BARA

By geladis_afira

783K 90.6K 183K

Re-Publish BARA [ SPIN OFF MAGMA ] BISA DIBACA SECARA TERPISAH More

PROLOGUE
ONE
TWO
THREE
FOUR
FIVE
SIX
SEVEN
EIGHT
NINE
TEN
ELEVEN
TWELVE
THIRTEEN
FOURTEEN
FIFTEEN
SIXTEEN
SEVENTEEN
EIGHTEEN
NINETEEN
TWENTY
TWENTY ONE
TWENTY TWO
TWENTY THREE
TWENTY FOUR
TWENTY FIVE
TWENTY SIX
TWENTY SEVEN
TWENTY EIGHT
TWENTY NINE
THIRTY
THIRTY ONE
THIRTY TWO
THIRTY FOUR

THIRTY THREE

13.6K 1.5K 5.5K
By geladis_afira

Coba kalian dengerin lagu RENEGADE - Aaryan Shah selama baca Bara. Vibesnya cocok betullll💐

—————

     Sampai juga pada sore hari ini Bara dan Vio canggung sekali dirumah diam-diaman. Vio beraktifitas menggantikan pekerjaan Bundanya sedangkan Bara yang masih belum keluar kamar semenjak dimarahi Vio tadi.

    Vio akhirnya selesai pada pekerjaan rumah yang terakhir, yaitu menjemur pakaian di halaman samping dekat lapangan badminton Ayahnya. Dia pun masuk lagi dengan keranjang laundry yang sudah kosong dan meletakkan keranjang itu ke kamar mandi. Berniat istirahat dengan lega setelah ini scroll TikTok sepuasnya.

     Gadis itupun menghela napas panjang dan berjalan ke sofa televisi.

     "Vionaa.."

     Vio refleks menoleh melihat Bara keluar kamar menghampirinya dengan muka yang sedikit memelas. Dia pun mematikan HP nya menunda scroll TikTok. Cowok itu tiba di hadapannya, Vio mengangkat sebelah alis sebagai tanda tanya.

     Sedangkan Bara pun diam lama belum tahu akan mengatakan apa.

     Vio makin mengerutkan dahi.

     Tangan Bara mengepal.

     Vio geleng-geleng melihat itu, "Duduk dulu sinii, ada apa?" tanya gadis itu masih sabar.

     Akhirnya kepalan tangan Bara mengendur, dia mencoba duduk di sebelah Vio.

     Tatapan Bara masih lurus ke tayangan yang ada di TV namun pikirannya tetap berkecamuk. "Lo masih marah?" tanyanya tanpa melirik Vio sama sekali.

     "Kamu masih marah juga?" Vio melempar balik pertanyaannya.

     "Ayah sama Bunda masih?" Tanyanya baru melirik ke Vio.

      Vio diam sebentar membalas tatapan cowok itu. Dia akhirnya tersenyum tipis. "Kamu takut Ayah sama Bunda marah?"

     "Gue nggak mau di usir dari rumah ini."

     "Heh mulutnyaa.." kaget Vio, "ya enggak bakalan di usir lah Bar."

      Namun Bara masih tampak tak tenang membuat Vio tertawa pelan. "Gemes banget muka kamu kek gitu, Bar." Bara langsung meliriknya membuat Vio mencubit hidung Bara sekali.

     Bara kaget, dia melihat Vio masih menertawainya. Dia pun merebahkan tubuhnya ke pelukan Vio. Vio yang mendapat pelukan tak terduga ini langsung menengok ke pintu utama takut Ayah Bunda nya pulang.

     Setelah di pastikan aman barulah Vio balas memeluk Bara. "Lo sabar banget ngehadapin gue padahal gue udah bikin masalah besar." Ungkap Bara.

      Vio tersenyum lebar, mengacak rambut Bara beberapa kali. "Aku seneng denger kalimat kamu nggak mau di usir dari rumah ini. Padahal dari dulu kamu paling sering bikin ulah biar Ayah sama Bunda nggak betah dan kamu di usir dari sini."

