulai memanggil saya 'Zhang Ling' saja seperti adik-adik Anda. Rasanya lebih akrab begitu ... tapi terserah Anda, sih."

"Oh." Yang agak kaget dengan penerimaan Ling terhadap dirinya yang demikian cepat, tetapi kemudian tertawa kecil. "Jadi ... 'Zhang Ling', seperti itukah? Saya sedikit canggung karena belum terbiasa, tapi akan saya coba."

"Tidak masalah. Saya sejujurnya sedang meminta Anda bicara informal karena saya juga ingin memanggil Anda 'Kakak' suatu saat nanti."

Bibir Yang membuka, tetapi tidak ada kata terucap. Ia terpaku selama beberapa saat, membuat Ling salah tingkah meskipun sebelumnya bersikap kepedean. Masalahnya, satu: Ling belum kepikiran cara lain untuk mencairkan suasana dan dua: ia ingin betulan mengenal lebih dekat sosok Yang yang diteladani Xiang. Sosok Yang si tukang kekang tampaknya telah tertinggal di belakang.

Daripada tambah canggung, lebih baik makan bakso ikan ini saja dan puji pembuatnya, enak tidak enak! pikir Ling buat menyelamatkan diri dari rasa malu. Ia pun menuangkan kuah ke bakso ikan dan akan mulai menyendok jika Yang tidak buka suara.

"Anda bisa memanggil saya 'Kakak'."

Ling mengalihkan pandang dari kotak makan berisi bakso ikan yang terendam kuah ke Yang. Pria itu tersenyum ramah. "Ini mungkin akan jadi pengalaman pertama Anda menjadi adik, bukan begitu?"

Tertular, Ling membalas senyum Yang dengan cara yang sama. Harum kuah bakso yang masih hangat menyeruak di antara mereka.

"Tidak sepenuhnya benar. Wei lebih 'kakak' daripada saya karena banyak hal, salah satunya karena lebih pandai memasak." Ling akhirnya menyendok baksonya. "Kalau ini enak, baru Anda resmi menjadi 'kakak' saya."

"Ada peraturan seperti itu?" tanya Yang terhibur. Ling membalasnya dengan seruputan kuah yang slebor, disusul pujian tulus yang gadis itu sendiri tidak mengantisipasi.

"Ini enak sekali! Sudah ditetapkan, Direktur Feng, Anda adalah kakak saya mulai hari ini!"

Untuk pertama kalinya, Yang tertawa cukup panjang di depan Ling–yang untuk pertama kalinya juga tidak menjaga sikap di depan sulung Feng itu.

***

Xiang terbangun di kursi pengemudi ketika pintu depan mobil sisi penumpang terbuka. Yang yang membuka pintu itu tidak langsung masuk.

"Mau bertukar? Kamu kelihatan masih mengantuk," tawar sang direktur riang, menyunggingkan senyum Xiang pula.

Sepertinya pembicaraan dengan Zhang Ling berjalan baik, batin Xiang, yang tanpa sepengetahuan Ling mengantarkan Yang untuk pertemuan hari ini.

"Boleh." Namun, begitu berpindah kursi dan mobil dijalankan, kantuk Xiang hilang seketika. "Bagaimana tadi?"

"Pada intinya, dia memaafkanku. Memang semula agak rikuh, tetapi untuk awal yang baru bagiku sudah bagus sekali." Telunjuk Yang mengetuk-ngetuk setir sesuai irama lagu bervolume rendah dari pemutar musik mobil. "Dan, dia mau memanggilku 'Kakak' cuma gara-gara bakso ikanku enak. Gadis yang aneh."

"Dia makan bakso ikannya di depanmu? Zhang Ling memang ajaib," ucap Xiang geli. "Ajaib ... tapi dia tulus dan mau bersungguh-sungguh, bahkan untuk membahagiakan orang lain."

Yang melirik Xiang yang pandangannya menerawang keluar jendela. Rona merah tipis menghias wajah tampan adiknya itu. Retina Xiang boleh menangkap pemandangan kota, tetapi yang terbayang di benaknya jelas hal lain. Seseorang yang lain.

