Being Aurora

By Amonackrmn

538K 46.5K 7.3K

|FOLLOW DULU SEBELUM BACA, TITIK!!| Transmigrasi jadi tokoh utama? Sering! Transmigrasi jadi tokoh jahat? Bia... More

p r o l o g
s a t u
d u a
t i g a
e m p a t
l i m a
e n a m
t u j u h
d e l a p a n
s e m b i l a n
s e p u l u h
s e b e l a s
d u a b e l a s
t i g a b e l a s
e m p a t b e l a s
l i m a b e l a s
e n a m b e l a s
t u j u h b e l a s
d e l a p a n b e l a s
s e m b i l a n b e l a s
d u a p u l u h
d u a p u l u h s a t u
d u a p u l u h d u a
d u a p u l u h t i g a
d u a p u l u h e m p a t
d u a p u l u h l i m a
d u a p u l u h e n a m
d u a p u l u h t u j u h
d u a p u l u h d e l a p a n
d u a p u l u h s e m b i l a n
t i g a p u l u h
c h a p t e r Q n A
t i g a p u l u h s a t u
t i g a p u l u h d u a
t i g a p u l u h t i g a
t i g a p u l u h e m p a t
t i g a p u l u h l i m a
t i g a p u l u h e n a m
t i g a p u l u h t u j u h
t i g a p u l u h d e l a p a n
t i g a p u l u h s e m b i l a n
e m p a t p u l u h
e m p a t p u l u h s a t u
e m p a t p u l u h d u a
e m p a t p u l u h t i g a
e m p a t p u l u h e m p a t
e m p a t p u l u h l i m a
e m p a t p u l u h e n a m
e m p a t p u l u h t u j u h
e m p a t p u l u h d e l a p a n
l i m a p u l u h
s p e c i a l c h a p t e r - 1
s p e c i a l c h a p t e r - 2
l i m a p u l u h s a t u

e m p a t p u l u h s e m b i l a n

4.9K 564 321
By Amonackrmn

Hah... Hah... Hah..
Hah... Hah... Hah..
Hah... Hah... Hah..

Abimanyu berlari secepat yang dia bisa tanpa pernah menoleh ke belakang sama sekali. Melewati semak belukar dan melompati bebatuan. Semua hal yang ada di depannya, dia terjang demi melarikan diri.

Laki-laki itu tidak tahu sudah berapa lama waktu berlalu. Meski pinggang dan kaki kanannya terasa begitu sakit seperti mau putus, Abimanyu tetap berlari.

Dor!

Heup!

Jantung Abimanyu serasa berhenti berdetak mendengar bunyi suara senapan yang ditembakkan dari arah belakang. Tanpa berani menoleh, dia terus berlari.

Hah... Hah... Hah..
Hah... Hah... Hah..

Suara napasnya yang tersengal-sengal membuat laki-laki itu semakin gugup. Dia terus menyeret kakinya yang terkilir untuk berlari.

Ketupak.. Ketupak.. Ketupak..
Ketupak.. Ketupak.. Ketupak..

Abimanyu buru-buru bersembunyi saat mendengar suara sepatu kuda semakin mendekat. Ia mencari sebuah pohon besar dengan semak-semak yang lebat agar bisa menyembunyikan diri.

Ketupak.. Ketupak.. Ketupak..

Suara sepatu kuda berhenti terdengar, menandakan bahwa sang pengendara sudah berhenti. Abimanyu menahan napas begitu merasakan ada sosok lain yang berada di dekatnya. Gemerisik suara dedaunan yang bersinggungan dengan sesuatu membuat kegugupan Abimanyu semakin besar.

Perlahan suara gemerisik dan langkah kaki terdengar semakin jauh dan menghilang. Ia melihat-lihat sekitar lantas menarik napas lega. Abimanyu tidak tahu siapa orang yang dikirimkan oleh wanita gila itu untuk membunuhnya. Laki-laki itu juga masih antara percaya dan tidak percaya bahwa keluarga dan ayahnya sudah meninggalkan dirinya. Meski tampaknya surat pemutusan keluarga yang dilemparkan Aurora padanya adalah asli.