      "Gue juga nggak nyangka sama perubahan gue yang sekarang."

      Vio akhirnya menjauhkan tubuh Bara lagi karena bahaya kalau sampai Ayah Bunda nya pulang. Mereka sudah pergi dari tadi pasti sebentar lagi akan pulang. Dia tidak mau mencari masalah baru. "Udah boleh kita bahas Adam sekarang?" Tanya Bara.

      Vio mengulas senyuman tulusnya. "Setelah ini kalo ada salah paham di antara kita langsung di ungkapin aja, Bar. Emosi nggak bakal reda kalo terus di pendam apalagi sama cara kek tadi malam. Nambah masalah kan jadinya? Minta kejelasan dulu biar nggak salah paham."

       "Emang pembelaan apa yang bakal lo kasih ke gue setelah jelas-jelas lo ngasih dia jaket. Lo masih peduli ke dia berarti lo masih sayang dia, Vioo." Bara mulai tersulut lagi ketika mengingat itu.

       "Aku belain kamu pas dia berusaha jelekin kamu ke aku. Aku bahkan bilang aku lebih nyaman ke kamu daripada dia. Dan aku ngasih dia jaket karena udah kasian aku sempet nampar dia karena mulutnya agak sampah tadi malem."

      Bara terdiam mendengar itu. Benarkah?

      "Vio, ayo jadian. Biarin gue tenang dengan lo udah jadi milik gue." Ungkapnya dengan keseriusan penuh.

      Bara menunggu kebungkaman Vio beberapa saat dan dia sudah berfirasat akan banyak alasan keluar dari bibir itu nantinya. "Mau alasan apa, Vio? Lo bilang udah nyaman kan?"

      "Secepet ini ya Bar?" Vio tampak bingung.

      "Biar gue ada hak buat larang siapapun deketin lo terutama Adam, Vio. Gue nggak terkontrol setiap kali gue cemburu."

      "Masalahnya.. Aku belum tau gimana sama Ayah Bunda. Tadi sebelum pergi Ayah kayak cuekin aku, Bunda juga diam aja nggak sesemangat biasanya. Aku takut kita nggak di izinin, Bar."

      "Mau gue yang ngomong nanti sama Ayah Bunda?" Tanya Bara menawarkan dengan mudahnya.

      "Aku takut dengan kita yang pacaran justru bikin kita berdua di pisahin, Bar." Vio menggenggam tangan kanan Bara. "Aku mau kamu tetep di sisi aku."

      "Gue lebih takut Adam berhasil bikin lo balik ke dia."

      "Semuanya tergantung aku. Selagi aku nggak ngasih Adam kesempatan kami nggak bakal balikan, Bar."

       "Ayo pacaran diem-diem dulu, Vio." Bara mengangkat tangan Vio yang sedang menggenggamnya.

      "Kita liat situasi setelah ini ya Bar. Ayah sama Bunda kan lagi ketemu sama Bang Gempa. Kalo mereka kayak udah maafin kita, mungkin bisa. Kalo mereka tiba-tiba ada rencana batasin kita gimana?" Jawab Vio.

—————

     Malam ini dirumah sudah ada Ayah dan Bunda yang makan malam, dan Vio bergabung sendirian. Tanpa Bara. Vio merasakan kecanggungan di keluarganya, ini persis seperti waktu kecil Vio berbuat kesalahan pasti Fairuz akan bersikap dingin sampai Vio berani meminta maaf padanya.

     "Bara mana, Vio? Kok belum keluar buat makan malam?" Tanya Rena padanya.

      Vio menggeleng pelan, "nggak tau, Bun."

     "Kok nggak tau??!" Tanya Fairuz membuat Vio sedikit kaget. "Bukannya kalian lagi kasmaran? Pasti habis chatan kan dari kamar masing-masing?"

