He Fell First and She Never F...

By vousmezera

267K 21.1K 3K

"Jadi, saya jatuh dan cinta sendirian ya?" Disclaimer! Ini fiksi nggak ada sangkut pautnya di dunia nyata, to... More

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
44 (a) - Edisi LDR Sementara
44 (b) - Edisi LDR Sementara
45
46
47
48
49
50
51-Flashback (Spesial) Edisi Lebaran
52
53
54
55
56
57
58
60
61
62
attention please‼️please read until the end‼️
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
76
77
78
79
80
81
82
83
84
85
86
87
88
89
90
91
92
93
94
95
96
97

59

2.4K 271 93
By vousmezera

"Baiklah hadirin sekalian yang kami hormati sesaat lagi acara akan segera dimulai." Ucap salah satu MC.

"Mari kita sambut 50 calon lulusan dokter baru Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Tahun 2025." Setelah MC mengucapkan beberapa kata tersebut, lulusan 50 calon dokter baru masuk ke Balairung yang disambut meriah oleh beberapa hadirin dan keluarga, termasuk media dan wartawan yang meliput upacara sumpah dokter tersebut.

Satu demi satu calon lulusan mulai masuk, termasuk Vanessa yang sudah siap dengan kebaya pink pastelnya. Gadis itu sangat mempesona, kamera terus menyorot gadis yang berumur 23 tahun itu yang juga memegang Al-Quran.

Dari bawah, Vanessa melihat keluarganya lengkap termasuk Ayahnya yang melambaikan tangan dan memberi support. Termasuk kedua orang tua Mas dan keluarga kecil Kakaknya serta beberapa ADC Kakeknya yang ikut euphoria dengan acara ini.
Semuanya sangat kompak menghadiri acara sakral tersebut, namun masih ada raut wajah kekecewaan yang semakin membuatnya kehilangan harapan.

Mas sungguh tidak datang.

"Pimpinan UI, Dekan, dan Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, serta direktur rumah sakit pendidikan, direktur RSCM, dan staff pengajar akan memasuki ruang upacara."

Detak jantung Vanessa semakin tidak teratur, acara yang ditunggu tunggunya berharap dengan kehadiran Mas yang akan semakin membuatnya bahagia, tapi ternyata harapan itu sungguh pupus. Ia harus melewati rangkaian sumpah dokternya tanpa kehadiran Mas dan tanpa kabar dari Mas.

Vanessa sungguh tidak tahu keadaan Mas-nya itu, berkali kali ia bertanya kepada Kakek dan kedua orang tua Mas, mereka hanya terus mengatakan Kita tunggu kabarnya sama sama ya.

Setelah menyanyikan lagu Indonesia Raya dan membacarakan peraturan serta tata tertib, beberapa perwakilan calon dokter baru dari tiga agama yang berbeda dipanggil untuk naik ke atas panggung, termasuk Vanessa.

Gadis itu langsung naik ke podium kecil diatas panggung, mendekatkan mic-nya dan memegang erat Al Quran ditangan kanannya. Gadis itu sangat gugup, banyak sekali hadirin dan wartawan yang kini memfokuskan kearahnya.

"Sebelumnya apakah saudara sekalian bersedia mengucapakan sumpah dokter?" Tanya Vanessa dari atas panggung.

"Bersedia."

"Kalau demikian ikutilah kata-kata yang saya ucapkan ini." Ucap Vanessa yang belum memfokuskan pandangannya kepada sosok yang sudah bergabung diatas sana.

Vanessa menghela nafasnya grogi, ia memegang Al Quran dan salah satu tangannya ia angkat untuk memulai ucapan beberapa sumpah dokter yang akan diikuti teman-temannya yang beragama Islam.

"Sumpah dokter.." Ketika Vanessa baru memulai beberapa kata, ia melihat keatas dimana Mas baru datang dan bergabung bersama keluarganya dengan PDH gagahnya yang menempel pada tubuh kekar laki-laki itu. Sosok satu tahun lebih yang tidak pernah ia temui secara langsung itu kini berdiri diantara Bapak dan Mama-nya.

