He Fell First and She Never F...

Door vousmezera

272K 21.3K 3K

"Jadi, saya jatuh dan cinta sendirian ya?" Disclaimer! Ini fiksi nggak ada sangkut pautnya di dunia nyata, to... Meer

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
44 (a) - Edisi LDR Sementara
44 (b) - Edisi LDR Sementara
45
46
47
48
49
50
51-Flashback (Spesial) Edisi Lebaran
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
attention please‼️please read until the end‼️
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
76
77
78
79
80
81
82
83
84
85
86
87
88
89
90
91
92
93
94
95
96
97

63

3.3K 284 36
Door vousmezera

"MASS!!"

"Yah, kamu udah siap siap?"

Perempuan yang kini berlari lari kecil itu sudah berstatus menjadi seorang istri, tengah berlari lari masuk ke dalam rumah dan mencari suaminya. Melihat Mas yang sudah siap dengan pakaian dinas hariannya sontak membuatnya mengerecutkan bibirnya.

"Sayang, itu rambut kamu nggak disisir apa gimana?" Mas menghampiri istrinya itu yang masih setia dengan seragam operasinya. Laki laki itu merapikan rambut Vanessa yang sangat acak acakan.

"Padahal aku udah ngebut bawa mobil biar bisa bantuin kamu sebelum berangkat kerja." Terdengar suara Vanessa yang sangat menyesal keluar dari mulutnya.

"Ngebut?" Tanya Mas kaget.

"En-enggak sih, standar." Vanessa gelagapan.

"Mas maaf ya aku nggak pulang semalam, baru selesai operasi sejam yang lalu." Vanessa sangat merasa bersalah membiarkan Mas tidur dan mempersiapkan kebutuhannya sendiri.

"Nggak papa sayang." Ucap Mas yang sudah selesai menyisir rambut Vanessa yang tadinya sangat berantakan.

"Harusnya aku yang ngurusin kamu, ini kenapa jadi kamu yang ngurusin aku ya?" Tanya Vanessa ketika menyadari Mas sibuk menyisir rambut panjangnya.

"Istri Mas super sibuk dibanding Mas, sampai nggak ada waktu untuk ngurus rambutnya sendiri." Ucap Mas dengan lembut.

"Lagian, Mas pernah bilang kan? Waktu Mas ngobatin tangan kamu, Mas yang akan ngurus kamu karena Mas bisa ngurus diri sendiri." Lanjut Mas.

"Iya tetap aja aku sebagai istri punya kewajiban penuh untuk ngurus kamu. Nih, harusnya aku yang masangin printilan dan atribut di baju kamu." Vanessa menunjuk lencana, brevet, dan masih banyak lagi yang menempel di baju milik suaminya sendiri.

"Pengen banget ya masang ini?" Tanya Mas yang dijawab anggukan oleh Vanessa.

"Hal kecil yang seharusnya aku kerjain." Jawab Vanessa pelan.

"Nih kalau sekarang masangin baret Mas dulu nggak papa kan?" Mas memberi baret merahnya kepada Vanessa.

Vanessa sangat antusias mengambilnya, laki laki itu duduk di kursi meja makan agar tinggi badannya bisa sejajar dengan Vanessa yang tingginya hanya sebatas dibawah bahunya. Mas mengalungkan kedua tangannya dipinggang istrinya yang sedang sibuk memakaikan baret merah ke kepalanya.

"Udah nih." Ucap Vanessa yang diakhiri dengan senyumannya.

"Makasih ya istri sayang." Mas mencium labium istrinya dengan singkat.

Vanessa yang mendapat kecupan tiba tiba dari Mas langsung tersontak kaget hingga membuatnya sedikit mundur.

"Kebiasaan, kasih aba aba dong." Ucap Vanessa dengan salah tingkahnya.

"Kebiasaan yang akan menjadi rutinitas sayang." Ucap Mas yang sudah menggoda istrinya pagi pagi.

"Hari ini kamu nemenin Kakek kemana?" Tanya Vanessa yang sudah mulai mempersiapkan sarapan untuk suaminya.

"Pangkal pinang sayang dan terakhir ke Surabaya." Mas mengekori Vanessa yang sedang sibuk memasak telor mentega untuknya, aroma tubuh Mas masuk ke indra penciumannya, laki laki itu memeluk Vanessa dari belakang dan berkali kali mencium leher Vanessa hingga perempuan itu jadi tidak fokus dengan kerjaannya.