"Kamu benar. Dia gadis yang baik, jadi jangan menyia-nyiakan perasaannya, A-Xiang."

Xiang menoleh secepat kilat, mengerjap-ngerjap keheranan pada kakaknya yang seakan baru saja memberi restu. Restu ... untuk apa?

Pada akhirnya, Xiang cuma mengusap tengkuknya yang panas dengan kikuk dan berkata, "Tanpa kaubilang pun, aku tak akan menyia-nyiakannya, Kak."

***

yourwing张翎 Program rehabilitasi hari terakhir! Terima kasih Pusat Rehabilitasi Sunshine Shanghai atas bantuannya selama ini! Terima kasih pula T-shirt dengan shanshui print dari koleksi pria kevinhuo yang sejuk sekali buat dipakai latihan! Foto oleh official_凤翔_2810

___Balasan (1,671)

official_凤翔_2810 Selamat 👍 Kerja bagus!

Sudah lama sekali Ling tidak membuat unggahan promosi di Weibo pribadi. Hari ini, ia merayakan 'kelulusannya' dari program rehabilitasi dan secara kebetulan mengenakan T-shirt berlukisan gunung-sungai alias shanshui dari koleksi lama Kevin Huo, maka tercetuslah ide membuat konten promosi impromptu. Meskipun T-shirt itu bukan bagian koleksi Fenghuang, Ling pikir tak ada salahnya mempromosikan produk-produk lama; toh duta yang mempromosikannya baru.

Kali ini pun engagement-nya bagus sekali.

Diam-diam, Ling memuji diri sendiri saat menggulung layar ponsel. Dalam foto separuh badan yang diunggahnya itu, ia menunjuk tulisan 'ruang rehabilitasi ortopedi'. Sudut pengambilan gambarnya telah diatur sedemikian rupa oleh Xiang agar detail lukisan shanshui di kaus Ling tetap terlihat. Dibandingkan waktu baru memulai rehabilitasi (yang fotonya juga Ling sertakan), Ling sekarang lebih cerah-ceria; pengikut Weibo-nya tentu turut senang. Sudah begitu, foto yang diunggah itu diambil dan dikomentari positif oleh Xiang; interaksi mereka menghangatkan kolom komentar dengan goda-godaan ('aduh, mesranya!') dan ungkapan rasa iri ('kapan kau memberiku selamat seperti Feng Xiang begini?' disertai mention akun). Jumlah sukanya mencapai tiga ribu lebih dalam kurang dari dua belas jam.

Setelah puas mengecek kolom komentar pada unggahannya sendiri, sambil berbaring malas-malasan di sofa apartemennya, Ling mengeklik profil Xiang. Unggahan terbaru pria itu juga tertanggal hari ini, foto Ling yang diambil candid tadi pagi di halaman rumah sakit tempat rehabilitasi. Ketika ditunjukkan foto itu pertama kali oleh Xiang, Ling terpukau: di bawah kelimpahan cahaya mentari, dengan teknik pengambilan gambar yang tepat, ia tampak sempurna, seakan-akan sedang mengiklankan fasilitas kesehatannya saja. Ling bahkan bercanda: 'kau bisa tempelkan teks 'Pusat Rehabilitasi Sunshine Shanghai' di situ dan mereka akan berterima kasih sudah diiklankan'.

Xiang merendah, bilang skill fotografi dan promosinya tidak sebagus anggapan Ling, padahal unggahannya–yang diberi takarir satu kata bahasa Inggris: 'stunning', tanpa tanda baca, emotikon, maupun tagar–mencapai enam ribuan suka dengan kolom komentar membara. 'Ini, sih, Feng Xiang sudah terang-terangan!', 'teruskan perjuanganmu, Bung!', '#HidupPasanganJiulong', dan komentar-komentar senada terus meningkatkan engagement sampai membuat kata 'stunning' menjadi topik panas Weibo hari itu.

Iya, sih. Dilihat dari sisi mana pun, ini seperti pernyataan cinta Feng Xiang–tetapi dia masih menggantungku sampai sekarang, asal kalian tahu!