Jantung Vanessa berdetak cepat berkali kali lipat setelah Mas yang berdiri diatas sana tengah memberikan senyuman kepadanya, seolah olah memberikan dukungan ekstra kepada gadisnya itu.

Kedua mata Vanessa mulai berkaca kaca, ternyata Mas sangat menetapi janjinya walaupun laki-laki itu hampir terlambat, entah apa rencana laki laki itu hingga membuatnya tidak tenang beberapa hari ini. Vanessa berusaha mengontrol emosinya, ia tidak boleh nangis saat ini. Ia harus memimpin ucapan sumpah dokter dengan lancar hingga selesai.

"Demi Allah, saya bersumpah bahwa saya akan membaktikan hidup saya guna perikemanusiaan." Suara Vanessa sedikit bergetar namun sepertinya tidak begitu disadari oleh beberapa orang.

"Saya akan menjalankan tugas dengan cara yang terhormat dan bersusila sesuai dengan martabat pekerjaan saya sebagai dokter."

"Saya akan memelihara dengan sekuat tenaga martabat dan tradisi luhur profesi kedokteran."

"Saya akan merahasiakan segala sesuatu yang saya ketahui karena keprofesian saya."

"Saya tidak akan menggunakan pengetahuan saya untuk sesuatu yang bertentangan dengan perikemanusiaan, sekalipun diancam."

Poin demi poin dari sumpah dokter itu Vanessa ucapkan dan diikuti oleh teman-temannya. Ketika gadis itu membacakan poin demi poin sumpah yang ia ucapakan, Vanessa merasa merinding, seakan akan Tuhan sungguh berada didepannya, memantaunya, dan melihat keseriusannya dengan semua ucapannya ini.

Menjadi perwakilan dari teman-temannya adalah suatu kebanggaan hebat untuknya, ia harus mendapatkan nilai tertinggi untuk itu.

Hingga akhirnya Vanessa sampai berada di poin terakhir sumpah dokter yang akan ia ucapkan.

"Saya ikrarkan sumpah ini dengan sungguh-sungguh dan dengan mempertaruhkan kehormatan diri saya."

Vanessa terharu bangga, diakhir ucapan ia sedikit tersenyum. Poin terakhir dari sumpah yang ia sebutkan itu akan menjadi pondasinya dalam bekerja sebagai seorang dokter kelak. Betapa bangganya ia dengan dirinya sendiri karena pekerjaannya kelak akan mempertaruhkan harga diri dan kehormatannya.

Akhirnya, Vanessa mengerti arti dari kata-kata Ilmu Kedokteran itu sangat suci.

Setelah ia memimpin sumpah dokter, selanjutnya pengukuhan sumpah dokter oleh para rohaniawan untuk masing-masing agama dan tentu yang pertama dari agama Islam. Vanessa diperintahkan untuk kembali ke tempat duduk dan bergabung dengan teman temannya yang lain. Beberapa saat setelahnya, agama lain juga ikut melakukan pengukuhan sesuai pedoman agamanya.

Vanessa ingin sekali berlari dan menghampiri Mas yang berada diatas, tapi ia harus menahannya karena acara belum selesai. Ia sudah menahan senyumnya, sungguh tidak sabar ingin terbang ke pelukan Mas-nya walaupun ada perasaan jengkel. Entah ia akan menyambut Mas dengan bahagia, atau justru dengan kekesalan.

"Pak, kayaknya Vanessa kesal banget raut wajahnya waktu eye contact sama Bapak." Ledek Ati.

"Hayolo, dek. Mama nggak ikut ikutan ya." Mama juga ikut meledeknya.

"Nggak papa, tenang aja. Kerjain bocil tantrum udah suatu hal yang wajib." Ucap Mas dengan santainya, karena ia tahu senjata apa yang akan ia keluarkan untuk mencegah kemarahan Vanessa nanti.

