Kevin Huo's Proposal

De Liana_DS

815 156 43

Berkorban untuk pekerjaan tidak pernah ada dalam kamus Zhang Ling. Jika sebuah merek, proyek, atau fotografer... Mai multe

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
51
52
53
54
55

50

5 2 0
De Liana_DS

"Mungkin kalau kau memeragakan adikarya Desainer Zhang ini seindah mungkin, dia tak akan sanggup menolakmu."

Dengan itu, Xiang bertolak, membawa aura mulianya ke haribaan cahaya.

"Dia menantangku?" gumam Ling sembari tersenyum miring. "Sial. Tanpa ditantang pun, itulah tepatnya yang akan kulakukan."

Begitu koordinator show mengangkat lengan, Ling menjepit kedua sisi jubahnya dan membentangkan lengan. Terbanglah ia–fenghuang yang dibesarkan dengan telaten oleh Kevin Huo–di antara awan nitrogen cair, pepohonan palsu, dan lighting runway. Bunyi shutter yang sudah terdengar sejak tiga look lalu menggila ketika gaun mewah itu diterangi spotlight.

Mahkota mutiara Ling berkilau keperakan layaknya Bulan di antara gelombang hitam malam rambutnya. Riasan mata mempertajam tatapan angkuhnya. Warna jingga bergerak di antara merah gaun Ling, seolah-olah ia baru saja terlahir dari lidah api. Hijau-emas-merah aksen bulu di bahu Ling makin menyemarakkan penampilannya. Tidak satu pun fenghuang mampu menandingi kecantikan yang demikian, baik hari ini dan seterusnya. Namun, pada saat bersamaan, sang ratu mengajak gadis-gadis Cina untuk menjadi kuat lagi cantik dengan cara mereka sendiri, seperti ia tak menanggalkan jati diri sebagai burung ajaib legendaris walaupun sudah menyeberang zaman.

Kecemasan yang awalnya bercokol di benak Ling karena rumitnya desain gaun, juga tingginya tumit sepatu, hilang begitu mencapai tikungan. Kalau sudah berjalan sejauh ini, sisanya akan mudah. Keseimbangannya sangat baik, gaunnya tidak berulah, dan ia sudah separuh jalan ...

Seperempat ....

Bagaimana, Feng Xiang? Apa kau masih bisa menolakku?

***

Ketenangan laut saat surut pasti akan mendahului pasang, atau bahkan gelombang tinggi. Kelengahan pada waktu-waktu itu dapat membawa petaka. Hari ini, Ling mempelajarinya dengan teramat keras.

Sebetulnya, jika mempertahankan sedikit saja fokusnya, Ling akan mampu melalui anak tangga rendah dan menuntaskan runway-nya tanpa cela. Namun, ia memilih angkuh dan memikirkan Xiang lebih dari langkah-langkahnya sendiri. Akibatnya, tumit kanannya bergeser jauh dari sepatu, lebih jauh dari saat rehearsal, dari yang bisa refleksnya kendalikan.

Ling jatuh. Sebelum sempat memproses bahaya yang mengancamnya, Ling mendapati diri bersimpuh di atas runway yang diterangi spotlight. Sekujur tubuhnya langsung dingin; bulu romanya meremang. Media dalam dan luar negeri, kritikus fashion, selebritas, dan calon klien potensial Kevin Huo pasti tengah memperhatikannya sekarang ... memperhatikan bagaimana ia gagal.

Air mata Ling membumbung. Kerja keras selama setahun belakangan melintasi benaknya dalam kilasan cepat yang membangkitkan sesal. Mengapa ini harus terjadi ketika ia tinggal seperempat jalan lagi menuju puncak show?

Aku harus berdiri.

Meskipun kacaunya perasaan menghantam bagai badai, Ling tak punya waktu untuk terguncang. Ratu fenghuang–tidak–semua model, jika jatuh harus segera bangkit lagi dan memasang sikap tak acuh, seolah segalanya berjalan sebagaimana harusnya. Sebuah insiden tidak boleh menghentikan Ling, apalagi jalur yang harus dilintasi tinggal sedikit.

Namun, Ling baru sadar jatuhnya bukan jatuh biasa ketika tumitnya mulai digunakan menumpu. Ia bisa menahan jeritan, tetapi matanya tetap terbelalak. Ekspresi syoknya yang bizar tertangkap monitor, disiarkan kepada seluruh audiens, menyalahi perannya sebagai maskot yang kuat dan sempurna.

Sakit. Sakit. SAKIT!