"Aku harus pergi dari sini sekarang juga sebelum orang tadi kembali mengecek jalannya." gumam Abimanyu mengendap-endap keluar dari semak-semak dengan begitu hati-hati agar tidak menimbulkan suara.

Dor!

"ARGHHHHH...!!"

Tubuh Abimanyu sontak roboh menghantam tanah begitu tangannya terkena peluru dari senapan. Darah mulai mengalir keluar dari bahu kiri laki-laki itu. Suara langkah kaki terdengar semakin jelas. Dengan sisa kekuatan yang dimiliki, Abimanyu menyeret tubuhnya di tanah dengan merangkak. 

Sepasang sepatu mahal berhenti tepat di hadapannya beserta senapan yang digunakan untuk menembaknya. Abimanyu mengepalkan tangan. Ia menengadahkan kepala untuk melihat wajah si pelaku lalu terkejut melihat sosok Nevan yang menatapnya dengan seringai puas khas penjahat.

"Ah, bagaimana ini? Melihatmu merangkak di tanah menuju kakiku benar-benar membuatku senang." kata Nevan berusaha menutupi seringainya yang justru tampak jadi seperti meledek Abimanyu. Laki-laki itu berjongkok dengan tangan bertumpu pada senapan yang di dirikan di atas tanah.

"Bajingan," erang Abimanyu menahan sakit.

Nevan kehilangan seringainya lalu memberikan ekspresi dingin. Laki-laki itu menyentuh luka tembak yang ada di bahu kiri Abimanyu lantas menekannya kuat-kuat sampai si korban berteriak kencang kesakitan. Ekspresi dingin Nevan tidak berubah sama sekali bahkan ketika burung-burung berterbangan akibat terkejut dengan teriakan kencang tadi. 

"Apakah sakit?" tanya Nevan bak anak polos yang tidak tahu apa itu permen. 

"Am-phu-nih ak-uh...." rintih Abimanyu ketakutan dengan tubuh gemetar hebat. "Tho...long.. ak...uh..."

Nevan bersikap acuh. Seolah-olah tuli dengan permintaan pengampunan dari Abimanyu. "Hentikan omong kosongmu. Aku tidak ingin mendengarnya bahkan jika aku tuli."

Nevan berdiri dari posisi berjongkoknya lalu berdiri di sisi tubuh Abimanyu. "Aku tidak membawa benda tajam apapun sekarang, sepertinya akan sulit untuk memenggal kepalamu. Bersyukurlah pecundang, aku akan membawamu pada tuan Renji untuk dipenggal."

Laki-laki itu menarik sulur dari pohon besar lantas mengikatkannya ke tubuh Abimanyu kemudian Nevan mengikat lagi ujungnya ke pelana. Ia melompat naik ke atas kuda lalu menjalankan kudanya. Nevan menoleh ke belakang sesekali agar bisa melihat Abimanyu yang terseret-seret oleh kudanya. Ia tersenyum puas. "Nona pasti senang melihat hasil buruan ini."

°°°

Sejak pandangan matamu menatapku, aku menjadi gila karena cinta

Gila karena cinta, ya, aku menjadi gila karena cinta

Aurora merasakan tubuhnya begitu ringan saat ini. Ia melihat sekeliling lantas mengernyitkan dahi karena berada di lingkungan yang asing. Sekarang dirinya sedang berada dalam ladang bunga Lavender yang begitu cantik dan memukau. Aurora sampai berdecak takjub karena sejauh matanya memandang hanya bunga Lavender-lah yang dia lihat.

"Apa bunga-bunga ini liar? Bagaimana bisa mereka tumbuh begitu indah di tempat terbuka seperti ini?" ujar Aurora mencoba menyentuh bunga Lavender lantas tersentak dan mundur perlahan. Akhirnya gadis itu segera menyadari apa yang tengah terjadi saat ini.

"Andromeda!"