     Dari bawah meja kaki Rena menyenggol kaki suaminya, kasihan juga Vio jika di hukum dengan cara seperti ini. Bagaimanapun, Vio anak tunggal mereka yang sangat mereka sayang dari dulu. Tapi, Vio memang harus di beri hukuman dulu sebentar agar takut.

     "Ayah udah ngobrol sama Gempa soal ini, kami udah rencanain solusinya biar kalian nggak kelewatan batas." Ujar Fairuz

     "Apa solusinya, Yah?"

      "Pasang CCTV di setiap sudut ruangan. Dan kalo ketahuan kalian kelewat batas, Gempa bakal jemput Bara untuk di bawa pulang."

     "Ayah??" Vio tercengang.

     "Sst. Diam, itu keputusan dari Gempa, bukan dari Ayah. Gempa juga pasti dapat arahan dari Papa mereka, bukan kemauannya sendiri. Itu udah aturan dari keluarga mereka, Viona. Kita nurut aja."

      Tak lama suara pintu kamar terbuka mengalihkan fokus keluarga itu, Bara keluar dari kamarnya dengan membawa helm. Apa anak itu mendengar percakapan Fairuz daritadi?

     "Bara? Nggak makan malam dulu?" Himbau Rena.

      Melihat Rena yang di abaikan membuat Vio yakin Bara mendengar obrolan mereka dari tadi. Apa Bara tak akan pulang karena keputusan keluarganya ini? Atau akan bikin masalah di rumahnya? Semoga tidak. "Bara keknya mau ngantar motor ke rumahnya, Bun. Sama temen-temennya, dia mau ngembaliin motor dari Mamanya." Jawab Vio mewakilkan.

      Bara tiba di luar, sudah di tunggu Reksi dan Ammar dari dalam mobil yang memang mereka kebetulan masih di daerah sini, kecanduan pada Vonny dan Dian Mulya mungkin?

      Ammar keluar dari mobil untuk membawa motor baru milik Bara. Sedangkan Bara membawa motornya sendiri dan Reksi tetap dalam mobil.

     "Tapi kita nggak bisa mampir kerumah lo nanti ya, Bar. Kita lanjut ke markas Disastro." Ujar Ammar yang tidak di permasalahkan oleh Bara.

     Ammar mendekat ke telinganya. "Ada Vony di dalem. Korban gilir Disastro selanjutnya." Bisiknya yang takut kedengaran Vony di dalam sana.

      Bara tak ambil pusing untuk itu, dia pun naik ke motornya, Ammar juga sama. Mereka akan pergi ke Jakarta malam ini juga.

—————


      Vio diam lama dalam kebungkamannya. Ini terasa tidak mungkin untuk di bayangkan dan Vio tidak menyangka ini akan terjadi.

Ini nyata?

Vio langsung cepat-cepat ke kamarnya dengan perasaan cemas. Apa ini waktu yang tepat jika Vio menghubungi Bara? Mungkin cowok itu masih di perjalanan menuju rumahnya.

Setidaknya Vio harus mengirimkannya chat agar Bara bisa membalasnya jika cowok itu sudah sampai ke tujuannya nanti.

Bara, malam ini pulang kan? Please pulang ya, ada yang mau aku omongin. Penting

—————

Kedua motor besar itu terparkir di halaman luas kediaman keluarga BROMO & RINJANI. Ammar menurunkan standar motor baru pembelian Mama Bara itu, lalu menyerahkan lagi kuncinya ke si pemilik motor. "Kenceng banget motor baru lo. Kalo gue lebih pilih yang ini sih." Pujinya.

Bara menerima kunci motor itu. "Gue cabut ye." Ucap Ammar melambai sekali dan berjalan ke dalam mobil Reksi.

"Thanks."

Ammar tersenyum sekilas dan mobil temannya itu pun pergi melaju meninggalkan pekarangan rumah bak istana keluarga termahsyur Bromo.




