He is my wife

By jakehoon02

219K 20.9K 2.1K

sunghoon x jake Sunghoon hanya memenuhi keinginan sang bunda untuk menikah dan memberikan cucu. Dan ia memil... More

๐ŸŒธ
๐ŸŒผ
๐ŸŒธยฒ
๐ŸŒผยฒ
๐ŸŒธยณ
๐ŸŒผยณ
๐ŸŒธโด
๐ŸŒผโด
๐ŸŒธ๐ŸŒธ
๐ŸŒผ๐ŸŒผ
๐ŸŒธ๐ŸŒธยฒ
๐ŸŒผ๐ŸŒผยฒ
๐ŸŒธ๐ŸŒธยณ
๐ŸŒผ๐ŸŒผยณ
๐ŸŒธ๐ŸŒธโด
๐ŸŒผ๐ŸŒผโด
๐ŸŒธ๐ŸŒธ๐ŸŒธ
๐ŸŒผ๐ŸŒผ๐ŸŒผ
๐ŸŒธ๐ŸŒธ๐ŸŒธยฒ
๐ŸŒผ๐ŸŒผ๐ŸŒผยฒ
๐ŸŒธ๐ŸŒธ๐ŸŒธยณ
๐ŸŒผ๐ŸŒผ๐ŸŒผยณ
๐ŸŒธ๐ŸŒธ๐ŸŒธโด
๐ŸŒผ๐ŸŒผ๐ŸŒผโด
๐ŸŒธ๐ŸŒธ๐ŸŒธ๐ŸŒธ
๐ŸŒผ๐ŸŒผ๐ŸŒผ๐ŸŒผ
๐ŸŒธ๐ŸŒธ๐ŸŒธ๐ŸŒธยฒ
๐ŸŒผ๐ŸŒผ๐ŸŒผ๐ŸŒผยฒ
๐ŸŒธ๐ŸŒธ๐ŸŒธ๐ŸŒธยณ
๐ŸŒผ๐ŸŒผ๐ŸŒผ๐ŸŒผยณ
๐ŸŒธ๐ŸŒธ๐ŸŒธ๐ŸŒธโด
๐ŸŒผ๐ŸŒผ๐ŸŒผ๐ŸŒผโด
๐ŸŒธ๐ŸŒธ๐ŸŒธ๐ŸŒธ๐ŸŒธ
๐ŸŒธ๐ŸŒธ๐ŸŒธ๐ŸŒธ๐ŸŒธยฒ
๐ŸŒผ๐ŸŒผ๐ŸŒผ๐ŸŒผ๐ŸŒผยฒ
๐ŸŒธ๐ŸŒธ๐ŸŒธ๐ŸŒธ๐ŸŒธยณ
๐ŸŒผ๐ŸŒผ๐ŸŒผ๐ŸŒผ๐ŸŒผยณ
๐ŸŒธ๐ŸŒธ๐ŸŒธ๐ŸŒธ๐ŸŒธโด
๐ŸŒผ๐ŸŒผ๐ŸŒผ๐ŸŒผ๐ŸŒผโด

๐ŸŒผ๐ŸŒผ๐ŸŒผ๐ŸŒผ๐ŸŒผ

2.7K 464 75
By jakehoon02

Sunghoon tidak mengerti kenapa semuanya jadi begini. Setelah melihat Jaeyun pergi, dia juga memutuskan untuk pergi ke halaman samping rumah kakek. Menenangkan emosinya yang masih berkecamuk.

Entahlah, ini pertama kalinya mereka berkonflik sehebat ini bahkan di depan keluarga besar Park. Jaeyun menamparnya, ia membentak, semuanya kacau.

Mungkin semua ini tidak akan terjadi bila Sunghoon tidak tersulut emosi saat melihat Jay memeluk istrinya. Tapi jika kalian berada di posisi Sunghoon, bukankah wajar bila kalian berpikiran yang tidak-tidak? Istrimu dan sepupu yang dulunya pernah mengkhianatimu terlihat berduaan di tempat sepi, bahkan berpelukan. Siapa yang tidak marah?

Sunghoon menghela napas. Di saat yang sama seseorang datang, duduk di sampingnya. Menyerahkan sebotol air dingin padanya.

Sunghoon hampir menerimanya, tapi urung saat tau kalau orang itu adalah Park Jongseong.