Aurora terkejut dengan suara berat yang datang dari arah belakangnya. Ia segera menoleh lalu melihat seorang pria berlari melewatinya begitu saja. Mata gadis itu membelalak begitu melihat ekspresi yang dipasang oleh sang pria. 

Ekspresi bahagia yang tidak pernah Aurora lihat seumur hidupnya, baik di kehidupan sebagai Sera maupun Aurora.

Pria itu membungkukkan tubuhnya di sebelah seorang wanita cantik yang sedang memotong batang kayu yang menggerogoti bunga Lavender. Aurora terpaku. 

Sejak kapan wanita itu ada di sana? 

Aurora tidak melihatnya, bahkan saat gadis itu mencoba menyentuh bunga. Wanita itu tidak ada.

"Apa Lavender-nya baik-baik saja?" tanya pria itu pada sang wanita.

Sang wanita mengangguk kecil dan meneruskan memotong kayu yang ada di bunga Lavender lain. "Aku akan membantumu!" ucap si pria berjongkok di samping wanita itu dan membantunya mengurus bunga-bunga Lavender.

Apa mereka mengurus ladang raksasa ini berdua? Mengapa situasi ini terasa familiar?

Aurora menatap langit yang berwarna biru cerah. Ia menghirup oksigen sebanyak yang dia bisa kemudian menghembuskannya pelan-pelan. Ia melihat kembali ke arah pasangan tadi yang ternyata sudah hilang entah kemana. 

Kisah cintaku telah menjadi masyhur

Karena semesta tidak mengakui maka aku pun semakin bertekad

Gadis itu mengernyitkan dahi karena bingung. Namun di tengah kebingungannya, tiba-tiba seluruh ladang Lavender itu terbakar oleh api yang menyala besar sampai hangus tak bersisa. Aurora tidak bisa mengikuti apa yang sedang terjadi pada situasi dirinya sekarang. Dirinya seolah sedang ditarik untuk berpindah tempat dengan sangat cepat.

Gluduk... Gluduk... Gluduk...

Ctas! Ctas! Ctas!

GLEGER!! 

"ARGHHH...."

"Dasar hina! Makhluk yang tidak tahu diuntung! Beraninya menginginkan tuan puteri!"

Aurora membeku. Lidahnya kelu. Kedua tangannya sampai gemetar saat melihat pria yang sebelumnya memasang ekspresi begitu bahagia di ladang bunga Lavender kini sedang dicambuki di sebuah tempat tinggi terbuka yang bisa dilihat oleh siapapun. Rantai besar yang mengikat kedua pergelangan tangan dan kaki pria itu bergemerincing setiap tubuhnya bergerak akibat cambuk.

Hujan besar yang sedang turun disertai petir-petir besar menggelegar di mana-mana. Seolah-seolah semesta sedang ikut menghukum pria tersebut. Gesekan antara pecut cambuk yang membentur kulit mengeluarkan suara ngilu yang membuat siapapun pasti meringis begitu mendengarnya.

Pria besar yang memegang cambuk itu, wajahnya begitu memerah menahan amarah. Jelas sekali sekarang emosinya sedang mencapai puncak tertinggi. "SIA-SIA AKU MEMBESARKANMU, BIMA!"

Ctas! Ctas! Ctas!

Gluduk... Gluduk... Gluduk...

GLEGER!!

Pria itu mengigit bibir bawahnya agar erangannya tidak keluar. Ia mendengus geli di tengah napasnya yang terengah-engah. "Apakah mencintai adalah sebuah dosa, Hercules?"

Lihatlah di mana aku sebelumnya dan di mana aku saat ini

Orang bilang gadis gila itu telah dimabuk cinta

Tiba-tiba saja di dekat kaki Aurora, sebuah bunga Lavender tumbuh lalu terbakar hangus pada detik berikutnya. Lagi-lagi, gadis itu merasa tubuhya ditarik oleh sesuatu lalu kini tempatnya berpijak kembali berubah. Kali ini Aurora berada di tempat asing lagi. Sebuah ruangan gelap dengan cahaya remang-remang yang membuat kepala Aurora pusing.

