Partner Of Love [Markhyuck]

Autorstwa Keripikpisang__

2.6K 312 30

❛❛ Mahen dan Dika yang ingin mencari arti cinta, eh, malah saling jatuh cinta. ❞ JANGAN SALAH LAPAK! ©keripi... Więcej

Dua
Tiga
Empat
Lima
Enam
Tujuh
Delapan
Sembilan
Sepuluh
Sebelas
Dua belas
Tiga belas
Empat belas
Lima belas
Enam belas
Tujuh belas
Delapan belas
Sembilan belas
Dua puluh
Dua puluh satu
Dua puluh dua
Dua puluh tiga
Dua puluh empat
Dua puluh lima
Dua puluh enam

Pertama

421 24 3
Autorstwa Keripikpisang__


Selamat datang di karya ku lagi! Kalau ada kesamaan nama tokoh atau judul cerita itu faktor tidak kesengajaan sebab ini cerita murni hasil pemikiran ku. Semoga kalian suka dengan ceritanya. Jangan lupa vote and komen dan juga Follow aku yahh, Thanks and enjoy!

***

Seorang pemuda dengan jaket hitam tersebut berlari kencang di Koridor. Keadaan sekitar nampak sepi, semua murid sudah memasuki kelas masing-masing. Hanya tersisa dia saja yang sebenarnya tak diizinkan masuk namun dirinya memanjat tembok belakang sekolah. Bukannya apa dia melakukan hal ekstrim seperti itu, namun guru yang mengajar hari ini sangat kejam.

Dengan nafas yang tersengal akhirnya ia tiba didepan kelasnya. Saat mengintip dari cela pintu, dapat dia lihat semua murid sudah duduk dengan rapi menyisakan bangkunya saja yang kosong.

"DIMANA HARDIKA!"

Semua murid yang berada dikelas tersentak begitu pun Pemuda yang berada diluar kelas saat guru itu memukul meja menggunakan kayu panjang.

Dengan pelan pemuda itu membuka pintu lalu masuk dengan langkah kaki pelan, "Hadir pak." Cicitnya.

Pemuda yang tak lain bernama Hardika tersebut ditatap tajam oleh guru laki-laki yang berada di depannya. Semua murid ikut menatap Hardika dengan tatapan kasian.

Guru laki-laki dengan kumis khas itu mendekat dengan pelan kearah Hardika, membuat jantung pemuda itu serasa berdegup begitu kencang.

"Habis lo, Dik." Ucap salah satu murid disana dengan pelan.

"KAMU TAU JAM BERAPA?"

Hardika mengangguk cepat.

"LALU KENAPA BARU DATANG!"

"M-maaf, tadi saya buang air besar pak."

Lantas seisi kelas riuh dengan suara tawa sebelum suara itu redam karena mendapat tatapan melotot dari sang guru.

Hardika hanya bisa berdoa, semoga nilainya tak dikurangi lagi. Nilainya sudah pas-pasan, kalau dikurangi bisa-bisa tak jadi lulus nantinya.

"Lari 5 putaran di lapangan, setelah itu menghadap ke saya di kantor! Cepat!"

Pemuda itu hanya bisa pasrah. Toh, ini salahnya. Ia berjalan lemas kearah bangkunya lalu menyimpan tasnya disana. Teman sebangkunya menatap iba kepada pemuda itu, sebelum Hardika keluar dari ruangan tersebut.

Dirinya menatap lapangan olahraga yang begitu luas, lalu mengarahkan kepalanya keatas. Sangat panas. Bulu-bulu halus di lengannya berdiri saat membayangkan bagaimana panasnya saat berlari disana.

"KENAPA BENGONG? LARI!"

Hardika berdecak sebal. Guru itu sungguh tak ada belas kasihan, bagaimana kalau dia pingsan disana, tak mungkin akan seperti di film-film yang tiba-tiba saja ketemu jodoh karena di hukum.

Pemuda itu mulai berlari mengelilingi lapangan dengan panas yang begitu menusuk. Jam menunjukkan pukul 8.30, walau begitu matahari terasa menusuk. Pantas memang dirinya dihukum, sebab mata pelajaran pertama sebentar lagi akan berakhir.

Ini bukan salahnya. Kemarin dia dan teman nongkrongnya membuat tantangan, siapa yang tidur duluan akan dicukur alisnya. Hardika tidak mau kehilangan alis cetarnya, jadi dia memilih begadang.

"3 PUTARAN LAGI!" Teriak guru tersebut yang berada di pinggir lapangan.

Murid lain yang keluar kelas cekikikan melihat Hardika yang dihukum. Sebab memang anak itu terkenal iseng, dan juga bodoh. Ini bukan pertama kalinya dihukum, bahkan ini tak ada apa-apanya dibanding hukuman dari Bu Tati memanjat genteng jam 12 siang, karena tak sengaja membuka rok gurunya itu.

Terus saja ia berlari, bahkan sekarang kakinya sudah terasa tak sanggup. Namun, teriakan guru itu terus saja menggelegar dipinggir sana membuat mau tak mau kakinya kembali dia angkat untuk berlari.