Musik pengiring terus berputar. Spotlight juga masih menyorot Ling. Kalau ini latihan, Ouyang Tua pasti sudah menyemprotnya karena Ling keterlaluan off-beat-nya. Dia juga membuat gaun istimewa Wei tampak buruk. Namun, begitu mengangkat kaki kanan, nyeri luar biasa seakan menghentikan jantung dan napas Ling. Bagaimana ia bisa berjalan, lebih-lebih sambil membawa beban gaun fenghuang, dengan tumpuan tubuh yang tak sempurna?

Aku bisa mencapai ujung runway dalam enam langkah besar. Hanya enam langkah; aku pernah melalui yang lebih berat. Aku harus bisa!

Menarik napas patah-patah, Ling mengangkat sisi gaunnya dengan kedua tangan. Ia lantas mengangkat kaki kanan, lalu kiri, menggeser tumpuannya ke kaki kanan–

Tidak bisa, ini terlalu sakit! Sialan, padahal tinggal sedikit lagi!

Menyerah dengan mengenaskan, akhirnya Ling setengah menyeret kaki kanannya untuk melanjutkan langkah. Ia memicing ngilu, tetapi tak bisa bereaksi lebih hebat atas nyerinya. Sebabnya, saat sedang kesakitan begitu, Ling melihat wajahnya ditayangkan layar besar di atas runway. Mekap tidak mencegah butir-butir besar keringat mengaliri pelipisnya, tidak pula mampu menyembunyikan wajah pucat pasinya. Dadanya sakit menyaksikan betapa buruk penampilannya, maka ia putuskan untuk mempertahankan sisa-sisa sosok ratunya.

Ling menatap ke depan, mendengus-dengus menahan nyeri, tetapi di matanya menyala tekad untuk menyelesaikan fashion show. Dibenahinya postur setegak yang dimungkinkan kaki kanannya dan maju, mantap meski harus menyeret. Nyeri disalurkannya lewat cengkeraman ke rok. Tiga langkah kemudian, meski masih berada di runway, Ling tidak lagi disorot spotlight; entah mengapa teknisi lighting bereaksi selambat itu.

Begitu runway menggelap, tiga orang berlari ke arah Ling. Salah satu dari mereka adalah seorang pria muda dengan halter top dan coat panjang, juga lebih pendek dari Ling, datang lebih cepat dari yang dua. Pria muda ini harusnya tinggal duduk menunggu gilirannya keluar bersama Wei sebagai motor utama proyek ....

"Zhang Ling! Pegang bahuku!"

Orang yang paling tak terduga menolong Ling paling awal. Gadis itu tentu jadi terenyuh, terutama ketika si pemuda dengan hati-hati menyampirkan lengan Ling ke bahunya. Salah satu staf wanita melakukan hal yang mirip, tetapi sambil menyangga pinggang Ling juga.

"Feng Tian," panggil Ling parau sambil berjalan terpincang-pincang; air matanya mengalir deras begitu wajahnya tidak disorot kamera, "maafkan aku ...."

"Bukan salahmu. Insiden seperti ini bukan hal baru di runway," ujar Tian tergesa, lebih terdengar panik daripada marah. "Medik sudah bersiap. Tahan sedikit lagi."

Begitu masuk ke belakang dan didudukkan di depan paramedis, beberapa orang mendekati Ling, di antaranya Xiang, Wei, dan Mingmei. Oleh Mingmei dan si paramedis, rok Ling disibak setinggi betis, menampakkan pergelangan kaki yang merah membengkak, terjepit tumit tinggi yang strap-nya di ambang putus karena tertekuk mendadak. Sendi Ling miring ke sudut yang menyakitkan. Paramedis dengan hati-hati melepaskan sepatu itu, tetapi disentuh saja, Ling sudah mengerang dan memicing.

"Tolong perlahan-lahan saja." Xiang memperingatkan.

"Saya berusaha, tetapi ini cedera baru. Permukaan kulit pun menjadi sangat peka nyeri," sahut si paramedis. Ia lantas menyemprotkan kloretil ke pergelangan kaki Ling. Rasa dinginnya meredakan ngilu, maka Ling berusaha berdiri–hanya untuk ditahan Wei di bahu. Namun, bukan Wei, Mingmei-lah yang membentak Ling.

"Apa yang kaulakukan?! Kakimu masih bengkak begini!"

"Tapi, sebentar lagi penutupan! Kedua desainer dan para model harus keluar!" Ling balik menyembur. "Sakitnya sudah hilang, jadi aku bisa–ah!"

Terlalu cepat Ling menyimpulkan kondisinya. Efek semprotan kloretil cuma sementara; nyeri yang menyiksa itu kembali bahkan sebelum bibir Ling terkatup. Ia pun urung berdiri, tetapi paramedis malah memintanya untuk bangkit.