"Mas please stop dulu?! Aku lagi masak telor ini, mau sandwich nggak?" Ucap Vanessa yang berusaha mendorong Mas untuk mundur dan sedikit menjauh.

"Nggak mau berhenti." Tolak Mas, justru kali ini laki laki itu memeluk pinggang Vanessa dan menempelkan dagunya di bahu istrinya.

Mau tidak mau Vanessa tetap menyelesaikannya walaupun Mas menggelayut manja dan sengaja menjailinya. Bahkan Mas sempat sempatnya meniup iseng ke belakang telinganya.

Vanessa menyiapkan sandwich telur dan tuna untuk suaminya, tidak lupa beberapa sayur, slice keju, dan sosis. Satu untuk sarapan bersama, satunya lagi untuk bekal di jalan.

"Mas berhenti nggak? Geli." Ucap Vanessa dengan tawa kecilnya.

"I love you, sayang."

"Aku ngomong apa kamu jawabnya apa." Ucap Vanessa dengan gelengannya.

"Mana balasannya?" Ucap Mas dengan protesnya.

"I love you too." Balas Vanessa yang tengah memotong sandwich itu menjadi dua bagian.

"Kok sayang nya nggak ada?" Tanya Mas dengan nada tidak suka.

"I love you too Mas sayang." Ketika Vanessa memutarkan tubuhnya dengan dua piring ceper di kedua tangannya, Mas kembali mencium labiumnya, kali ini cukup lama hingga Vanessa hanya terdiam tanpa membalasnya.

Sesaat setelahnya, Mas melepasnya hingga membuat Vanessa menggigit bawah bibirnya dengan gugup. Sedangkan Mas menatapnya dengan tatapan yang terus menggodanya.

"Mas aku belum mandi?! 12 jam loh aku di ruang operasi." Ucap Vanessa dengan senyuman yang tidak bisa ia tahan, sedangkan Mas hanya tertawa melihat istrinya yang salah tingkah.

"Lagian siapa suruh kamu nggak pulang dan biarin Mas tidur sendiri?" Sindir Mas yang mengambil kedua piring itu dari tangan istrinya.

"Kan aku udah minta maaf loh." Vanessa mengekori Mas menuju ruang makan dan duduk didepannya.

"Nanti pulang nggak? Mas jemput ya?" Sahut Mas sembari menggigit sandwich yang dibuat istrinya itu.

"Nggak tahu, semoga sih pulang." Ucap Vanessa yang juga menggigit makanannya.

"Harus pulang sayang, tega banget biarin suaminya tidur sendiri terus?" Tihtah Mas.

"Nggak ada ya aku ninggalin kamu terus terusan." Vanessa mengoreksi ucapan suaminya.

"Padahal kata orang, Mas yang sering ninggalin kamu, faktanya kamu yang sering ninggalin Mas kerja." Kata Mas lagi.

Vanessa tertawa pelan. "Iya semoga ya, aku sering dapat operasi dadakan soalnya."

"Setelah ini balik ke rumah sakit lagi?" Tanya Mas yang tatapannya tidak berhenti menatap wajah bare face yang akan menjadi pemandangan indah setiap paginya.

"Iya sayang. Tapi aku nganter kamu berangkat kerja dulu ke depan, terus mandi baru berangkat lagi." Ucap istrinya itu.

Setelah acara pernikahan mereka yang sudah tiga minggu berlalu, faktanya mereka harus menunda liburan karena Mas yang hanya dikasih cuti dua hari, begitu juga dengan Vanessa yang tidak bisa mengambil cuti karena baru beberapa minggu masuk internship di RS Pondok Indah.

Sedikit kecewa karena momen yang seharusnya mereka dapatkan setelah menikah seperti orang orang diluar sana, justru mereka harus mengalah karena kesibukan masing masing. Mau membrontak dan mengeluh, itu juga hal yang sia sia.

Vanessa juga sudah menduga hal itu apalagi Mas yang statusnya seorang ajudan Presiden, yang harus 24 jam disamping Kakeknya hingga waktu bekerja sudah selesai.