Jay yang merasa dimisuhi melalui lirikan mata itu tampak kesal sendiri. "Cepat ambil sialan, tanganku pegal."

Mau tak mau Sunghoon merebut botol itu dengan kasar. Jay sendiri memegang satu botol air dingin lagi yang sekaligus dia pakai untuk mengompres pipinya yang lebam.

"Apaan, kau tidak pernah berubah sejak dulu," kata Jay seraya membuka tutup botolnya dan meneguk isinya sedikit. "Selalu tinju duluan yang bertindak sebelum mencari tau dulu."

Sunghoon hanya diam. Dia terlalu malas menanggapi. Lebih memilih mendinginkan emosinya dengan air minum itu.

Jay melirik saudaranya sekilas. "Kau mau kuberi penjelasan atau tidak? Mungkin Sim Jaeyun tidak akan bicara padamu sementara ini."

Sunghoon mendesis. "Dia Park Jaeyun, bukan Sim Jaeyun."

Alis Jay memusat di tengah, menatap sisi wajah Sunghoon dengan aneh. "Kau tadi memanggilnya Sim Jaeyun, di depan semua orang bahkan."

Kesadaran pun menghantam Sunghoon. Sekarang dia pun mengerti mengapa Jaeyun menatapnya dengan sakit hati begitu setelah dibentaknya. Dia sudah membentak, bahkan memanggil nama Jaeyun dengan marga orangtuanya. Sunghoon akhirnya bisa terima kalau Jaeyun sampai menampar dan berkata membencinya.

Jay sendiri sejak tadi mengamati pergolakan di wajah Sunghoon. Dulunya memang Sunghoon sangat dalam mencintai Kazuha, bahkan kepribadiannya sampai berubah setelah putus dari mantan kekasih. Tapi, ekspresi Sunghoon kali ini beda. Ada penyesalan di wajah tampan itu oleh sikapnya yang keras pada pasangannya. Kemarahan itu sudah sirna, berganti dengan rasa menyesal yang begitu dalam.

"Terserah kau ingin mendengarkanku atau tidak, yang jelas semua yang kau tuduhkan padaku itu salah. I have a fiancé, bro. I want to marry him as soon as possible. Aku tidak mungkin merebut istrimu meski harus kuakui Jaeyun sememesona itu."

Sunghoon hanya diam. Mengusap embun di permukaan botol air minum itu, membayangkan seandainya tadi dirinya lebih memilih mengusap air mata Jaeyun daripada memukul saudaranya.

"Aku memeluknya untuk menenangkan dia yang terpukul. Aku benar-benar tidak tau, kupikir kau sudah memberitahunya tentang kasus di kantormu."

Kedua mata Sunghoon seketika melebar. Sontak ia menarik kerah pakaian Jay, menatapnya tajam. "Jadi alasan Jaeyun menangis karena itu?"

Jay sendiri terlihat tenang ketika melepaskan cekalan Sunghoon dari pakaiannya. "Hm. Karena kupikir dia sudah tau jadi aku mengatakannya."

Sunghoon kembali bersandar pada bangku, mengusap wajah piasnya. Jaeyun benar, dirinyalah masalah disini.

Jay menghela napas. "Aku tidak tau kalau ternyata hal itu memberi dampak yang besar  untuk istrimu. Apa mungkin dia dekat dengan korban? Dia langsung menangis setelah kuberitahu nama korbannya."

"Mereka berteman."

"Ah pantas. Kalaupun kau menyembunyikan itu darinya, dia tidak akan sehancur itu saat tau bahwa kejadian itu bukan menimpa temannya. Dia benar-benar terpukul. Bahkan kurasa rasa sakitnya menjadi dua kali lipat setelah dia tau kau menutupi soal itu darinya."

Sunghoon sekali lagi hanya mengusap wajahnya. He's a gentleman yang akan mengakui kesalahannya dengan tulus. Meski memang tujuannya menutupi kabar itu juga demi sang istri.

Jay yang melihat Sunghoon seolah kehabisan kata itu lantas memberinya tepukan pelan di bahu. "Aku tau, kau melakukan itu demi Jaeyun dan calon anakmu juga kan? No one blame you, tapi istrimu berhak mendapat kata maaf darimu. Jelaskan juga padanya alasanmu melakukan ini. Melihat sifat Jaeyun, kuyakin dia akan memaafkanmu, Sunghoon."