"Kakak saya sedang kesakitan. Bisakah memeriksanya sambil duduk saja?" Kelihatan betul bahwa Wei sedang menahan diri dari meninggikan suaranya kepada si paramedis.

"Saya bukan mau memeriksa," ucap si paramedis. "Nona Zhang terkilir dan kita belum bisa memastikan apakah ada robekan tendon atau bahkan patah tulang. Dia tak akan bisa berjalan untuk menyelesaikan show, maka pakaiannya harus dikenakan model pengganti. Bukankah begitu?"

Dada Ling berdenyut nyeri. Kenyataan ternyata sangat kejam; ia mempersiapkan diri begitu lama, melalui proses melelahkan yang tak pernah dibayangkannya, tetapi ketika ambisinya mulai timbul untuk bersinar di runway, ia justru terempas. Waktu yang dihabiskannya bersama Xiang telah menumbuhkan kecintaannya pada karier ini; untuk Xiang pula, ia berjuang sampai sejauh ini ... hanya untuk berhenti dekat garis finish.

Ling tidak bisa tidak mencebik ketika bersitatap dengan Xiang. Sang 'pangeran era Republik' kini berlutut sama rendah dengan paramedis dan Mingmei, tidak peduli jubah kebesarannya terhampar ke lantai dan mungkin ternoda. Mata pria itu berkilapan; apakah pria itu sama terluka dengannya? Mungkin Ling berkhayal.

Wei–yang berdiri di belakang Ling–mendesah putus asa.

"Wu Yiping punya postur dan bentuk tubuhnya paling menyerupai Ling. Dia bisa menggantikan posisi duta saat penutupan," ujar Wei, menyebutkan nama salah satu model pendamping yang langsung tegang di tempatnya berdiri.

"Tunggu!" Tian menyergah. "Posisi Zhang Ling tidak bisa digantikan. Jika dia tidak keluar, tidak perlu ada yang menggantikannya."

"Gaun ini adalah identitas koleksi wanita pertama Kevin Huo. Look terakhir Ling adalah jantung fashion show ini." Wei diam-diam menggigit bibir saat Ling menatapnya letih dengan mata redup. "Kita semua bekerja keras untuk gaun itu. Saya memutuskan hal ini juga dengan berat hati."

Kening Tian berkerut. "Jadi, Anda berpikir hanya look-nya yang penting, bukan dutanya sendiri?"

"Tolong berhenti ...."

Begitu Ling meminta, Wei dan Tian berhenti berselisih. Tangan gadis itu lantas terulur pada Mingmei yang paling dekat dengannya. Paham, Mingmei maju agar Ling dapat memegangi tubuhnya. Dengan begitu, Ling bisa berdiri tanpa harus menyanggakan tubuh ke kedua kakinya sepenuhnya.

"Saya mengerti. Desainer Zhang benar, baju ini harus tetap kembali ditampilkan." Ling menunduk dalam-dalam. "Waktu kita sedikit. Tolong bantu saya melepaskan pakaian ini."

Tidak ada yang terjadi; ruangan itu hening, kesenyapan yang mati. Ling sempat mendengar langkah kaki mendekat, mungkin wardrobe assistant yang hendak membantunya, tetapi ia sudah terlanjur emosi karena mereka begitu lambat.

"Cepatlah! Kakiku sakit dan tidak ada waktu lagi!"

Berteriak justru memperburuk perasaan Ling. Ia merasa makin bersalah pada semua orang, masih berpikir bahwa insiden ini terjadi karena kecerobohannya. Namun, ia juga jengkel karena orang-orang di sekitarnya tak segera menyelesaikan krisis. Ia juga kesal pada diri sendiri yang tak berdaya, padahal dirinyalah penyebab seluruh masalah ini. Segala perasaan buruk itu mewujud menjadi teriakan parau yang diikuti isakan.

"Zhang Ling." Xiang memanggil, tetapi Ling terlalu malu untuk mengangkat wajahnya. "Kau masih ingin berjalan bersamaku."

Xiang tidak bertanya. Ia membaca perasaan Ling dan pernyataannya tepat sasaran. Dibanding sakit kaki, yang menderaskan air mata Ling memang adalah kekecewaannya tidak bisa menutup show bersama pria yang dicintainya.

"Aku bisa membawamu ke sana."

Ucapan Xiang itu seketika memancing keriuhan. Wei langsung menyahut, "Tuan Feng, saat ini kaki Ling–"

"Kalau Nona Zhang berkenan," Xiang balik memotong, bicara dengan formal untuk menegaskan kesungguhannya, "saya akan membopongnya di runway untuk menutup show. Itu akan memperlambat penanganan dan mungkin juga memperparah nyerinya. Namun, saat ini yang lebih menyakitkan Nona Zhang adalah tidak bisa menutup show. Itulah solusi yang saya tawarkan untuk meringankan penderitaannya."

