My Butterfly is You

By withifty

914 107 66

Harsa, dan Shireen telah melewati batasan mereka sebagai sepasang kekasih. Jika kebanyakan perempuan ingin di... More

PROLOG
01 - Awal
02 - Taruhan
03 - Nakal
04 - Nembak
05 - Beach
06 - Butterfly
07 - Takut
09 - That's okay
10 - Break up!
11 - Davi's
12 - Reality
13 - home (?)
14 - pengakuan

08 - Our mistake

56 7 6
By withifty

Harsa mengusap wajah, matanya menyipit menyesuaikan cahaya yang langsung masuk ke dalam manik matanya. Salah satu tangannya mati rasa, karena sesuatu sedang singgah di sana.

Kapan Harsa pulang, perasaan kemarin malam Harsa tidur di atas tikar, tapi sekarang rasanya dia sedang terbaring di atas kasur empuk, tidak mungkin jika Naren merelakan kasurnya untuk Harsa.

Lelaki itu tidak mengingat, tapi saat melihat ruangan asing yang di tempatinya, Harsa langsung melotot, dia melirik Shireen yang tertidur di sampingnya.

"Damn! enggak, bukan ini yang gue mau, Harsa anjing. Harsa tolol" Harsa memaki dirinya sendiri, salah satu tangan Harsa bergetar, mencoba membuka selimut yang menutupi tubuhnya.

Sial. Harsa tidak memakai sehelai benang pun di tubuhnya. "Shireen.. " Ucapannya terdengar sedikit bergetar saat memanggil perempuan di sebelahnya.

Shireen terbangun, ia melirik Harsa yang juga meliriknya. Tangan Shireen tanpa sadar sudah memeluk dada telanjang Harsa.

Perempuan itu hampir berteriak. Namun, Harsa lebih dulu membungkam mulutnya. "Kamu apain aku Shireen?" Harsa benar-benar merasa hancur. Hancur masa depannya. Hancur pula hidupnya.

Iya sehisteris itu Harsa.

"Kak?" Shiren tidak kalah panik. Perempuan itu bangkit dari tidurnya, dadanya ia tutupi dengan selimut yang sebelumnya mereka pakai.

Harsa ikut bangun, dia sedikit menggerakan tangan yang sebelumnya Shireen tiduri, benar-benar mati rasa. "Shireen baju aku di samping kamu, tolong pakein tangan aku mati rasa."

"GILAA YA KAK HARSA" Shireen mengambil handuk kimono yang tidak jauh dari tempatnya.

"Yaudah jangan liat!"

"O-oke" Harsa langsung berbalik agar tidak melihat Shireen.

"Udah kak" Shireen mengambil kaos polos yang sebelumnya tergeletak sembarang di atas lantai. Shireen langsung memasukkannya saat Harsa sudah berbalik ke arahnya.

"Masih mati rasa gak?" Tanya Shireen.

"Udah tapi sekarang kesemutan"

"Celananya mau di pakein juga?" Tanya Shireen, dengan tangan yang bergetar.

"ENGGAK DONG!" Mata Harsa membulat, ucapan Shireen benar-benar di luar nalar.

"Eh iya" Shireen segera berbalik agar tidak melihat Harsa.

"Jangan liat Shireen, aku mau pake celana. Dengerin ya, Aku harus ada di rumah Naren sekarang, nanti aku ke sini pura-pura ngajak kamu ke kampus bareng" Jelas Harsa mencoba untuk mempermudah situasi. Mereka tidak mungkin menunggu Viola pulang.

"Kak Harsa mau kabur" Shireen tidak peduli, perempuan itu menatap Harsa yang masih berusaha menaikkan resleting celananya.

"Enggak akan, Shireen" Harsa langsung berlari, untung saja ini masih pukul setengah tujuh, teman-temannya pasti belum sadar kan. Semoga saja iya.

Shireen mengusap wajahnya gusar, apa yang mereka lakukan semalam. Sampai selangkangannya terasa sakit.

"Shireen gilaaaa" Shireen menyembunyikan wajahnya di bawah bantal, perempuan itu menangis sejadi-jadinya, karena merasa sudah kehilangan mahkotanya.

Harsa mengendap-endap masuk ke dalam rumah melirik sekitar, melihat teman-temannya yang masih tertidur pulas, Harsa membuang nafas lega.

Segera Harsa ambil kunci mobil, ponsel, dan dompetnya. "Bro gue duluan ya" Katanya, tidak ingin membuat teman-temannya curiga.

Setelah memasuki mobil berwarna hitam miliknya. Harsa benar-benar berpikir keras, ia kecewa dengan dirinya sendiri.

Rasanya kegelisahan terus menghantui, dengan banyaknya pertanyaan yang terus keluar dari dalam benaknya.

Harsa membungkam mulutnya dengan tangan yang bergetar. "Gue udah gila, sialan!"

"Harsa! gue nebeng" Davian tiba-tiba membuka pintu mobil, membuat emosi Harsa semakin memuncak.

"GUE BARENG SHIREEN, ANJING. LO SAMA GALAN AJA!" Bentak Harsa. Membuat Davian tersentak.