Mas terus melihat Vanessa dibawah sana, walaupun hanya melihat punggung gadis itu, Mas sudah tertawa kecil membayangkan Vanessa akan mengamuk kepadanya.

"Gimana pak akhirnya lihat Vanessa setelah sekian purnama?" Tanya Bintang.

"Bahagia, bangga, dan sangat kangen. Saya salut sama proses kehidupannya tanpa saya satu tahun terakhir ini." Jawab Mas dengan tersenyum.

"Pak Teddy memang harus bangga sih." Sahut Ati.

"Bener tuh, itu semua air matanya satu tahun terakhir bisa dijadiin kolam renang kali pak." Perkataan Habib sontak membuat Mas sedikit tertawa.

Tiba tiba Bapak menghampirinya. "Ted, sudah siap ya serangan dari Vanessa?" Bapak juga ikut memperingati.

"Hahaha siap pak." Kata Mas dengan yakin.

"Gila kompak banget ya kita satu keluarga." Bintang tertawa ngakak.

Rangkaian acara selanjutnya seluruh lulusan dokter baru disuruh kembali berdiri untuk menyanyikan lagu Bagimu Negeri. Setelah itu acara pengalungan medali, penyerahan bukti Sumpah, dan penyematan PIN kepada lulusan dokter baru tahun 2025.

Pengalungan medali akan dilakukan oleh Direktur Pendidikan Universitas Indonesia, penyerahan bukti sumpah akan dilakukan oleh Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, dan penyematan PIN akan dilakukan oleh Direktur RSCM.

"Kepada orang tua lulusan dokter yang namanya dipanggil, kami mohon untuk berdiri." Ucap MC.

Bunda dan Ayah langsung turun dan bergabung dengan orang tua lainnya dibawah, duduk disamping panggung dan melihat anak- anak mereka yang sedang berbaris untuk menerima berbagai macam bentuk apresiasi.

Vanessa yang melihat Ayah dan Bundanya sangat kompak menghadiri upacara sumpah dokternya itu lagi lagi menahan tangisan. Sambil berdiri dan ikut berbaris, ia melambaikan tangannya kepada kedua orang tuanya. Seumur hidup, setelah perceraian kedua orang tuanya, Vanessa tidak pernah berharap sedikitpun kedua orang tuanya akan menghadiri rangakaian acaranya. Mulai dari sempro, sidang skripsi, wisuda, hingga sekarang sumpah dokter. Sekalipun Vanessa tak terlintas akan terjadi.

Tapi, lagi dan lagi Tuhan menunjukkan kuasanya, Tuhan sangat baik kepadanya, kini kedua orang tuanya yang sudah punya jalan hidupnya masing-masing itu sangat kompak berada di sisi masing masing untuk memberi dukungan kepada anak tunggal mereka. Terlepas apapun bentuk kesalahan kedua orang tuanya, Vanessa tetap bersyukur karena pada akhirnya kedua orang tuanya kembali ke kehidupannya walaupun bukan sebagai status suami-istri, tapi sebagai Ayah dan Bundanya.

"Selamat Kakak!" Ucap Bunda ketika ia sudah dekat dengan tempat duduk kedua orang tuanya.

"Ayah bangga kak!" Lanjut Ayah, Vanessa tersenyum haru, mungkin ini kesekian kalinya matanya kembali berkaca kaca.

Setelah beberapa teman temannya sudah dipanggil, kini gilirannya. Vanessa menarik nafasnya dengan rileks. Prestasinya ini akan menjadi sorotan publik, ia harus kembali tampil menawan dan mempesona.

"dr. Vanessa Jasmine Aurora Djojohadikusumo."

"Untuk orang tua lulusan dokter baru diharapkan untuk berdiri."