"Pak Tanto, Dika udah nggak kuat." Ucapnya dengan ngos-ngosan. Mukanya memerah, keringat bercucuran didahinya.

"saya nggak peduli! Kamu sudah sering terlambat di jam pelajaran bapak, sekarang mulai lari lagi!"

Hardika sudah mulai geram. Namun mau tak mau kembi berlari. Sampai kakinya tak sengaja menyandung batu. Badannya hampir terhuyung namun ia lebih dulu ditangkap oleh seseorang.

Hardika menatap pemuda itu yang kini berada ditepat didepan wajahnya. Wajah tegas kebule-bulean  dengan kacamata yang bertengger dihidung mancung milik pemuda tersebut. Hardika mengerjap lucu saat tatapan pemuda itu beradu dengannya.

Namun baru saja ingin memuji ketampanan pemuda itu, Haidar lebih dulu dilepaskan dan tubuhnya langsung jatuh ke tanah.

"Argh... Kenapa lo lepas!"

Pemuda dengan jaket OSIS itu hanya menatap datar Hardika dan langsung pergi begitu saja dari sana tanpa menolongnya terlebih dahulu.

"Memang yah, anak OSIS tuh nyebelin semua!" Gerutunya kemudian mulai beranjak dari sana.

Hardika mulai membersihkan debu yang menempel diseragam sekolahnya lalu kembali menatap sosok pemuda itu yang sudah begitu jauh darinya.

Ia kenal betul dengan murid tadi. Murid terkenal karena kepintaran, ketampanan, karena kaya, dan karena anak OSIS. Walau bukan ketua, namun dirinya begitu di agung-angungkan oleh guru dan murid disekolah ini. Apalagi bagi Siswa perempuan, pemuda tadi sudah seperti dewa.

Hardika tersenyum miring, "Mahendra, kelas 12 IPA 2. Awas aja lo!"

Walau begitu mustahil untuk melawan, namun Hardika janji akan membalas perbuatan mahendra barusan.

"LARI LAGI!"

"IYA PAK!"

***

Jam istirahat sudah berbunyi. Semua murid sudah berhamburan keluar dari kelas masing-masing. Begitupun Hardika, sekarang dirinya sudah berada di kantin bersama-sama teman-teman disalah satu meja. Perkumpulan mereka itu terkenal dengan grup rusuh sekolah, bahkan grup itu sangat dibenci anak OSIS. Walaupun salah satu dari mereka ada yang dari organisasi OSIS.

Tentu saja hal itu menguntungkan. Mereka bisa menghindari rasia dengan bermodalkan informasi dari temannya tersebut. Dengan begitu mereka bisa leluasa untuk membawa barang apa saja kesekolah.

"Lo kenapa si, Dik? Dari tadi itu muka kusam banget." Tanya salah satu pemuda bertampang sangar namun hati hello kitty.

Hardika hanya menatap sekilas temannya. Lalu kembali mengaduk minumannya dengan wajah ditekuk. Ia kembali mengingat kejadian dilapangan. Kenapa juga orang yang menolongnya harus pemuda itu? Mengapa bukan gadis seksi saja. Gagal sudah momen romantis seperti yang dia impikan sejak lama.

"WATSAP BRO!"

Pemuda dengan alis yang hampir hilang semua itu ikut duduk bersama mereka. Sudah di pastikan itu orang yang kalah tantangan kemarin malam. Hardika sedikit bergidik, untung saja dirinya tak kalah kemarin kalau sampai kalah alisnya bisa hilang seperti itu.

"Tadi gw liat lo romantis banget ama anak osis itu." Ucap pemuda dengan alis hampir hilang.

Hardika menatap kesal temannya itu. Dia tau sengaja ingin mengejeknya sebab melihat adengan dilapangan tadi. Yang lain hanya mengerutkan keningnya.

"Anak OSIS yang mana, Sul?"

Pemuda yang bernama Sul, namun sebenarnya bernama asli Bastian itu hanya terkekeh kemudian menyeruput minuman temannya.

"Itu, si Mahendra. Anak yang terkenal ituloh. Tadi si Dika sama dia main india-indiaan!"

Semua teman-temannya tertawa terbahak-bahak mendengar perkataan Sul barusan. Yang di ejek hanya semakin memasang muka kesalnya. Pipinya memerah, malu karena ejekan tersebut.

Lalu dengan kesal menjambak rambut Sul, "Lo sekali lagi ngejek gw, bukan alis lo doang yang gw cukur, bulu hidup lo dan rambut kesayangan lo akan gw botakin!"

"Udah, udah, gw cuman bercanda!"

Dika lalu melepas cengkraman tangannya dari rambut Sul. Matanya kembali menatap teman-temannya dengan tajam yang masih cekikan di depan sana.

"Udah, gw mau beli makanan!"