Sempat protes ke Kakeknya tapi Kakeknya tidak bisa mengabulkan permintaan cucu kesayangannya itu karena memang jadwal Bapak yang sangat padat.

"Pengen liburan sama kamu berdua, nggak usah jauh jauh juga nggak papa, ke Bali misalnya. Kepalaku rasanya mau meledak gara gara kerja." Rengek Vanessa.

"Iya nanti ya sayang, kalau dalam waktu dekat Mas belum bisa, kamu juga belum bisa kan?" Tanya Mas, tangan kekarnya itu menyingkirkan saus sambal yang menempel didagu Vanessa.

"Iya sih." Sahut Vanessa dengan helaan napas panjangnya.

"Sadar nggak? Dari awal kita nggak ngejalanin kehidupan normal selayaknya suami istri, aku kerja kamu juga kerja, punya waktu berdua aja jarang banget. Gimana kalo kita punya anak ya Mas?" Vanessa sesaat berpikir.

"Nanti kalau kamu terlalu sibuk, Mas nggak papa kalau harus nunda anak, kalau pun nanti udah punya anak kita bisa bagi bagi tugas, biar Mas yang bawa mereka, begitupun sebaliknya. Mungkin memang dari bayi mereka bakal dioper oper ke kamu atau ke Mas, kalau kita sama sama sibuk, ada Mama dan Ibu Titik, kalau ke Bunda nggak mungkin karena beliau di Paris." Jawab Mas.

"Kalo gitu, kita jadi nggak tahu tumbuh kembangnya Mas dan aku nggak mau nunda juga." Sahut Vanessa.

"Tetap tau sayang, Mas juga nggak akan lepas tangan sama perkembangan mereka nanti. Kita kerja juga buat masa depan anak anak. Sebenarnya tanpa kamu kerja, Mas sanggup dan mampu. Tapi, Mas juga nggak mau ngelarang kamu untuk ngejar impian dan cita cita kamu. Suami macam apa yang mau ngehancurin mimpi istrinya? Tapi, nanti kamu harus bisa membagi mana yang paling prioritas. Seandainya, pahit pahitnya kamu terlena dengan anak anak dan hanya peduli dengan pekerjaan kamu disitu Mas bakal bertindak tegas ke kamu." Ujar Mas dengan penuh perhatian.

"Soalnya aku udah ngerasain gimana kesepiannya aku ditinggal Bunda dan Ayah kerja, bahkan mereka ninggalin aku sampai ke luar negeri, makanya aku akhirnya dirawat sama Kakek sampai besar sekarang. Aku nggak mau nanti anak anak aku justru ngalamin kayak aku, tumbuh besar sama Kakek dan Neneknya, bukan sama orang tuanya. Aku takut aku bakal ngulangin yang Ayah dan Bunda lakukan Mas dan akhirnya kamu lihat sendiri kan kehancuran keluarga aku karena kesalahan orang tua." Ucap Vanessa dengan kekhawatirannya.

"Nggak sayang, yang kamu takutin nggak akan terjadi. Kita sama sama ngejalaninnya. Selagi kita sama sama, selagi kita kompak dalam memenuhi peran sebagai orang tua, semuanya akan baik baik aja. Mas tau, kamu dan anak anak nanti bukan prioritas Mas. Sekalipun Mas punya anak nanti, negara tetap jadi prioritas Mas. Tapi Mas nggak akan biarin kamu dan anak anak nanti kesepian. Mas akan usahain itu, Mas memang nggak janji, tapi yang selalu Mas yakinin adalah, Mas akan selalu berusaha untuk kebahagiaan kamu dan anak anak. Secapek apapun Mas nanti, Mas akan selalu ada untuk kamu dan anak anak nanti, begitu juga dengan kamu. Mas akan selalu jadi rumah yang hangat untuk kamu dan anak anak dan Mas pastikan mereka bahagia punya orang tua kayak kita." Mas mengelus punggung tangan istrinya yang masih serius mendengarkannya.