Vanessa melangkahkan kakinya naik ke atas panggung dengan anggunnya, berbagai kamera mulai memotretnya dan ada juga yang live ditempat. Vanessa menerima pengalungan medali, bukti sumpah, dan pemasangan PIN dengan lancar. Hingga setelah ia menerima semuanya, Vanessa kembali turun dan duduk kembali ditempatnya.

"Gila gue merinding waktu denger penyebutan Dokter Vanessa." Ucap Agung.

"Sama gue juga, keren banget bocil tantrum kita ya. Udah tumbuh dewasa dan makin mempesona." Puji Rajif.

"Akhirnya keluarga Bapak punya silsilah dokter." Ucap Rizky kepada Bapak.

"Bangga sekali saya." Ucap Bapak dengan tangis harunya.

"Gimana bang, itu bu dokter udah siap kayaknya nikah." Goda Lino kepada Mayor Teddy.

"Itu mungkin lebih baik, No. Tapi Kayaknya saya langsung digampar dulu." Mas mulai merinding setelah menjawab Lino.

"Jelas bang, lagian idenya ada ada aja." Ledek Lino.

"Hadirin yang berbahagia dengan ini telah dilantik 50 dokter baru Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia." Ucap MC.

Acara terus berlanjut dengan pembacaan naskah deklarasi alumni Fakultas Kedokteran dari sekretaris alumni FK UI kepada perwakilan lulusan dokter baru.

"Kepada dokter Vanessa Jasmine Aurora Djojohadikusumo perwakilan lulusan dokter baru dimohon maju ke depan untuk menerima deklarasi alumni FK UI."

Vanessa yang tiba tiba dipanggil terlonjak kaget karena dirinya lagi yang akan menjadi perwakilan lulusan dokter baru. Tepuk tangan yang meriah diberikan kepadanya, Vanessa yang gelagapan segera turun dan naik ke atas panggung.

"Ya ampun si bocil keren banget." Puji Mas dari atas, pandangannya tidak sekalipun berpaling dari Vanessa yang tersenyum cantik, gadis itu menerima sebuah buku dan bersalaman dengan alumni tersebut.

Gadis itu kembali ke podium kecil disana, membacakan deklarasi alumni FK UI yang diikuti dengan lulusan dokter baru lainnya. Setelah beberapa kata sambutan dari jajaran petinggi hingga kata sambutan Bapak yang diakhiri dengan doa bersama itu menjadikan upacara sumpah dokter FK UI Tahun 2025 itu sudah selesai dan berakhir.

Seluruh dokter lulusan baru keluar dari Balairung dan menemui keluarganya.

Vanessa mencari keberadaan keluarganya, setelah ia berhasil menemukan keluarganya, ia langsung lari ke pelukan Kakeknya, bukan Mas. Entah sengaja atau bagaimana, sepertinya Vanessa memang seakan akan tidak ingin menyadari keberadaannya.

"Selamat ya Dokter Vanessa, selamat melakukan pengabdian seumur hidup kamu." Bapak membelai surai cucu cantiknya itu. Vanessa menangis haru, ia berada dititik ini tidak jauh dari dukungan Kakeknya.

"Selamat ya Vanessa sayang, selamat karena sudah berhasil jadi pembuka jalan untuk profesi dokter di keluarga." Nenek mencium pipi kiri dan pipi kanan cucunya itu.

"Nek, aku?" Tiba tiba Ati merajuk.

Nenek tertawa melihat kecemburuan cucunya yang satu lagi. "Kamu masih koas mbak."

"Selamat ya Vanessa sayang." Ucap Mama dan Papa Mas yang kini memeluknya bergantian.

"Selamat mbak bocil! Keren banget mbak!" Puji Nando.

"Selamat Mbak Vanessa yang cantik dan keren!" Puji Deril.

"Saya ikut bangga mbak!" Sahut Rajif dan beberapa ADC Bapak yang hadir menemani Bapak di acaranya ini juga ikut mengucapkan selamat.

