FLC Multiverse

flc_writers

2K 220 1.5K

Event daftar ulang member FLC tahun ajaran ke-6 Еще

1. Selamat Tinggal di Toko Buku Nagare
2. Last Performance
3. Purple Scarf
4. Babysitting Gone Wrong
5. The Alumnus Trap
6. As The Walls Close In
7. Zeit
8. Kesalahan
9. The Killer and the Sinner
10. Mencuri Batara
11. CsCx (Amalgamasi)
12. Ice Cream
13. Bye-bye
14. Sang Pahlawan
15. A Little Prank
16. Rwar
17. Terdampar
18. I Want To Be Alone
19. The Killer is Among Us
20. Apocalypse Revolution
21. Survive di Pulau Misterius
22. No More Way Out
23. Semanggi Empat Daun
24. Perfect Family
25. Galaxy
27. Asrama dan Atmanya

26. Message from the Future

64 7 24
flc_writers

Tema: Terlempar ke masa depan
Tokoh Utama: Kemal

Sinar temaram dari lampu tidur di atas nakas membuat suasana di kamar terasa begitu tenang. Hanya ada seorang pemuda yang tengah berbaring di atas kasurnya sambil sibuk menatap sesuatu di layar telepon genggamnya. Layarnya menampilkan pesan yang saling berbalas di obrolan grup yang diikutinya. Saat ini, para anggota di grup tersebut sedang membicarakan tentang situs yang memungkinkan untuk menuliskan pesan untuk diri sendiri di masa depan.

Rasa penasaran dan ketertarikan meliputi perasaan pemuda tersebut. Ia pun akhirnya menekan tautan yang dibagikan oleh salah satu anggota, seketika tampilan di layarnya beralih ke situs yang didominasi oleh warna biru dan putih itu. Sambil menatap kolom putih yang masih kosong, ia berpikir keras tentang apa yang harus ditulisnya di sana.

「 Halo, diriku di masa depan

Gimana kabarnya? Apakah semua keinginan kita sudah terwujud? Sepertinya sih enggak ya, wkwkwkwk. Belum lama ini aku bergabung ke klub kepenulisan yang ada di sekolah, namanya Four-Leaf Clover atau disingkat jadi FLC. Setelah melewati proses seleksi yang sulit, akhirnya aku diterima. Jadi aku penasaran, apakah di 10 tahun kemudian FLC masih aktif? Semoga itu terjadi seperti yang diharapkan member lainnya juga ya. Kuharap, aku juga masih bertahan di sana sambil terus meningkatkan kemampuan menulisku menjadi lebih baik lagi agar bisa menamatkan semua cerita yang sedang kubuat.

Oh iya, waktu itu aku hanya bercanda, tapi ... kita enggak beneran jadi bandar slot 'kan di masa depan? Mending ngedate sama fisika aja sih daripada jadi begitu. 」

Setelah berhasil mengisi kolom berisikan pesan yang akan diterima dirinya di masa depan dengan rapi, ia pun membaca kalimat per kalimat itu sambil menahan rasa ingin tertawa. 'Pfftt ... nulis apaan sih ini, cringe banget,' gumamnya dalam hati, merasa malu dan geli sendiri melihat pesan yang dituliskannya.

Namun, ekspresi itu seketika berubah ketika beberapa menit kemudian ada notifikasi pesan yang masuk ke akun surelnya. 'Hah?! Gilaa, gak masuk akal banget!'

Ternyata, pesan yang baru masuk itu adalah balasan dari dirinya 10 tahun kemudian. Tentu saja itu berhasil membuat si pemuda sangat terkejut dan bertanya-tanya apakah yang sedang terjadi saat ini mungkin dilakukan.