"Cepat bawa air hangat!!"

"Dimana handuknya?!"

"Bawakan lebih banyak kain lagi!!"

"Akhh... Ukh..... ARGHHH...."

"Tarik napas anda dan gigit kainnya kuat-kuat, tuan puteri!!"

"Huh... Hah... Huh... Hah... AKHHHHH...."

Aurora lagi-lagi membeku di tempatnya berdiri. Matanya tiba-tiba memanas. Telinganya mendengar desas-desus yang diucapkan dari para pelayan yang membantu kekacauan.

"Bagaimana bisa hal ini terjadi pada tuan puteri kami? Beliau adalah orang suci. Diberkati oleh 'kausalitas' dan dijaga oleh para konstelasi." ujar seorang pelayan muda menangis tersedu-sedu melihat kondisi majikannya sekarang.

"Arghh... Sakit sekali, Aquila!"

"Bertahanlah tuan puteri! Tarik napas anda yang panjang dan dorong bayinya lebih kuat!"

"Huh... Hah... Huh... Hah... AKHHHHH...."

"Bagaimana dengan yang ada di sana, Lyra?!" 

"Masih belum!"

"Huh... Hah... Huh... Hah... AKHHHHH...."

Seorang pelayan lain datang terburu-buru dengan berlari memasuki ruang remang-remang tadi. "Nona Aquila, nona Lyra gawat! Tuan Centaurus sedang menuju ke sini!" 

Aquila menggertakan gigi begitu mendengarnya. "Lyra, halangi kedatangan Centaurus! Dia pasti membawa Hydra bersamanya. Saat ini Hercules dan Draco sedang mengurus Bima."

"Tapi bagaimana dengan bayinya?"

"Serahkan padaku!"

Wanita berambut pendek itu terdiam beberapa detik lantas berdiri dan membersihkan tangannya. "Kalian bantu Aquila dan tuan puteri!" titahnya pada 3 pelayan muda yang menjadi pengurus tuan puteri dalam tahun-tahun belakangan ini.

Wanita itu menggertakan gigi lalu mengatakan sesuatu sebelum pergi. "Centaurus pasti membawa pesan 'kausalitas' yang sedang marah besar dengan situasi saat ini. Aquila, berdoalah untuk kemungkinan terburuk yang akan terjadi tidak akan pernah terjadi. Semoga 'karma' yang turun pada Bima dan tuan puteri tidak jatuh ke bayinya."

"ARGHH... SAKIT!"

"Anda kuat tuan puteri! Cobalah mengalirkan kekuatan suci anda pada bayi untuk mengurangi rasa sakitnya." ujar Aquila mengambil tempat Lyra. Hatinya gusar sekali saat ini. Ditambah cuaca buruk yang sudah terjadi selama dua bulan menambah rasa frustasi di dirinya.

"Huh... Hah... Huh... Hah... AKHHHHH...."

"Sekali lagi!"

"Huh... Hah... Huh... Hah... AKHHHHH...."

"Lagi!"

"Huh... Hah... Huh... Hah... AKHHHHH...."

"Kepalanya sudah terlihat!"

"Huh... Hah... Huh... Hah... AKHHHHH...."

"Tuan puteri..."

"Oeee... Oeee... Oeee...."

"Seorang putri!" cetus seorang pelayan muda yang membawa bak berisi air hangat dan handuk untuk membersihkan darah dari bayinya. Aquila menghembuskan napas lega. Ia memberikan bayinya pada salah satu pelayan muda. 

"Nona Aquila! Detak jantung tuan puteri melemah!" teriak pelayan muda lainnya yang sejak tadi menggantikan posisi Aquila yang sebelumnya bertugas memegang tangan tuan puteri.

"APA?! TUAN PUTERI CEPAT GUNAKAN KEKUATAN SUCI ANDA!" 

Napas wanita yang terbaring di atas kasur itu tidak  beraturan. "Aqu..ila.. biar..kan... aku.. me..lihat..bayi..nya.."