Tanpa berkata apa-apa, Sunghoon segera bangkit dan bergegas menuju kamar Jaeyun. Ia melewati semua orang yang berpapasan dengannya, bahkan panggilan bunda pun ia hiraukan. Langkahnya berhenti saat ia sampai di depan pintu kamar. Langsung memutar kenop, tapi sayang pintu dikunci dari dalam.

Dok dok dok

"Jaeyun... bisakah kau buka pintunya?"

Tidak ada jawaban dari dalam. Dengan sabar, Sunghoon kembali mengetuk.

"Sayang, tolong buka pintunya. Ini aku, suamimu."

Tapi lagi-lagi pintu itu hanya bergeming. Sunghoon menghela napas. Menurunkan tangan, hanya menatap pintu itu dengan pias.

"Aku sudah mendengar semuanya. Aku minta maaf. Aku tidak seharusnya menutupinya darimu. Aku tidak seharusnya berprasangka buruk sampai membentakmu. Aku adalah masalahnya disini. Maaf untuk semuanya, Park Jaeyun."

Sunghoon tetap berdiri diam di depan pintu meski pintu itu tetap bergeming pada tempatnya. Ia tak peduli. Dia akan menunggu sampai Jaeyun membukakan pintu.

"Sunghoon-a, mau sampai kapan kau disini? Sudah sejam kau hanya berdiri disini. Bunda mintakan kunci cadangan ya?"

Pria itu menggeleng. "Biar Jaeyun membukanya sendiri, Bunda."

"Tapi—"

Sunghoon memegang tangan bunda yang mencengkram lengannya. "Tolong, biarkan kami menyelesaikan ini berdua, Bunda."

Telak, bunda tak bisa berkata-kata lagi saat sang anak sendiri yang meminta dirinya untuk tidak ikut campur. Wanita itu pun lantas pergi setelah memberi tepukan pada punggung anaknya. Membiarkan Sunghoon terus berdiri di sana hingga berlalunya waktu.

Tiga jam berlalu...

Cklek..

Momen yang ditunggunya telah tiba, namun Sunghoon hanya diam terpaku menatap sang istri. Semua yang ingin dikatakannya langsung menguap begitu saja. Hanya matanya yang bergerak menatap yang tercinta dengan metode segitiga.

Cantik. Sedih. Rapuh. Mengantuk.

"Sunghoon sedang apa?" Jaeyun bertanya sembari meraih tangannya. Tidak ada sorot amarah, kecewa, maupun terluka. Hanya tatapan innocent seperti biasa.

"Maaf."

Jaeyun termangu. Matanya bergerak-gerak kecil menatap sang suami. Seolah tengah menggali penyebabnya. Lantas dia menoleh ke kanan kiri, sebelum menarik sang suami untuk masuk ke kamar dan menutup pintunya.

"Maaf untuk apa?" tanya Jaeyun setelah mereka di dalam, hanya berdua dengan cahaya yang hanya berasal dari lampu tidur.

Sunghoon bisa melihat wajah Jaeyun dengan jelas dari pancaran sinar keemasan. Jejak air mata terlihat, sudah mengering sejak beberapa jam lalu.

"Maaf menutupinya darimu."

Jaeyun lagi-lagi termangu.

"Maaf sudah membentakmu"

"Maaf tidak memanggil namamu dengan benar"

"Maaf sudah berprasangka buruk padamu"

"Dan maaf..."

Sunghoon mengeratkan tautan tangan mereka, membuat Jaeyun menunduk sekilas.

"Sudah melakukan semua hal yang kau benci. Aku akui, aku memang masalahnya, Jaeyun."

Sunghoon yang berdiri membelakangi sumber cahaya sama sekali tidak bisa luput dari pandangan Jaeyun bahwa ada setitik cairan yang mengalir dari pelupuk matanya. Pria itu pandai menyembunyikan air matanya. Tubuhnya tetap tegap, suaranya pun mengalun dengan penuh wibawa, sama sekali tidak menunjukkan bahwa ia sedang menangis.

Kedua ujung bibir Jaeyun tertarik ke masing-masing sisi wajahnya. Ia pun mengangkat tautan tangan mereka, mencium lembut punggung tangan Sunghoonnya, lantas menangkup sebelah wajah Sunghoon usai mengusap air matanya.

"Aku sudah memaafkanmu, Sunghoon."