Lalu Bara melangkahkan kakinya untuk masuk ke dalam rumahnya itu.

Bara masuk sampai ke dalam dengan sekeluarga besar Bromo baru saja selesai makan malam.

Semua mata sempat tertuju ke kedatangannya yang mendadak ini. "Yeyy Kak Bara pulanggg!" Lava langsung turun dari kursinya dan berlari ke arah Bara.

Bara baru sadar tidak ada Rinjani di meja makan. Padahal tujuannya hanya untuk menemui Mamanya itu dan berniat akan langsung cabut dari sini.

Magma meninggalkan meja makan dengan raut muaknya. Sedangkan Gempa yang sedang memperhatikan gerak-gerik Ayah mereka—Bromo, yang tampak berdiri selesai dari makan.

Dia berjalan ke arah Bara.

PLAK!!!

Di detik itu juga Lahar melotot dan langsung cabut juga dari meja makan. Sedangkan Magma berhenti di tangga memperhatikan adegan kemurkaan itu.

"Pa!! Apaan sih Papa ini nampar Kak Bara! Kak Bara baru nyampe loh!" Lava langsung menampar-nampar perut Papanya yang setara dengan tinggi badannya.

"Dasar nggak tau terima kasih!! Begitu cara kamu berterima kasih ke keluarga Fairuz? Dengan kamu yang mau mencelakai putri mereka satu-satunya itu???" Murka Bromo.

Air mata Lava berlinang memperhatikan Kakak nomor 2 nya ini terdiam menerima tamparan tadi. Tak lama setelahnya dia terisak sakit hati.

"Lava." Suara Magma memanggilnya. Magma tampak memberinya kode agar Lava menghampirinya. Dan Lava segera lari ke sana seraya menumpahkan tangisannya.

"Kak Magmaa.. Kasian Kak Bara, bantuin biar Kak Bara nggak di marahin Papa terus Kak.." isaknya.

Bara menahan semua kepulan emosi yang menggebu di dadanya. Dia mengabaikan Papanya itu dan berjalan ke kamar Mamanya.

"Bara! Dengar saya?? Kamu nggak lebih dari seekor anjing yang nggak tau terima kasih ke tuan kamu! Bejat kamu pun nggak ada bedanya dengan anjing! Kalo sampe malam itu nggak ketahuan Fairuz dan Rena kamu akan nyetubuhi anak dari tuanmu itu?"

"Pa!!" Gempa frustrasi mendengar serapah itu. "Udahlah Pa. Kan Bara nggak ngelakuin apapun ke Vio!"

"Saya nyesal nitipin kamu ke sana! Saya harusnya sadar kalo teman saya itu punya anak perempuan yang bisa kapanpun kamu celakai karena kebiasaan dari pergaulan buruk kamu!"

"Mama!!" Panggil Bara.

"Bar, Mama lagi sakit. Lagi istirahat," ujar Gempa membuat Bara berhenti melangkah.

"Saya anaknya. Saya ada hak mau liat Mama saya sakit." Ucap Bara yang emosinya sudah di ujung tanduk dengan keluarganya ini.

"Abang tau, kamu kesini karena mau ngembaliin motor pemberian Mama kan? Tolong jangan di kembaliin ke Mama pas Mama lagi sakit, Bar." Pinta Gempa. "Penyakit jantung Mama kambuh karena Magma ngamuk soal motor itu, kalo kamu kembaliin Mama pasti makin kepikiran. Ini demi kebaikan Mama kita, tolong terima motor dari Mama. Mama sayang kamu."

Bromo mengepalkan tangannya ke depan mulut dengan dada yang membusung frustrasi.

Bagaimana lagi Bromo akan menghadapi anak nomor 2 nya ini agar benar-benar berubah ke jalan yang lurus! Dia pikir dengan cara menitipkan Bara jauh dari kediaman mereka akan membuat Bara merasa terhukum. Tapi nyatanya Bara masih membuat ulah di sana bahkan hampir mencelakai putri dari sahabatnya, Fairuz.