"Bocil kita, selamat ya." Trio kembar memeluk Vanessa berbarengan. Rasa bangga menemani perjalanan sepupunya itu mewarnai kehangatan momen tersebut. Tim dokumentasi Bapak terus memotret momen itu, termasuk beberapa media yang berusaha untuk menjangkau keluarga Presiden dari jauh yang dihalangi Paspampres dengan ketat.

"Nes, ini nggak dipeluk?" Ledek Bintang yang menunjuk ke arah Mayor Teddy yang masih terus menatapnya.

Vanessa melihat sinis. "Nggak kenal!"

Mas melangkah mendekatinya dan memberi sebuket bunga cukup besar yang disembunyikan dari tadi dibelakang punggungnya. "Mbak sayang, selamat ya."

"Loh kok nangis? Mas nepatin janji kan?" Tanya Mas bingung yang melihat reaksi Vanessa. Gadis itu justu menangis.

"Kamu sengaja kan bikin aku khawatir karena kamu hilang kabar?" Tanya Vanessa dengan juteknya tapi itu justru hal lucu bagi Mas karena gadis itu mengatakannya sambil menangis, persis seperti bocil.

"Iya, Mas mau ngasih surprise." Ucap Mas yang berusaha membawa Vanessa ke pelukannya tapi ditolak oleh gadis itu.

"Ih jangan main peluk aku! Aku lagi marah!" Ucap gadis itu dengan kesal.

"Mas kangen, mau peluk kamu. Nggak boleh?" Tanya Mas dengan santainya, sepertinya laki laki itu sudah mempersiapkan diri dengan baik dari serangan Vanessa.

"Ini bawa sana! Aku nggak mau ketemu kamu!" Vanessa mengembalikan bunga pemberian Mas dengan kasar.

"Vanessa, nggak boleh gitu." Kini Ayah memperingatinya.

"Mas nyebelin, Ayah!" Ucap Vanessa dengan kesal.

"Mas kamu baik baik aja loh pulang kesini, masa kamu nggak sambut?" Tanya Nenek yang berdiri disamping Bapak.

Vanessa sungguh kebingungan, seakan akan semua keluarganya bekerja sama untuk mengerjainya. Vanessa menerka nerka sendiri beberapa menit dan Mas masih terus menatapnya seakan akan penasaran dengan jawabannya.

"IH! KALIAN KERJASAMA YA SAMA MAS?" Gadis itu teriak histeris, dan siapa sangka seluruh keluarganya dan keluarga Mas tertawa melihat tingkah Vanessa yang baru sadar jika ia dikerjain beberapa hari ini.

"IH JAHAT BANGET!" Ucap gadis itu dengan mewek.

"Peluk Mas-nya dong." Bunda justru menggoda anak tunggalnya.

Vanessa masih menangis ketika ia sadar dengan kebodohannya, bagaimana bisa ia semudah itu tertipu? Bahkan ia juga tidak menduga, Mama dan Papa Mas juga ikut mengerjainya.

"Aaa Mas jahat banget." Walaupun gadis itu berkata jahat kepada Mas-nya, gadis itu yang justru menghampiri Mas dan memeluknya. Mas tak bisa menahan tawanya melihat kegemasan Vanessa di hari pelantikannya itu. Disaat semua teman temannya sudah sibuk berfoto bersama keluarganya, gadis itu justru menangis di baju PDH-nya.

"Ya ampun sayang, maaf ya hahaha." Mas masih tertawa.

"Aku udah mikir yang aneh aneh tau nggak!" Gadis itu memukul dada Mas.

"Mas kan udah bilang, Mas udah janji sama kamu dan usahain datang." Mas mencubit hidung Vanessa dengan gemas.

"Tapi kamu bikin aku nethink tau! Hp kamu kenapa mati sih?" Kata Vanessa yang masih menahan kesalnya.

"Kalo Mas aktifin, gagal dong rencana Mas." Kata Mas, laki laki itu menghapus sisa air mata Vanessa.