Detak jantungnya berdegup dengan kencang akibat kejadian aneh yang di luar logika ini. Meskipun gemetaran, jarinya berselancar dengan lihai ketika mencoba untuk mencari titik terang terkait hal tersebut. Berulang kali ia membuka artikel yang muncul di pencarian satu per satu, terus menggulir dan mengetikkan alternatif lain untuk kalimat di kolom pencariannya, tapi semua itu hanya membuang waktunya saja. Nihil. Tidak ada informasi yang mengatakan bahwa mengirimkan pesan ke masa lalu adalah hal yang mungkin dilakukan. Itu semua hanyalah angan-angan belaka.

'Ini ... emang gak mungkin sih.' Pemuda yang kini sedang bersandar sambil duduk meringkuk di atas kasurnya itu mengacak-mengacak rambutnya. 'Sial, sebenernya ini pesan dari mana sih?!'

Gawai canggih yang tadinya dia letakkan dengan sembarang, kembali diambilnya setelah terdiam beberapa saat untuk menjernihkan pikirannya. Dia pun memutuskan untuk membaca sekali lagi pesan tersebut dengan benar kali ini.

「 Halo, diriku di masa lalu

Hmm ... kalau dibilang baik-baik saja sih tidak juga. Di sini sangat kacau. Ini sudah tidak seperti bumi yang dulu lagi. Walaupun tidak terdengar masuk akal, tapi saat ini banyak monster yang berkeliaran dan membuat umat manusia terancam musnah. Berkat dirimu menyukai cerita-cerita bergenre aksi, fantasi, dan semacamnya, kita jadi lebih mudah beradaptasi dengan situasi di luar nalar ini.

Ah iya, FLC juga masih tetap aktif kok di masa ini. Meskipun saat dimulainya situasi mencekam itu sesuatu yang disebut 'sistem' memisahkan para member, tapi kita masih beruntung karena bisa membentuk party dengan empat member yang dikenal. Yah ... pokoknya keputusanmu untuk bergabung dengan klub itu memang pilihan yang bijak.

Hahaha ... tenang saja, itu tidak terjadi kok. Malahan kamu akan menjadi penulis yang lebih baik lagi nanti. Meski belum mampu untuk menerbitkan buku cetak, tapi kamu berhasil menamatkan banyak cerita. Jadi teruskan saja semua usahamu saat ini. Tidak perlu terlalu banyak memikirkan masa depan. Jalani saja hidupmu yang sekarang seperti biasanya. Pesan balasan ini membuktikan kalau kamu akan baik-baik saja di masa depan setelah berusaha keras melewati semua rintangan yang ada. 」

Seusai membacanya, perasaan si pemuda menjadi semakin campur-aduk. Jelas-jelas paragraf pertama teks tersebut sudah membuatnya sangat khawatir, tapi dia malah disuruh untuk tidak mengkhawatirkan hal tersebut? Tidak habis pikir.

Diiringi dengan hembusan napas kasar, batinnya kembali berkata, 'Sudahlah, sia-sia saja kalau terlalu memikirkan ini terus-terusan. Mending aku tidur saja.' Benda pipih yang sedari tadi terus digenggamnya pun akhirnya dia taruh ke atas nakas. Seraya membaringkan tubuhnya ke arah kanan, ia memejamkan matanya. Pandangannya pun menggelap dan kesunyian mulai menyelimuti dirinya.

.

.

.

.

.

Seharusnya begitu, tapi saat pikirannya mulai rileks, ia malah mendengar suara-suara bising di sekitarnya.

"Eh ... kenapa dia belum bangun-bangun juga, ya? Skill-mu masih berfungsi dengan baik, 'kan?"

"Iya kok! Seharusnya dia sudah sadar."

"Heeee ... dia belum mati, 'kan?"

"Kalau dia mati, gimana kita mau lanjutin misinya, huhu ...."

Samar-samar terdengar suara beberapa orang yang sedang membicarakan sesuatu yang tidak bisa didengar jelas olehnya. Kepalanya terasa berat, padahal dia tadi hanya ingin tidur saja.

'Tunggu ... siapa yang seenaknya saja masuk ke kamar orang lain??'