"TUAN PUTERI!"

Seorang pelayan muda yang bertugas membersihkan darah dari bayi segera memberikan bayi yang sudah dibalut kain kepada wanita lemah itu. Wanita itu tersenyum. "Ke..cil..se..kalih...ti..dak..apa..a..ku...akan..melin...du..ngi..mu.."

"Hentikan bicara anda tuan puteri! Cepat gunakan saja kekuatan suci anda sekarang untuk menghentikan pendarahannya!"

"Aqu..ila...na..ma..nya..a..da..lah..Eri...arti...nya...ha..diah..yang..di..ber..ka..ti.." ujar wanita lemah itu seraya mendekap lembut sang bayi.

"Tunggu! Perasaan ini? Jangan-jangan..." wanita berambut hitam panjang itu membelalakkan mata begitu merasakan kekuatan suci dari dalam diri bayi mungil yang hanya sebesar lengan orang dewasa.

HUEEOONGGG....HUEEOONGGG...HUEEOONGGG...

Aurora refleks menutup kedua telinganya saat suara terompet yang begitu memekakkan terdengar dari luar bagunan.

Apa yang terjadi? Ada apa dengan perasaan gelisah ini?

Brak!

"Kabar baik Aquila! Bima, si pengkhianat konstelasi sudah diberikan hukuman eksekusi publik di atas menara keadilan hari ini oleh Hercules dan Draco!" ujar seorang pria yang datang dengan memakai kacamata. Di belakangnya terdapat wanita berambut pendek sebelumnya dan pemuda bertubuh pendek yang memasang ekspresi tidak nyaman.

Aquila tidak bereaksi. Ia tetap diam di tempatnya beberapa detik dengan mata memandang tubuh wanita yang lemah tadi. "Umumkan ke seluruh penjuru kekaisaran 'orang suci' telah tiada!" 

Semua orang yang ada di sana terperanjat. Aquila mengepalkan tangan lantas menatap teman-temannya dengan senyum getir. "Siapkan upacara obor, kita sambut lahirnya 'orang suci' baru!"

Dia telah pergi

Dia makhluk terindah di dunia

Gadis yang elok laksana dewi

Heuk!

Aurora bangun dengan seluruh tubuh gemetar dan penuh keringat dingin. Napasnya memburu begitu hebat. Ia segera menarik bel di sisi ranjang berkali-kali. "ANNA! ANNA! ANNA!"

Suara langkah kaki cepat terdengar di telinga Aurora, gadis itu melihat muka pintu dan memandang sosok Nevan yang datang dengan napas terengah-engah. Ada kelegaan yang menjalar di hati Aurora begitu melihat Nevan.

Dengan cepat, Nevan memeluk Aurora saat melihat kondisinya. Gadis itu menarik napas sebanyak yang dia bisa dalam pelukan Nevan. Keringat dingin terus berucuran dari pelipis dan tubuh Aurora. Nevan mengambil gelas berisi air di atas meja dan meminumnya lalu memberikan air tersebut pada Aurora lewat ciuman bibir. 

"Bernapaslah perlahan-lahan, nona."

"Nevan, Nevan, Nevan, Nevan, Nevan," Aurora berulang kali memanggil nama laki-laki yang saat ini tengah mendekapnya. 

"Ya, saya di sini, nona Aurora." balas Nevan mengelus punggung Aurora guna menenangkan gadis itu.

"Nevan, Nevan, Nevan, Nevan," 

"Ya nona," sahut Nevan melepaskan dekapannya lantas menatap mata gadis itu yang sepertinya sedang membayangkan sesuatu. "Saya di sini, di depan anda. Bersama anda." 

"Jangan pergi. Jangan pergi kemanapun. Kau tidak boleh menghilang,"

"Ya, nona. Saya akan selalu bersama anda. Selamanya." ujarnya dengan pandangan mata datar dibalik dekapannya.

Dalam pelukan Nevan, pandangan Aurora begitu dingin. Ia mengepalkan tangan tanpa sadar.