"Ih aku kayak orang bodoh banget kemaren, apalagi Nenek marahin aku juga." Semua orang tertawa jika mengingat kemarin malam.

"Tapi wejangan Nenek serius loh, Nes." Jelas Nenek yang masih tertawa. Vanessa mengerucutkan bibirnya malu.

"Sayangnya Mas, selamat ya sekali lagi. Mas bangga banget sama kamu dengan semua prestasi dan pencapaian kamu. Makasih ya sayang, mau bertahan nunggu Mas pulang dan kembali ke kamu dengan keadaan yang sama." Mas memeluk Vanessa dihadapan keluarganya.

"Makasih juga ya Mas, udah nepatin janji kamu untuk pulang dengan keadaan yang baik walaupun aku dibikin kesel!" Ucap Vanessa masih dengan nada kesalnya.

Mas tertawa. "Kangen nggak?"

"Kangen banget." Rengek Vanessa.

"Tapi pelukannya nggak erat." Ledek Mas.

"Lagian aku masih kesel?" Sewot Vanessa.

"Senang nggak ketemu Mas lagi? Mas susah payah loh nahan kangen tiga hari ini setelah Mas pulang." Sahut Mas.

"Senang lah! Penantian aku nggak sia sia. Lagian salah kamu juga ngapain punya ide aneh kayak gitu." Ledek Vanessa.

Mas tersenyum. "I love you, mbak sayang."

"Pokoknya Mas nggak boleh jauh jauh lagi please?! Udah cukup nyiksa aku Mas!" Tihtah gadisnya.

"Iya sayang, mulai sekarang Mas selalu disamping kamu." Mas merapikan rambut Vanessa dengan pelan.

"Kamu makin cantik aja, Mas cuma setahun ninggalin kamu tapi kenapa makin cantik ya? Masa mas makin jatuh cinta terus sama kamu? " Goda Mas hingga Vanessa menahan salah tingkahnya itu.

"Emang! Kalo kamu makin jelek!" Ucap Vanessa.

"Beneran jelek? Kalo Mas jelek kenapa kamu nahan salah tingkah gitu?" Mas sepertinya memiliki banyak energi untuk menggodanya.

"Mbak, jangan merah gitu mukanya. Mas bisa cium kamu disini." Mas kini justru berbisik ke telinganya dengan suara beratnya itu.

"MAS STOP?!" Vanessa akhirnya tertawa salah tingkah. Mas sungguh berhasil menggodanya.

"Ini pasti si Dokter Rean itu sering godain kamu ya?" Mas ternyata masih mengungkit hal itu. Mas mengelus kedua pipi Vanessa dengan lembut.

"Iya, tadinya kalau kamu nggak pulang, aku nikah sama dia aja." Vanessa kini menyerangnya.

"HEH! Enak aja kalo ngomong! Liat aja nanti kamu kalau internship, Mas suruh ajudan Mas ngintilin kamu." Ancam Mas.

"Dih? Jealous banget?" Ledek Vanessa.

"Iya, cemburu banget sayang." Ucapan Mas membuat Vanessa kewalahan menahan salah tingkahnya.

"Itu ucapan Mas tadi nggak dibalas?" Tanya Mas, laki laki itu sepertinya sengaja merayunya dengan melingkarkan tangan kekarnya itu ke pinggangnya dan membuat posisi mereka sangat dekat.

"Yang mana?" Vanessa pura pura lupa.

"I love you sayang." Ucapan Mas yang tiba tiba semakin membuatnya ingin lari dari pesona Mas yang semakin ugal ugalan.

"Malah nahan senyum, jawab dong." Sahut Mas.

Vanessa menggigit bibir bawahnya dengan ragu, gadis itu setengah berbisik. "I love you too, Mas."

"Nggak kedengeran sayang."

"Kita beneran nyamuk disini guys." Deril tertawa kecil.