Ini mengherankan. Sebab, kamarnya adalah kamar asrama yang tidak bisa dimasuki sembarang orang, apalagi para perempuan. Namun sekarang, ia malah mendengar suara para perempuan di sekelilingnya. Dan salah satu dari mereka saat ini tengah mengguncangkan tubuhnya.

"... -san ... mal-san ... Kemal-san!"

Terkesiap. Pemuda bernama Kemal itu akhirnya membuka matanya dengan spontan. Apa yang dilihatnya membuat dirinya semakin tercengang. Pemandangan di sekitarnya bukanlah kamar, melainkan ... hutan? Entah kenapa dia sedang berbaring di bawah pohon rindang di dalam hutan antah-berantah.

"Hei, kamu gapapa, Kemal?" Seorang gadis berambut putih yang mengenakan pakaian khas penyihir bertanya ketika melihat ekspresi Kemal yang terlihat linglung.

Kemal mengernyitkan keningnya saat melihat penampilan kakak kelasnya yang sangat mencolok. "Eh, Kak Yemi? Lagi cosplay?"

"Apa? Ngaco banget kamu, Mal," balas Yemi cepat. Dia berkacak pinggang, tidak jadi kasihan dengan satu-satunya laki-laki yang ada di party mereka.

"Hah? Terus ini di mana?" Lagi-lagi Kemal menanyakan hal yang tentu membuat keempat gadis di sekelilingnya mengangkat alisnya karena heran.

Ari yang sedari tadi berjongkok di sampingnya pun menjawab, "Kita sekarang ada di Hutan Eldrtale. Para spirit bilang kalau ini adalah tempat aman yang terdekat, jadi kami membawamu yang terluka parah ke sini. Kamu tidak ingat?"

"Jangan bilang kalau Kakak hilang ingatan karena kepalanya terbentur tadi ...." sahut Rara yang merasa cemas seraya menutup mulutnya yang terbuka dengan tangan kanannya.

Respon dari teman sekolah dan klubnya itu membuat Kemal semakin bingung. Ekspresinya terlihat ngang-ngong ngang-ngong terus sejak dia sadar dari pingsannya. Mereka bilang kalau dia terluka parah, tapi dia merasa sehat-sehat saja saat ini. Tidak ada bekas luka, hanya ada noda darah di pakaiannya.

'Loh? Kok pakaianku jadi keren juga? Ini pedang siapa pula?' Batinnya terus bertanya-tanya ketika melihat penampilan dirinya yang seperti seorang ksatria pedang. Ia pun seketika teringat dengan pesan yang datang dari dirinya di masa depan itu.

Paragraf pertama yang membuatnya cemas akan datangnya masa depan, yang mengatakan kalau dunia yang diserbu oleh banyaknya monster dan diatur dengan sesuatu bernama 'sistem'. Mungkin inilah masa depan yang dimaksud dalam pesan tersebut.

Tiba-tiba, kepalanya merasa sangat pusing, seperti ada yang berusaha masuk dalam pikirannya. Ternyata itu adalah ingatan-ingatan tentang dirinya selama hampir 10 tahun ini. Semua kejadian yang terasa asing tapi juga familiar, yang belum muncul dan dialami olehnya sebelumnya. Nampaknya, jiwanya entah bagaimana terlempar ke tubuh di masa depannya sendiri.

"Ughh ... yang benar saja ...." Kaki kanannya ditekuk untuk menopang tangannya yang memegang sisi kanan kepalanya. Melihat hal itu, anggota party-nya menjadi tambah khawatir. Tidak biasanya Kemal seperti ini.

Hicchan yang sedang duduk untuk memulihkan tenaganya pun bertanya, "Kenapa, Kemal-san? Apa kepalamu masih terasa sakit?"

Kemal menolehkan kepalanya ke gadis berambut pink yang bertanya dengan nada khawatir. "Tidak, tidak apa. Terima kasih sudah menyembuhkanku selalu, Hicchan," jawabnya. Setelah mendapatkan ingatan itu, ia tahu kalau Hicchan juga berperan sebagai Healer yang selalu menyembuhkan kawan-kawannya ketika mereka terluka.