"Biasa aja kali" Davian membanting pintu sambil mengumpati Harsa.

Davian berdecak lelaki itu mencoba mengingat-ingat kesalahan apa yang di lakukannya sampai Harsa memarahinya seperti itu.

Setelah cukup lama menunggu, Shireen akhirnya membuka pintu, perempuan itu duduk di samping Harsa.

Shireen bahkan tidak bicara hanya diam, membuat Harsa semakin bersalah. "Udah sarapan?"  Tanya Harsa dengan jantung yang berdebar, takut Shireen memarahinya.

"Belum, kak Harsa harus siap-siap juga kan" Jawab Shireen sinis.

Harsa meraih tangan Shireen. "Dengerin aku, kamu gak sadar banget semalem?" Shireen menggeleng, perempuan itu menahan tangis saat Harsa kembali membahasnya.

"A-aku bakal tanggung jawab kok, aku janji" Ucap Harsa meyakinkan Shireen.

"..."  Tidak ada jawaban, Shireen benar-benar pasrah dengan hidupnya, ia tidak pernah mengharapkan seseorang akan datang dalam hidupnya termasuk Harsa.

Shireen selalu sakit, dan Shireen tidak ingin jika suatu saat nanti pasangannya, harus hidup sendiri karena Shireen berpikir harapan hidupnya tidak sebanyak itu.

"Shireen please? aku salah di sini" Harsa tetap mengakui meski nyatanya tidak sadar.

"Aku sempet sadar sih sebentar" Shireen menyingkirkan sebulir air mata yang hendak turun.

"Kapan?"

"Pas ada yang nusuk sakit bang-" Harsa langsung mendaratkan telunjuknya pada bibir Shireen. Sungguh Harsa malu.

"Selain itu"

"Gak ada"

"Yaudah, kita sambil jalan ya?"

Harsa menyalakan mesin mobil, lelaki itu melaju dengan kecepatan sedang, sambil melanjutkan perbincangan agar tidak membuang waktu.

༊·˚

"Javi, bunda mana?" Tanya Harsa, pada Javiera yang sedang sarapan seorang diri.

Mata Javiera langsung menangkap dua orang di hadapannya, tapi perempuan itu lebih memilih tersenyum pada Shireen dari pada Harsa.

"Hai Shireen, sini sarapan. Bunda udah berangkat tadi sama tante Sarah."

"Oh"  Harsa melepas genggaman tangannya pada Shireen, menarik salah satu kursi untuk di duduki oleh Shireen.

"Makasih" Katanya dengan wajah datar, tidak ada respon istimewa di sana.

Harsa tidak terlalu terbawa perasaan, karena keadaan mereka memang sedang kusut. Dia berjalan, menghampiri salah satu pelayan, untuk meminta di buatkan susu dan sarapan lainnya, untuk Shireen.

"Makan dulu, kamu belum sarapan kan" Harsa mendekat ke arah Shireen, lelaki itu mengisi gelas kosong dengan air putih, karena sarapannya masih di siapkan.

Shireen menjadi pendiam, perempuan itu tidak banyak bicara, bahkan sapaan Javiera hanya di jawab senyuman.

"Aku mandi dulu ya" Harsa berlalu ke arah kamarnya, karena tidak sempat membersihkan diri tadi.

"Kok mau sih sama dia" Javiera tidak pernah bosan mengatakan itu pada Shireen.

Shireen hanya tersenyum, orang-orang di kampus mereka saja banyak yang diam-diam suka pada Harsa, bahkan yang terang-terangan pun ada, jadi pertanyaannya kenapa harus Shireen tolak.

"Karena kak Harsa ganteng" Balas Shireen, membuat Javiera merinding.

Setelah cukup lama menunggu, Harsa sudah selesai dengan pakaian serba hitam. Lelaki itu hanya meminum segelas air karena Shireen sudah selesai sarapan.

"Ayo" Harsa mengulurkan tangannya agar di genggam oleh Shireen.

"Gak sarapan dulu kak?"

"Enggak, katanya kamu kelas pagi? nanti kamu telat kalo aku sarapan dulu"

"Gak apa-apa sarapan dulu aja" Titah Shireen.

"Bisa nanti di kantin sama yang lain" Harsa menarik tangan Shireen keluar, di ikuti Javiera yang tentunya ingin nebeng.

༊·˚

HALOOO JANGAN LUPA VOTE YAAAAAA

Continue Reading

You'll Also Like

4M 188K 120
☾ Idol au ☾ Social media/text au ☾ "Yo what, how did you know that?" "Mark...I'm literally your fan." Book 1 in the Dreaming series Book cover: @...
12.5M 353K 64
"A hidden connection is stronger than an obvious one." ©𝐉𝐈𝐊𝐎𝐎𝐊𝐈𝐄𝟏𝟕 No translations allowed. |*Contains some mature and triggering content*|...
SCHEME By zaku

Fanfiction

3.5K 292 10
Kim Yejin berniat melarikan diri dari perjodohan yang menjeratnya, tetapi pertemuannya dengan Yoon Jimin yang penuh kebetulan justru mengikatnya dala...
2M 87.9K 54
☆Soulmate au ☆They were fated together Cover by @lor-beer