"Bentar lagi momen patah hati cegilnya Mayor Teddy terjadi." Kata Nando.

"Lama banget dah pertunjukannya, mereka makin romantis, gue makin gila liatnya." Kata Agung geregetan.

"Makanya cari pacar, Gung." Bapak justru meledeknya.

"Saya sama Mbak Ati boleh pak?" Tanya Agung kepada Bapak, sengaja memancing keributan dengan temannya.

"Boleh, jangan sampai kamu dengan Rajif saling nodong pistol ya?" Ledek Bapak lagi.

Rajif dan Agung saling menatap dan melempar ledekan, sedangkan Vanessa dan Abangnya itu justru semakin kelewat romantis. Hingga Paspampres yang mencegah media dan wartawan sedikit kewalahan karena ingin mengambil momen romantis dan langka itu, ditambah kepulangan Mayor Teddy yang tiba tiba semakin membuat trending topic dan hubungannya yang sangat serius itu ternyata masih berlanjut dengan salah satu Cucu Presiden.

"Mas kok kamu berani banget didepan keluarga kita sih?! Di depan Presiden dan media lagi." Vanessa heran sendiri.

"Ya nggak papa, mereka justru seneng lihat kita gini. Lagian semua orang juga tahu kamu bakal jadi tunangan Mas." Vanessa tak mengerti maksud Mas.

"Tunangan maksudnya?" Pikiran Vanessa sungguh ngeblank.

Mas terdiam sesaat. "Mas mau nikahin kamu, janji Mas setelah selesai pendidikan mau ngajak kamu pengajuan. Mas juga udah mempersiapkan semuanya. Hubungan kita udah sejauh ini, kita udah lewatin semua hal bareng bareng. Mas sadar dari hubungan jarak jauh kemarin, Mas juga nggak bisa berjauhan dari kamu, sayang. Mas nggak mau bikin kamu nunggu Mas lagi."

"Mas mau melindungi kamu seumur hidup Mas, izinkan Mas untuk bertanggung jawab penuh atas hidup kamu, izinkan untuk Mas bangun kebahagiaan bareng kamu, izinkan Mas untuk bangun keluarga kecil Mas bareng kamu, izinkan Mas jadi orang tua dari anak anak kita nanti, izinkan Mas untuk memenuhi semua keinginan kamu, izinkan Mas untuk membahagiakan kamu, izinkan Mas untuk menjadi seseorang yang akan selalu kamu cintai, izinkan Mas untuk menua bersama kamu. Dengan semua pasang surutnya, Mas akan menjalani hidup tanpa siapa pun kecuali kamu, sekarang dan sampai akhir waktu."

Mas berlutut dihadapan Vanessa yang terdiam mendengar semua ucapannya, kedua mata Vanessa sudah berkaca kaca. Mas terlalu hebat membuat kejutan untuknya. Siapa sangka ia akan dikejutkan oleh Mas dua kali?

Laki laki itu membuka kotak kecil ke hadapannya. Satu cincin berlian indah dan cantik itu berhasil membuatnya semakin tak berkutik.

"Dokter Vanessa Jasmine Aurora Djojohadikusumo, dihari pelantikan dokter kamu, will you marry me?" Ucap Mas dihadapannya dan kedua keluarga mereka. Tentu semua orang disana juga ikut histeris melihat momen seorang mantan ajudan viral itu akhirnya melamar Cucu Presiden dihadapan semua orang.

"NES TERIMA NES!!" Teriak Ati histeris, sepupunya itu tengah memvideokan momen romantis itu.

"MBAK TERIMA MBAK!" Teriak semua ADC dan sekpri Bapak.

"NES KELAMAAN JAWABANNYA GUE GREGETAN!" Teriak Bintang.

"BURUAN BILANG YES, VANESSA!!" Teriak Habib yang juga tak sabaran.

Kedua orang tua Mas, Ayah Bundanya, dan Kakek serta Neneknya seperti berharap besar dengan jawaban Vanessa, mereka semua juga ikut menyoraki.