"Nanti kalau sudah waktunya, kita akan jadi sepasang manusia yang baru pertama kali menjadi orang tua dan kita sama sama belajar menjadi orang tua yang baik, menjadi orang tua yang penuh perhatian, menjadi orang tua yang mengerti dunia anak anak kita, dan menjadi orang tua yang akan selalu menjadi tumpuan mereka. Jadi, apapun nanti rintangan didepan sana, Mas hanya perlu genggam tangan kamu, Mas hanya perlu kamu ada disisi Mas untuk melewati itu semua. Selagi ada kamu, dunia Mas baik baik aja sayang. Selagi ada kamu, Mas yakin apapun yang terjadi, Mas bisa tetap bertahan karena kamu tetap disini. Dan akhirnya, anak anak bangga punya orang tua kayak kita yang saling sayang, saling cinta, saling mengasihi, saling support, dan saling memahami."

"Mas berharap anak anak bisa melihat kita sebagai sosok role model di kehidupan mereka, Mas berharap mereka percaya kalau cinta dan kasih sayang itu satu hal yang sangat membahagiakan dan patut mereka syukuri di dunia ini, Mas berharap anak anak tahu kalau Papanya ini cinta mati sama Bundanya. Mas berharap mereka akan selalu tumbuh dengan kasih dan sayang hingga waktu kehidupan kita berdua sudah habis atau ketika mereka memulai perjalanan kehidupan barunya." Penjelasan dan pemikiran Mas sangat membuat Vanessa tersentuh.

"Mereka beruntung punya sosok dan peran seorang Papa kayak kamu nanti." Balas Vanessa yang membalas elusan tangan Mas.

"Mereka juga beruntung dilahirin dari rahim kamu kelak. Mereka bakal jadi anak yang beruntung karena punya orang tua hebat kayak kita. " Sahut Mas dengan senyumannya.

Mas melihat jam yang melingkar di tangan kanannya, sudah waktunya ia berangkat kerja. "Kalau gitu, sampai sini dulu cerita kita ya sayang? Nanti kita lanjutin lagi, Mas berangkat kerja ya."

Mas memeluk tubuh mungil istrinya itu dengan sayang dan cukup lama. Mencium semua indera yang ada di wajah perempuannya, hingga dibagian akhir, Mas mencium lama labium istrinya, kali ini Vanessa membalasnya.

"Makasih makanannya sayang, enak banget. Nanti mau Mas makan lagi selama perjalanan ke Hambalang." Mas mengambil kotak bekal yang sudah disiapkan Vanessa. Perempuan itu mengantar suaminya ke depan dengan posisi yang masih menggenggam tangan kekar Mas.

"Hati hati kerjanya ya Mas, kabarin aku." Ucap Vanessa yang menyalami tangan Mas dan mencium pipi Mas bergantian. Setelahnya, Mas langsung masuk ke dalam mobil.

"Kamu juga hati hati sayang, jangan ngebut lagi bawa mobilnya. Kabarin Mas kalau pulang hari ini, nanti biar Mas jemput." Ucap Mas dari jendela mobil. Vanessa mengangguk sembari tersenyum manis.

"Dadah istri sayang!" Teriak Mas dengan kiss bye diakhir, tidak lupa dengan kedipan dan senyum mautnya yang selalu sukses membuat istrinya itu salah tingkah. Setelah itu, mobil fortuner dove hitam miliknya keluar dan meninggalkan halaman rumah mereka.

Vanessa tertawa dan melambaikan tangannya sambil melihat kelakuan Mas yang setiap berangkat kerja seperti itu. Vanessa menutup kembali pagar rumah dan kembali masuk ke dalam. Kali ini waktunya ia mengurus dirinya sendiri sebelum kembali ke rumah sakit.

Ga verder met lezen

Dit interesseert je vast

202K 31.1K 56
Jennie Ruby Jane, dia memutuskan untuk mengadopsi seorang anak di usia nya yang baru genap berumur 24 tahun dan sang anak yang masih berumur 10 bulan...
67.2K 8.6K 32
(Namakamu) benci bosnya! Dia adalah iqbaal, pria menyebalkan dan bermulut pedas. Tapi tanpa (Namakamu) tahu ada maksud berbeda dari semua kalimat ped...
47.4K 5.3K 42
Chava, terbiasa sendiri dalam menghadapi kerasnya kehidupan, membentuknya menjadi cewek yang tangguh. Nathan, terbiasa hidup di tengah-tengah kehang...
108K 8.9K 85
Kisah fiksi mengenai kehidupan pernikahan seorang Mayor Teddy, Abdi Negara. Yang menikahi seseorang demi memenuhi keinginan keluarganya dan meneruska...