Ling menggulung beranda Xiang lagi dan menemukan unggahan makan malam kasual Keluarga Feng, tertanggal dua minggu lalu. Di situ, Xiang memasang album yang foto-fotonya kadang jernih, kadang kabur, tetapi kualitas foto yang berbeda-beda justru menyiratkan bahwa pengambil foto berada dalam lingkungan ternyamannya. Anggota keluarga Xiang hadir lengkap, termasuk orang tuanya, dan album foto itu secara keseluruhan menampilkan kehangatan khas tahun baru meskipun Keluarga Feng tidak sedang merayakan apa-apa. Pada satu foto, seseorang sepertinya balik mengambil gambar candid Xiang yang sedang makan bakso ikan masakan kakaknya dengan lugu.

Manisnya ....

Tersenyum sendiri seperti orang gila, Ling menyimpan foto Xiang makan bakso ke galeri.

Menggulung layar lagi, Ling mendapati sisi lain Xiang, sebuah repost dari akun majalah entertainment digital. Dalam foto itu, Xiang tampil tajam dengan kemeja Tang berlengan pendek yang menegaskan raga bidangnya, berpadu celana panjang khaki, sabuk, jam tangan, dan sepatu pantofel mengilap. Itu sampul untuk sebuah seri artikel wawancara aktor baru–aktor!--maka wawancara Xiang lebih banyak membahas tentang persiapan drama televisi perdananya ketimbang fashion show lalu. Setelah membaca sekilas artikel yang ditautkan, Ling menyimpan juga foto Xiang yang itu.

Lama-lama, Ling jadi keasyikan menyimpan foto-foto dari unggahan Weibo Xiang: yang kasual, yang formal, repost, sampai foto dalam artikel tertaut pun disimpannya pula. Meskipun dari dulu Ling mengagumi Xiang dan sering mencari tentangnya di internet, kekaguman ini tidak sampai memenuhi galeri Ling dengan foto-foto pria itu, apabila mengunduh fotonya sambil senyum-senyum tersengsem. Semakin mengenal Xiang, pribadinya menjadi semakin istimewa, akibatnya foto-foto Xiang yang dulu cuma 'keren' atau 'ganteng' pun berubah 'berharga' bagi Ling.

"Mengapa kau tiba-tiba mengecek profil Weibo-ku?"

Ling yang tenggelam dalam puluhan foto Xiang terlonjak dari sofa. Gadis slengean itu langsung menekan tombol 'rumah' dan setengah melempar ponselnya ke samping. Xiang ternyata sudah keluar dari dapur ke ruang santai dengan dua cangkir cokelat hangat bertabur marshmallow–dan seulas senyum jahil.

"S-Siapa yang mengecek profilmu?" tanya Ling retoris, kini duduk di sofa sambil memalingkan muka. Xiang tertawa kecil.

"Ya, ya. Kau sama sekali tidak mengecek profil Weibo-ku, kok." Xiang mendorong satu gelas ke arah Ling. "Nih, cokelatnya, dibuat pakai resep Kakak. Sekali lagi, selamat sudah menyelesaikan rehab-mu." []

Continue Reading

You'll Also Like

573K 80.4K 35
Mili sangat membenci kondisi ini. Dikejar-kejar oleh Mamanya sendiri yang mau menjodohkannya. Bahkan, titah untuk menikah sebelum usia 24 tahun terus...
JEJAK By Niknik Nuraeni

Mystery / Thriller

369 77 9
Setelah penyebab kematian kakaknya tidak diungkap dengan tuntas, Rara seolah mendapat penggilan untuk menyelidikinya sendiri dengan mengandalkan kema...
88.2K 16.3K 36
Sebagian part sudah dihapus Arunika Pramesti Maharani, wanita 40 tahun yang tidak terlihat sesuai usianya ini paling benci lagu Diana Ross, When you...
139K 6.5K 29
π™π™Šπ™‡π™‡π™Šπ™’ π™Žπ™€π˜½π™€π™‡π™π™ˆ 𝘽𝘼𝘾𝘼~ ____________πŸ•³οΈ____________ Jika ditanya apakah perpindahan jiwa keraga lain, kalian percaya? Menurut saya perc...