Satu kalimat itu sukses membuat pertahanan Sunghoon runtuh. Dia menarik tangan Jaeyun di pipinya untuk merangkul lehernya, sedang tangannya sendiri menarik pinggang Jaeyun dalam dekapan. Tangan mereka yang masih saling bertaut itu, dibawa oleh Sunghoon ke lehernya, membiarkan kedua tangan Jaeyun saling bertaut di tengkuknya, dan tangannya sendiri melingkari pinggang Jaeyun yang tidak lagi ramping.

Pelukan itu tidak erat, Sunghoon berusaha supaya calon anak mereka tidak merasa tertekan sekaligus supaya dirinya bisa menyembunyikan wajahnya di ceruk leher sang istri.

"Tolong jangan membenciku, Jaeyun. Jangan pergi."

Jaeyun tersenyum simpul seraya memainkan rambut Sunghoon dengan sayang. "Iya Sunghoon. Aku juga minta maaf karena menamparmu. Maaf."

"Aku memang pantas mendapatkannya."

"Aniya. Tidak seharusnya aku melakukan itu pada suamiku yang berusaha melakukan segalanya untuk menjagaku dan calon anak kita."

Sunghoon termangu. Dia lantas menarik dirinya hanya supaya dapat menatap sang istri. "Jaeyun.."

"Aku sudah tau. Aku menghubungi Sunoo tadi. Dia sudah mengatakan semuanya. Dan rupanya Riki juga terlibat? Wah, kalian bertiga menutupinya dengan baik dariku."

"Maaf."

Melihat wajah merana Sunghoon, Jaeyun tak tahan untuk melepas tawanya. Tangannya terulur untuk menyugar rambut sang suami.

"Hm. Setidaknya aku tau, kau tidak hanya melindungiku tapi juga mereka. Dan aku lega, Sunoo punya Riki di sampingnya saat aku tidak bisa ada di sana."

"Kau punya aku."

Jaeyun terkekeh lagi. Ia menangkup wajah Sunghoon dan mencium kilat bibirnya. "Ya, Park Jaeyun punya Park Sunghoon."

Mereka pun berpelukan lagi. Sunghoon merasa sudah cukup menangis tapi air matanya masih terus mengalir. Ia berusaha menyembunyikannya dengan mengecupi bagian samping kepala Jaeyun.

"Jangan marah lagi."

"Aku sudah tidak marah lagi setelah menelepon Sunoo. Aku bahkan baru saja bangun tidur."

Sunghoon menarik diri, menatap Jaeyun heran, tak peduli meski wajahnya basah oleh air mata. "Tidur sejak kapan?"

"Hm.. tiga jam lalu mungkin?"

Mendengarnya, Sunghoon hanya bisa mendengus geli. Ia mengacak gemas rambut Jaeyun sebelum memeluknya lagi.

"Ternyata sejak tadi aku hanya menunggui putri tidur."

"Hm? Putri tidur siapa?

"Kau, kau putri tidur kesayanganku."


Tbc

Tolong banget, sebelum baca booknya minimal diliat dulu tag nya ya. Dua kali ada orang salpak menganggap ini cerita kapal sunsun padahal tag nya cuma 4, sungjake bxb jake sunghoon.

Dan kalo emang ga suka jake as sub/bot, skip aja pls 😔 aku ga memaksa kalian suka jake as sub kok, dan tolong jgn paksa aku utk suka sunsun juga pls 🙏


Continue Reading

You'll Also Like

80.8K 9.1K 20
๐–ฅป kisah kedua insan yang sangat bertolak belakang โ”€ cr JiaJeon โ”€ homopobic minggat. โ”€ bahasa semi baku. ๏นซ. ft ' enhypen
153K 15.3K 39
" Pada akhirnya akan selalu ada hal baik yang menerpa kita setiap harinya, biarlah takdir yang mengubah dan biarkan waktu yang menentukan , jangan ka...
133K 17.2K 63
Dari judul saja sudah ketahuan cerita tentang apa ini, atau mungkin kalian juga mengalami nikah muda? Pada umumnya, nikah muda biasanya di alami ole...
34.5K 2.1K 16
"Pernikahan 4 tahun Park Sunghoon dan Shim Jaeyun hampir terkandas,merusak segala momen indah kebersamaan mereka selama 7 tahun termasuk tempoh 3 tah...