"Bara!" Bromo memanggilnya lagi.

"Jangan urus kehidupan saya." Tekan Bara dingin.

"Saya nggak peduli dengan apapun kehidupan kamu! Saya sedang menyelamatkan Viona agar tidak di celakai pria sebajingan kamu, Bara!!! Saya merasa bersalah oleh ini dan saya yang bakal bertanggung jawab untuk kenyamanan Viona setelah ini!" Suara Bromo meninggi lagi.

"Secepatnya saya akan misahin Viona dari kamu! Dia gadis yang tidak bersalah! Jangan libatin dia dengan kegilaan kamu itu!"

"Anda nggak tau apa-apa soal Vio. Berhenti bersikap sok tau. Vio nggak akan setuju sama keputusan Anda."

Bromo tertawa ironi meremehkannya.

Akan membuang waktu jika Bara terus melayani tua bangka ini. Dia tanpa peduli apa-apa lagi langsung meninggalkan rumah keluarganya.

—————

MARKAS DISASTRO
23.00 WIB

"Oh no! Please slow down!! Ahh.."

"Ahh hah ahh.. Don't be so hasty."

Desahan jalang-jalang yang sudah tak lazim di markas ini. Bara melangkah mendatangi Abdi—tertua dalam sekte ini. Pria yang sedang mengunyah permen karet itu tanpa melirik Bara sama sekali langsung menarik telapak tangannya.

Bara melihat 5 butir pil dalam tangannya.

"Gue nggak bisa lama-lama di sini." Dia mengembalikan lagi semua pil itu ke dalam tangan Abdi.

Abdi tertegun sebentar, kunyahannya memelan. "Ada apa sama lo?"

"Gue harus tetap sadar dalam perjalanan pulang ke rumah."

"Tuih!" Abdi meludahkan permen karetnya. "Bajingan lo, bilang aja gara-gara cewek."

"Ya. Cewek gue nyuruh gue pulang malam ini."

"Cewek kampung?" Remehnya.

"Lo? Bahkan nggak ada yang mau sama lo sampe di umur lo yang udah 45 sekarang."

Abdi geleng-geleng tak peduli dan pergi meninggalkan Bara.

Bara menarik asap rokoknya dan menghembuskan asap itu dengan lembut.

"Bara."

Dalam ruangan yang minim cahaya saat ini Bara terkejut saat tangan seorang wanita menjalar dari dada naik ke lehernya.

Cup.

Saat wanita itu menjinjitkan kakinya, Bara melihat dengan jelas wajah Vony di depan matanya sekarang. Yang baru saja mengecup bibirnya sekilas.

Vony mengeratkan tangannya di leher Bara dan kembali mendekatkan bibirnya ke bibir Bara dengan tatapan yang sudah di kelabuhi oleh nafsu.

—————

5k comment for next chapts yaa baby💐

Continue Reading

You'll Also Like

264K 31.7K 12
Satu atap dengan jelmaan Iblis. Apa yang harus Amora lakukan? LUCIFER BANGSAWAN. Seperti kata orang banyak, nama memang membuktikan kepribadian ses...
840 336 14
"kalo salah itu minta maaf, bukan nyolot!!" ucap Abimanyu memberitahu "gua udah mau minta maaf ya, itu orang yang nyolot duluan" "ya tapi disini lo y...
10K 1.2K 11
[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA] SHORT STORY 1 - KAPAL 2C ❲SPIN-OFF DANGEROUS BOY❳ ❝ Dia tahu cintanya, tapi sayangnya, bukan cintanya yang dia inginka...
14.9K 1.4K 7
Please be wise. *** Tentang Syana yang haus akan kasih sayang seorang Ayah dan mencari kasih sayang dari laki-laki di luar sana. Hingga akhirnya Sya...