Wei tidak berkutik, Tian pun kehabisan kata-kata. Xiang lantas berpaling kembali pada Ling dan berbisik.

"Pegang tanganku jika ingin menutup show bersamaku."

Ling terisak semakin keras. Denyut nyeri di kakinya menghebat seiring dengan isakan itu. Meskipun sangat ingin menutup show ini, siapa tahu apa yang akan terjadi pada kaki kanannya jika terangkat di udara tanpa bidai maupun obat nyeri? Sudah begitu, Ling telah menangis cukup lama untuk merusak mekapnya; retouch riasan akan memperpanjang jeda menuju penutupan show.

Janggalnya, seakan punya pikiran sendiri, tangan Ling meraih tangan Xiang. Perlahan-lahan, seluruh tubuhnya lantas meninggalkan pegangan Mingmei untuk berpindah pada Xiang. Tanggap, lelaki itu segera merengkuh tubuh Ling untuk mencegahnya terjatuh.

"Tolong bawa aku ke sana, Feng Xiang ...."

***

Insiden Ling membuat audiens resah dan bertanya-tanya. Apa yang terjadi di belakang panggung setelah sang duta jatuh dengan buruk di penghujung runway-nya? Tidak ada look lagi yang ditampilkan setelah Ling, maka seharusnya show sudah selesai, bukan? Mengapa tidak segera dilakukan penutupan? Ke mana pula kedua desainer, motor utama koleksi Fenghuang ini?

Pertanyaan-pertanyaan para audiens terjawab begitu runway kembali terang. Dalam satu barisan panjang, para model pendamping berjalan berselang-seling, laki-perempuan, membawakan look terakhir mereka. Tidak ada yang aneh dari barisan itu hingga kedua desainer muncul di tengah-tengah barisan bersama ... makhluk surga mana itu? Audiens mesti mengamati dengan saksama sosok yang mengikuti Wei dan Tian untuk mengenalinya; dari kejauhan, sosok itu menyerupai burung fenghuang dengan tubuh dua warna: hitam dan merah.

Begitu mengenali fenghuang dua warna tadi, audiens jadi tahu apa yang sebenarnya terjadi pada Ling setelah insiden. Realisasi di kalangan audiens inilah yang memicu mereka bertepuk-tangan, awalnya satu-dua orang, lalu menyebar ke seluruh venue, bahkan beberapa memberikan standing applause.

Fenghuang dua warna tadi, rupanya, adalah kedua duta koleksi ini. Alih-alih berjalan sendiri-sendiri, Ling dibopong oleh Xiang; tubuh Ling bersandar ke sisi kanan tubuh Xiang. Kedua duta masih mengenakan look terakhir mereka, maka dari kejauhan, Ling–dengan gaun panjang dan jubah transparannya yang berkilauan–tampak menyalakan sisi kanan tubuh Xiang–yang masih mengenakan cheongsam dan jubah hitamnya yang menjuntai di sebelah kiri.

Siapapun yang menyaksikan insiden Ling sebelumnya pasti akan sadar apa dampak insiden tersebut pada sang model begitu melihatnya digendong Xiang. Meskipun tidak dapat berjalan dan bengkak matanya sangat kentara, Ling masih tampil menakjubkan. Berbeda dengan ketika berjalan sendiri di runway, kecantikan Ling sekarang terkesan lebih rapuh, lebih berharga. Pada saat bersamaan, posisi Xiang saat menggendongnya membuat pucuk kepala Ling lebih tinggi dari pria itu, menjadikannya pusat atensi utama dibanding Xiang sendiri.

Sedikit Ling dan Xiang tahu, improvisasi mereka ini akan menggemparkan berbagai media Cina dalam beberapa hari ke depan. [] 

we hit 50 chaps?!

Continuă lectura

O să-ți placă și

1.9M 10.6K 24
Menceritakan kehidupan seorang lelaki yg bernama Nathan. dia dikenal sebagai anak baik yg tidak pernah neko neko dan sangat sayang pada keluarganya...
JEJAK De Niknik Nuraeni

Polițiste / Thriller

368 77 9
Setelah penyebab kematian kakaknya tidak diungkap dengan tuntas, Rara seolah mendapat penggilan untuk menyelidikinya sendiri dengan mengandalkan kema...
1.5K 373 18
(1 of 5) GIRLS TALK SERIES Blurb: Semua orang pasti memiliki kisahnya masing-masing setelah pulang dari kantor, Begitu juga Kayla Pratiwi yang dipert...
989K 2.7K 6
Kisah Perselingkuhan penuh gairah, dari berbagai latar belakang Publish ulang di wattpad!