Dika lalu beranjak dari duduknya kemudian berjalan kearah Ibu kantin yang tengah sibuk membuat pesanan. Pemuda itu lalu berfikir, hari ini mau makan apa supaya moodnya kembali. Setelah berpikir panjang, dirinya memilih makan Mie Ayam.

"Bu, Mie ayamnya satu. Yang pedes, yah."

"Oh iya, ditunggu yah."

Hardika berdiri bertolak pinggang disana menunggu pesanannya. Tak lama Mahendra kemudian ikut datang. Pemuda yang sejak tadi merasa dendam dengan anak itu tak hentinya menatapnya.

"Bu, Mie ayam satu. Yang pedes."

Setelah merasa mendapat tatapan tak mengenakan, Mahendra mulai menatap Dika, "Kenapa? Gw ganteng?" Tanyanya dengan alis terangkat sebelah.

Dika menatap jijik pemuda itu, "Nggak."

Tak begitu lama. Pesanan mie ayam sudah selesai dibuat satu porsi. Hardika ingin meraih makanan tersebut, namun lebih dulu di tarik oleh Mahendra.

"Makasih yah, bu." Ucapnya membayar lalu pergi dari sana tanpa berdosa sedikitpun.

"Mie ayah gw!" Teriak Dika yang tak dipedulikan sama sekali.

"Udah dek, ini masih ada."

Namun hardika tak Terima. Itu mie ayamnya. Dia yang lebih dulu memesan, berarti dia yang akan lebih dulu menerima pesanannya.

Lengan bajunya sengaja dia gulung, lalu dengan langkah yang cepat mengejar Mahendra yang sudah duduk disalah satu kursi yang berada disana.

"Kembaliin Mie ayam gw!"

Anak OSIS itu nampak menghela nafas, "lo punya masalah apa sih. Disana masih banyak mie ayamnya, tinggal pesen lagi. Susah bener!"

Rasanya Dika benar-benar terbakar. Tangannya terkepal, rasa kesal itu jadi tercampur dengan kejadian tadi pagi dilapangan. Dan sekarang, pemuda itu malah mengambil Mie ayam yang jelas-jelas punyanya.

Dika menarik mangkok itu, "Kembaliin!" Namun Mahen tak menyerah kembali menarik mangkuk itu.

Pandangan mereka menatap sengit satu sama lain. Tak ada yang mau mengalah, terus melakukan tarik menarik untuk mendapatkan semangkok mie ayam itu.

Sampai makanan itu tetumpah ke lantai. Dika melongo menatap Mie ayam kesukaannya sudah berada di lantai.

"Mie ayam guee... " ucapnya penuh drama.

"Tuhkan tumpah! Lo si keras kepala banget. Gw udah bilang tinggal pesan lagi!"

Dika menujuk wajah Mahen dengan tegas, "Salah lo!"

"Salah lo!"

"Enggak salah lo!"

"Lo nggak tau secinta apa gw sama mie ayam." Ucap Dika semakin membuat raut wajah yang di lebay-lebaykan.

"Gw juga cinta sama mie ayam. Lo juga nggak tau kan."

"Emeng tau apa lo tentang cinta? Lo cuman tau tentang OSIS lo dan rumus kimia itu. Beda banget sama gw yang mantannya udah lebih sepuluh!"

"Kenapa jadi bahas mantan?"

"Tapi lo nggak tau kan apa itu cinta?"

Mahen terlihat diam. Dirinya tak lagi berargumen. Dengan medengus kesal, pemuda itu berlalu meninggalkan tempat tersebut.

Dika hanya menatap punggung pemuda itu yang kini sudah keluar dari kantin, "Dasar! Ditanya cinta langsung ciut."

"Alay!"

Namun Dika jadi heran. Tadi, Mahen begitu keras kepala ingin menang namun saat dia melontarkan pertanyaan tersebut mengapa dirinya malah diam dan pergi begitu saja.

Dika jadi bertanya-tanya, apa yang membuat seorang Mahendra mundur hanya dengan pertanyaan..

Apa sih itu cinta?

TBC

Maaf apabila banyak Typo, ataupun kesalahan lain.

Czytaj Dalej

To Też Polubisz

33.4K 4.2K 7
Haechan Lee; 32 tahun, wanita independen bergaya hidup liberalis. memiliki pemikiran untuk tidak akan pernah menikah namun ia ingin memiliki anak. hi...
3.1K 122 18
CERITA INI KHUSUS UNTUK MARKHYUCKNO, MARKHYUCK, NOHYUCK SHIPPER! APABILA KALIAN TIDAK MENYUKAI SHIPPER INI? DIHARAPKAN UNTUK TIDAK BACA CERITA INI! ...
414K 4.4K 85
•Berisi kumpulan cerita delapan belas coret dengan berbagai genre •woozi Harem •mostly soonhoon •open request High Rank 🏅: •1#hoshiseventeen_8/7/2...
105K 11.1K 43
Setelah kepergian jennie yang menghilang begitu saja menyebabkan lisa harus merawat putranya seorang diri... dimanakah jennie berada? Mampukah lisa m...