"Hah? Kemal-san lagi kenapa dah? Aneh banget."

"Iya ih. Kamu enggak lagi kesurupan kan, Kak?" Rara, si gadis berambut merah yang merupakan anggota termuda itu lagi-lagi menyahut ketika melihat tingkah aneh sang kakak kelasnya di masa SMA.

Akan tetapi, orang yang menjadi topik pembicaraan itu malah tertawa kecil. "Mana ada," ucapnya, kemudian bangkit berdiri. "Kita istirahat sebentar lagi sebelum pergi ke Kota Sindhel."

Kemal menatap anggota party-nya satu per satu sebelum beranjak pergi ke sisi lain hutan. Meninggalkan para gadis yang terdiam akibat kebingungan yang masih menyelimuti mereka.

Sambil berjalan, Kemal mencoba untuk mengingat informasi-informasi penting yang dibutuhkan untuk menghadapi misi selanjutnya. Berdasarkan informasi dari ingatannya sebelum ini, dia adalah satu-satunya petarung jarak dekat di party tersebut, job-nya adalah swordsman atau pendekar pedang.

Sementara itu, keempat teman perempuannya itu termasuk dalam kelas magician. Yemi adalah penyihir elemen, Ari adalah kontraktor spirit, Hicchan adalah penyihir alam yang membuatnya memiliki skill healing juga, dan Rara adalah seorang gun mage yang menggunakan sihir sebagai pelurunya.

"Yah ... tidak buruk juga. Sepertinya kami memang beruntung bisa bertahan sampai saat ini," gumamnya lirih. Ia mengedarkan pandangannya seraya menghirup udara segar dari hutan yang masih terjaga ini.

Tidak ingin menyia-nyiakan waktu, ia pun memutuskan untuk berlatih kemampuan berpedangnya sebentar. Mempersiapkan kondisi fisik dan mental memang sangat diperlukan untuk menghadapi situasi-situasi tidak terduga demi bertahan di era kehancuran ini.

***

Beberapa menit kemudian, Kemal pun kembali ke tempat mereka berkumpul tadi. Dilihatnya para gadis yang tengah sibuk dengan kegiatannya masing-masing. Yemi yang sedang fokus mencoba sihir barunya, Rara yang tengah sibuk menembakkan pistol sihirnya ke arah pohon yang tidak bersalah, serta Ari dan Hicchan yang nampaknya tentang mengobrol tentang grup idola mereka di masa lalu.

Dipikirkan berapa kali pun, party yang didominasi oleh petarung jarak jauh ini memang tidak bisa disangka dapat bertahan hingga selangkah lagi menuju final boss. Kemal jadi penasaran, bagaimana keadaan member lain yang berada di server berbeda, apakah mereka juga berhasil bertahan?

"Hai, Kemal. Dari mana aja kamu? Udah enggak linglung lagi, kan?" Yemi menyapa sembari menanyakan keadaannya. Anggota yang lain pun refleks menengok saat mendengar suara Yemi. Mereka meninggalkan kegiatan yang tadi dilakukan untuk berkumpul kembali.

"Iya, aku tadi habis latihan sebentar," sahutnya, seraya memegang pedang yang selalu diletakkan di sebelah kiri pinggangnya, siap digunakan kapan saja.

Yemi menganggukkan kepalanya sambil berdeham dengan senang. "Baguslah kalau begitu. Sekarang gimana? Mau langsung pergi ke Kota Sindhel?"

Kota Sindhel adalah satu-satunya kota aman yang tidak terdapat jejak monster sama sekali. Sepertinya sistem memang sengaja menyisakan kota tersebut sebagai tempat aman atau dalam istilah game-nya disebut 'save point' bagi para player beristirahat serta memenuhi kebutuhan primer mereka. Tempat ini juga menjadi tempat berkumpulnya para manusia yang memilih untuk menjadi NPC melakukan bisnis atau kegiatan sehari-hari mereka tanpa harus mengkhawatirkan serangan monster.