Mimpi apa itu sebenarnya?

°°°

Seorang bidadari telah turun dari kahyangan

Tampak cantik berhiaskan ornamen indah

Dia telah datang

Dengan bebungaan menghiasi rambutnya

Suara nyanyian merdu nan indah itu mengejutkan sosok gadis yang sedang menulis di malam hari. Ia segera bangkit dari duduknya dan berlarian di paviliun mencari sumber dari nyanyian itu. 

Pandangan setiap orang terpaku padanya

Dia telah datang

Dia makhluk terindah di dunia

Gadis yang elok laksana kijang

Brakk..

Brakk..

Brakk..

Meski harus membuka setiap pintu ruangan, gadis itu tidak peduli. Dia terus berlari ke sana kemari mencari sang pemilik suara ini. Nyanyian yang bisa membuat siapapun terpikat karena memiliki kekuatan siren.

Dia adalah ratu jelita

Oh, Maharani telah datang

Kau telah melukaiku sedemikian rupa

Hingga diriku menjadi gila karena cinta

Gadis itu terpaku di tempat. Sebuah ruangan dengan balkon pintu tidak terkunci. Angin malam yang kencang mengibar-ngibarkan gorden putih pintu balkon. Dan di sanalah, dia melihatnya. Sosok kabur anak kecil yang sedang bernyanyi sambil menatap kedua mata gadis itu.

Kau telah balurkan obat pada luka itu sedemikian rupa

Hingga jiwaku menjadi tenteram

Maka kini tanda mata cintaku

Terasa mengalir dalam jiwa

"Kau..." Lidah gadis itu mendadak kelu. Ia mendekat perlahan-lahan.

Sosok kabur itu tertawa seraya menggoyang-goyangkan kakinya. Ia duduk di pagar balkon. Tampak tidak takut sama sekali dengan ketinggian.

"Kelihatannya tokoh utama kita sedang tidak bisa tidur ya?" ujar anak kecil itu menyeringai.

Gadis itu terdiam.

"Ah, apa kau tidak terbiasa dengan panggilan semacam itu. Haruskah kupanggil kau dengan nama lamamu?" anak kecil itu melompat turun dari pagar balkon lantas berdiri di depan sang gadis dengan senyum jahil yang cantik. "Bagaimana kabarmu, Aquila?"

#bacotnyauthor

Keluarkan teori-teori kalian gaiss disini..

Dapet kiss jauh dari my baby blackflag ❤️

Ariane who always play innocent


Yang suka spoiler tipis-tipis yuk merapat 🔥🔥


Yuk guys, jangan jadi sider karena vote dan komen kalian itu berarti banget loh buat aku, aku selalu baca komen kalian walaupun gak bisa aku balesin satu-satu. So, plis ramaikan Being Aurora yuk...

kali ini kita tembusin 450 vote dan 300 komen buat lanjut!

ikuti Instagram dan Tiktok : amonackrmn
Ikuti instagram dan Threads : amonack.books

Continue Reading

You'll Also Like

3.7K 392 8
╔══════✮❁•°♛°•❁✮═════╗ 𝐊𝐨𝐧𝐭𝐞𝐬 𝐌𝐮𝐬𝐢𝐦 𝐒𝐞𝐦𝐢 ╚══════✮❁•°❀°•❁✮═════╝ Mey hanya tertidur setelah membaca sebuah novel. Novel...
961K 96.4K 31
[END] [JGN LUPA FOLLOW] Nada seorang gadis yatim piatu, yang memiliki seorang kakak perempuan bernama Maudy. Mereka hidup dengan sangat berkecukupan...
554K 76.1K 32
Lina tidak mengerti, kenapa gadis itu bisa sampai ke tempat yang aneh. Saat terbangun, dia sudah berada di dalam dunia yang katanya game. Dengan di t...
260K 20.8K 23
Cerita transmigrasi ~ ( Fantasi ) Aku masih ingat bagaimana sakitnya ketika ayah memukuli ku dengan kayu balok berulang kali. Aku masih mengingat bag...