Kehebohan itu membuat Paspampres harus memanggil grup lain untuk mengontrol keadaan dan suasana. Apalagi seluruh keluarga Presiden ada disini, mereka harus sangat waspada. Tim Kepresidenan semakin ketat untuk melakukan penjagaan dan mengurusnya.

"TERIMA TERIMA TERIMA!!!" Teriak semua orang yang disana, mungkin satu Indonesia juga ikut histeris dan geregetan akan jawaban Vanessa mengingat media didepan sana tengah meliput momen itu secara live.

Mas sungguh melamarnya dihadapan semua penduduk Indonesia.

Vanessa tersenyum bahagia, kedua air matanya jatuh bersamaan. "Yes! I will, Mas sayang!"

Vanessa sudah yakin dengan jawabannya, saat itu juga Mas langsung memasangkan cincin di jari manisnya. Laki laki itu langsung memeluk Vanessa dengan sangat lama.

"CIEEE!!!!" Teriak semua orang dan bertepuk tangan.

"ASIK BENTAR LAGI ADA NIKAHAN CUCU PRESIDEN!" Sahut Bintang histeris.

"Selamat calon Letkol Teddy dan Dokter Vanessa!" Ucap Bapak dengan sumrigah, sebentar lagi Bapak menyambut satu anggota baru di keluarganya.

"Selamat Kakak Sayang!!"

"Selamat Adek dan Vanessa sayang!"

"GUYS BENTAR LAGI KITA JAGAIN CICIT BAPAK WOII!!" Itu suara Lino.

"NGGAK SABAR MAU MAIN SAMA BOCIL BOCILNYA MEREKA!"

"Nggak sabar lihat Mbak Vanessa tantrum jilid dua dan junior Bang Teddy yang ketiplek banget sama beliau." Sahut Rizky.

"Please nggak sabar liat Bang Teddy bawa anaknya atau gendong anaknya ke rumah atau ke istana." Kata Agung.

Mas meneteskan air matanya, kini tangisnya tak bisa ditahan oleh prajurit kopassus itu. Rasa syukur tak henti hentinya ia ucapkan.

"Sayang, makasih ya. Makasih sudah mau memilih Mas." Laki laki itu tak mau melepaskan pelukan dengan calon istrinya itu.

"Hehe, sama sama Mas." Vanessa justru cengengesan, walaupun ia juga menangis haru, ia juga sangatlah bahagia.

Hari ini sangat membuatnya bahagia, seakan akan Bumi juga ikut merayakannya. Entah untuk keberapa kalinya penduduk Bumi kali ini tengah berbahagia dengan dukungan semesta. Semesta sungguh tidak main main dengan garis takdir yang sudah ditetapkan untuk mereka berdua. Hari pelantikannya, hari dimana Mas menepati janjinya, dan Mas melamarnya.

"I love you, Mas!" Gadis itu mengecup pipi Mas dengan senyum bahagianya.

"Thank you for loving me, i am also loving you. I love you a million times, sayang." Mas mencium punggung tangan Vanessa dimana Mas menyematkan cincin itu.

"Berbahagia lah, love birds!"

Continue Reading

You'll Also Like

41.2K 2.1K 43
FAN FICTION OF PRINCE MATEEN (SUDAH TAMAT) Bagaimana rasanya saat pergi berlibur ke tempat impian dan tiba-tiba bertemu dengan seseorang yang bisa ju...
28.2K 3.9K 32
Sama-sama sudah berpisah dengan pasangan masing-masing membuat keduanya menjadi orang tua tunggal. Hak asuh Jaemin jatuh pada Yoona membuat mama muda...
1.5M 89.5K 69
Antara fans dan idola yang tidak sengaja dipertemukan.
Oneshoot By Chk

Fanfiction

8.4K 961 15
Perkumpulan oneshoot stories ara with member dan ex member jkt48