"Aku setuju. Lagipula, kita udah terlalu lama di sini, padahal enggak sembarang orang bisa diizinkan masuk ke hutannya para spirit kayak kita," tukas Ari, gadis berambut pirang yang memiliki koneksi dengan para spirit ini sepertinya merasa tidak enak kalau mereka terus-terusan berdiam diri di hutan suci tersebut.

Hicchan yang kini sedang berjongkok sambil mengelus seekor kelinci pun ikut berkata, "Bener juga. Mendingan kita langsung ke sana aja sekarang."

Di sisi lain, Rara yang mengarahkan pistolnya ke arah si kelinci dan berhasil ditahan oleh Yemi juga setuju dengan jawaban temannya yang lain. "Aku juga pengen bersih-bersih. Penampilan kita udah kayak apaan."

Apa yang dikatakan Rara memang benar. Penampilan mereka terlihat seperti sekelompok pembunuh yang telah selesai membantai musuhnya. Baik itu noda darah dari monster maupun dari luka mereka sendiri membekas jelas di pakaian mereka.

"Oke, kita pergi sekarang. Tapi ingat, kita harus tetap waspada sesaat setelah keluar dari hutan ini, karena pasti banyak monster yang menunggu mangsanya di luar sana." Kemal berpesan dengan bijak layaknya seorang pemimpin yang semestinya.

Mendengar pesan bijak dari satu-satunya laki-laki yang merupakan pemimpin sekaligus garda terdepan mereka, senyum lebar pun terukir di wajah mereka berempat. Kemudian, mereka berjalan keluar menyusuri hutan sambil berbincang ria.

Semoga saja ini bukan ketenangan sebelum badai.

***

Perjalanan yang panjang dan melelahkan akibat monster yang terus datang dan menyerbu mereka akhirnya usai. Saat ini, mereka sudah sampai di penginapan yang dikelola oleh mantan anggota klub sekaligus senior mereka, yaitu Kak Yurene.

Di sana mereka melakukan aktivitas normal sebagaimana yang sering dilakukan sebelum sistem dunia menjadi sebuah game. Membersihkan diri, makan, tidur, dan sebagainya.

"Jelita, Kak Yu ke mana? Tumben enggak keliatan dari kemaren." Yemi bertanya pada temannya salah satu anggota klub itu. Dia merasa heran karena tidak melihat Kak Yurene yang biasanya berjaga di meja reservasi.

Gadis yang tengah mengelap salah satu meja itu pun menjawab, "Oh, setahuku Kak Yurene lagi ada keperluan sama keluarganya sih, tapi belum balik-balik juga."

Yemi hanya ber'oh'ria mendengar jawabannya, lalu mengucapkan terima kasih dan meninggalkan gadis tersebut.

Kondisi kedai di penginapan itu terlihat ramai seperti biasanya. Namun, pandangan dari kebanyakan pengunjung kini tertuju pada Kemal and the girls yang sedang bersiap untuk memasuki ruangan bos monster terakhir. Itu bisa terjadi karena mereka memang merupakan player peringkat teratas di server tersebut.

Kabar tentang mereka yang akan menghadapi the final boss juga sudah tersebar ke penjuru kota. Bisa dibilang, mereka adalah satu-satunya harapan bagi umat manusia di server ini untuk kembali ke kehidupan normal. Jika mereka berhasil meraih kemenangan, server ini bisa dinyatakan 'tamat' dan keinginan semua orang untuk hidup normal pun bisa terwujud.

***

Butuh waktu lama untuk sampai di tempat bos monster terakhir berada karena lokasinya berada di ujung map server H-891014 ini. Tepat di depan mereka, ada ruangan dengan pintu ganda yang lebar nan tinggi menjulang. Baru melihat ini saja sudah membuat mereka merinding.

Rasa cemas dan was-was mulai menggeluti pikiran mereka. Akankah mereka berhasil mengalahkan makhluk di balik pintu ini dan keluar hidup-hidup nanti? Atau malah hidup mereka akan berakhir di dalam sana?

"Duh, aku jadi merinding. Tapi di sisi lain, aku juga ingin cepat-cepat masuk dan mengalahkan entitas yang ada di dalam sana," cetus Rara yang sudah bersiap-siap dengan pistol di kedua tangannya.

Hicchan juga menggosok-gosokkan kedua tangannya, terlihat antusias dan bersemangat. "Wah ... entah kenapa merasa bangga bisa sampai di sini. Kalo aku punya pedang, aku pasti mau niru semua skill-nya Kir*ito," katanya, sambil membayangkan pose-pose keren husbu gepengnya itu.

Mengabaikan Hicchan yang sedang halu, Kemal pun bertanya pada anggotanya. "Kalian sudah siap?"

Dengan kompak, keempat gadis itu pun menjawab, "Siap!"

Pintu pun didorong secara bersama. Suasana mengerikan menyerembak ke luar saat ruangan itu terbuka sepenuhnya. Sambil menelan ludah, mereka bersama-sama melangkahkan kakinya masuk ke dalam. Pintu ganda itu tertutup kembali setelahnya.

Pertarungan hidup dan mati pun di mulai.

***

Suara pedang yang beradu dengan tubuh keras monster itu berkali-kali terdengar. Ledakan sihir juga terus menerus menyerang bos monster tersebut. Berkat akar pohon yang berhasil menahan pergerakannya, anggota tim yang lain dapat melancarkan serangan terus-menerus dalam beberapa waktu.

Tentu itu tidak berlangsung lama, monster itu tidak akan bisa dikatakan 'bos terakhir' jika tanpa alasan. Makhluk itu tentu menjadi lawan tersulit yang pernah mereka hadapi selama ini. Berulang kali ada rekan yang terdorong mundur, bahkan terhempas ke dinding. Namun, itu semua tidak membuat mereka menyerah. Demi mencapai kembali kebebasan yang telah direnggut, mereka harus berjuang dengan keras untuk mengambilnya kembali.

Ini merupakan pertarungan yang panjang. Akan tetapi, pepatah yang mengatakan bahwa 'usaha tidak pernah mengkhianati hasil' tidak pernah berbohong. Kemenangan itu berhasil mereka raih.

Pengumuman yang menyatakan kalau party mereka berhasil mengalahkan the final boss juga sudah menyebar ke seluruh wilayah.

Dan tentu saja, masing-masing dari mereka juga berhak mendapatkan hadiah khusus. Tak terkecuali dengan Kemal, sang MVP. Jendela status yang menampilkan pertanyaan tentang hadiah apa yang diinginkannya pun muncul.

Setelah memikirkannya beberapa saat, ia pun membuat keputusan bulat. Dengan lirih, ia berkata, "Aku hanya ingin ... mengirimkan pesan balasan untuk diriku di masa lalu."

Penulis: Hicchan867

Продолжить чтение

Вам также понравится

387 128 11
Old title : SORROW'S WOUND New title : Luka Sang Senja ### Jika seseorang bertanya, apa keinginan terbesarmu yang benar-benar ingin terjadi saat ini...
167K 28K 48
↬ 한성우 ft. 김우석 Mungkin lagu yang cocok untuk Seungwoo adalah lagunya Cherrybelle. "Awalnya ku pura-pura, lama-lama ku jadi suka. Oh Tuhan, inikah yan...
Akui Bahwa Aku Keren! Lana🪐

Подростковая литература

228 66 13
Masa Remaja Keras Kepala Mencari Pengakuan *** Arjuna ingin membuktikan bahwa ia bukan anak cupu, ia mabuk dan balapan meninggalkan semua aturan ruma...
My Complaint Saf

Разное

1.1K 217 38
Terserah untuk membacanya atau tidak, ini hanya berisikan keluhan. Copyright © 2021 by Yoontjx