Transmigrasi...

By Milkyta03

168K 14.1K 910

"Mau dikehidupan dulu ataupun sekarang gue sama-sama di acuhkan dan diabaikan, lantas untuk apa gue pake pind... More

PROLOG
1. Tawuran
2. Beneran pindah raga?!
3. Pulang
4. Tsundere
5. Sekolah
6. Demam
7. Diculik?
8. Gang Salvorios
9. Lelah
11. Kembaran sekaligus luka
12. Rumah sakit
13. Penyesalan Raga?
14. Mata yang sulit terbuka
15. Sagara bimbang?
16. Teror
17. Telat
18. Trauma

10. Disiram

8K 619 21
By Milkyta03


Hari ini Raka memutuskan untuk kembali bersekolah walaupun keadaan tubuhnya yang tidak memungkinkan. Raka tetap memaksakan dirinya untuk berangkat sekolah seharusnya Raka masuk sekolah sejak 2 hari yang lalu, tapi karena kejadian kemarin dia harus bolos, semoga saja dia tidak akan mendapat masalah. Raka terbangun saat pukul 04.00 pagi, saat terbangun Raka merasakan seluruh tubuhnya sakit dan perih apalagi luka-luka itu belum dia obati sama sekali. Raka berangkat sekolah sangat pagi-pagi  dirinya tidak ingin bertemu dengan orang rumah, setelah kejadian semalam dia berusaha untuk menghindari Ayahnya maupun Erga.

Saat ini Raka  sedang berjalan dikolidor sekolah yang lumayan sepi, mungkin karena murid yang lain belum datang karena Raka datang terlalu pagi. Dia sengaja berangkat sekolah sangat awal karena untuk menghindari orang rumah dan juga menghindari cacian siswa dan siswi yang tak suka padanya, tapi sepertinya hal itu akan sulit. Karena seseorang lebih baik menutup telinga sendiri dibandingkan menutup mulut orang-orang yang berbicara keburukan tiada henti.

Dan suatu hal yang dia lupakan, dia lupa kelas nya dimana. Salahkan saja pada Arvie yang tidak memberikan seluruh ingatannya dan itu sangat menyulitkan Raka, contohnya saat ini.

"Hei, tunggu---" Raka berucap pada seorang remaja yang menggunakan kaca mata bulat yang tak sengaja berjalan melawati nya.

Raka bisa melihat bahwa tubuh remaja itu menegang saat dia memanggilnya, Raka bisa merasakan. Aura ketakutan yang terpancar saat remaja itu perlahan mendekat padanya.

"Lo kenal gue?"

"S-siapa yang gak kenal kamu, seluruh sekolah juga tahu siapa kamu." Jawab pemuda itu dengan kepala tertunduk kebawah.

"Berarti gue terkenal banget yaa, lo tahu gak kelas gue dimana? Kalo tahu bisa lah anterin gue kesana." Tanya Raka pada sosok remaja berkacamata didepannya.

"Kita sekelas." Jawab remaja itu dengan kepala yang masih tertunduk, dia tidak berani melihat wajah Raka.

Raka merasa remaja didepannya takut melihat pada wajahnya. "Kok ngeliatnya kebawah terus---wajah gue jelek ya?"

Remaja tersebut menggeleng ribut. "Enggak! Kamu gak jelek, kamu---"

"Gue apa?" Raka excited berharap jawaban remaja ini sesuai dengan harapan.

"Imut."

Raka merosostkan bahunya, "yah, gue kira ganteng. Gue gak mau imut gue maunya ganteng, kalo imut kaya bocah SD."

"Ya udah yuk kita ke kelas aja, gue takut keburu banyak orang disini. Males banget lihat orang-orang yang suka gibah." Ajak Raka sok kenal dia menyampirkan sebelah tangannya pada pundak remaja tersebut.

Remaja itu terdiam kaku, dia belum pernah sedekat ini dengan Raka. Malahan dulu dia pernah jadi korban bullyan Raka, jadi terasa canggung saat Raka berdekatan seperti ini.

Raka berjalan santai sambil memperhatikan suasana SMA Citra Pertiwi, melihat sekeliling nya Raka jadi kangen sekolah nya yang dulu, dia dulu juga sama kelas 11 hanya saja dulu Raka sekolah di SMK jurusan TSM (Teknik Sepeda Motor) Raka berharap dirinya mampu mengimbangi pelajaran disini, tapi Raka yakin dia bisa karena dulu di sekolahnya Raka selalu mendapatkan nilai diatas rata-rata dan selalu meraih piala dan menjadi kebanggan sekolah.

"Kita udah sampe." Ujar pemuda tersebut dengan rasa tak nyaman, karena sejak tadi Raka tidak melepaskan tangan dari pundaknya.

"Oh. Maaf gue ngelamun, hehhe."

Raka dan pemuda tersebut masuk kedalam kelas yang masih sepi, karena ini baru pukul 06:20.

"Bangku gue yang mana?"

"Kita juga sebangku." Jawab pemuda tersebut.

"Kenapa gak bilang dari tadi." Raka berjalan ke bangku belakang dimana pemuda itu duduk. "Oh iyaa, nama Lo siapa gue belum tahu."

Terlihat remaja itu mengernyit heran.

Raka menyadari ekspresi bingung dari remaja tersebut." Gue kemarin Kecelakaan, dan ingatan gue sedikit terganggu kadang juga ada ingatan yang gue lupa." Jelas Raka.

"Oh, gitu, maaf aku gak tahu." Ujarnya dengan kepala yang terus tertunduk

Bahkan Raka bisa melihat pemuda itu takut berkomunikasi dengannya. Sejahat apa Arvie dulu sampai-sampai teman sebangkunya sendiri terlihat tidak nyaman saat Raka menatapnya.

"Jadi nama lo siapa?" Tanya ulang Raka.

"Kalandra, tapi orang biasa manggil aku Kalan."

Raka terkekeh melihat remaja ini, sangat lucu pikirnya apalagi dia bicara Aku-kamu. "Kayak nya emang bener wajah gue jelek, dari tadi lo lihat kebawah terus. Emangnya dibawah ada apa sih?"

"A-aku dilarang lihat wajah kamu, kamu sendiri yang larang aku waktu itu." Kalan saat itu dilarang oleh Raka agar tak berani menatap wajahnya.

"Serius gue bilang gitu dulu?" Sudah heran Raka dengan sikap Arvie dulu, sejauh ini perbuatan dia untuk menarik perhatian keluarga sampahnya itu.

Raka tersenyum lembut dia menegakan wajah Kalan yang sejak tadi tertunduk. "Sekarang lihat gue. Lan, Lo berhak lakuin hal yang Lo mau, bahkan kalo lo mau pukulin wajah gue juga gak papa. Gue mau Nebus semua kesalahan gue."

Perlahan Kalan menegakan wajahnya, seketika dia membelalak melihat wajah Raka yang dipenuhi dengan lebam dan luka, dia tak seberani dan tak sejahat itu untuk memukul wajah Raka. Dilihatnya saja wajah Raka terlihat memprihatinkan, dia meringis melihat luka disudut bibir yang begitu kentara dan beberapa goresan dipipi, dan tunggu! Kening nya terluka lebar dia semakin meringis melihatnya luka-luka itu seperti tidak diobati.

"Kenapa?" Tanya Raka karena sejak tadi Kalan bukannya memukul wajah Raka, tapi dia malah mengernyit dan memberikan ekspresi berbeda-beda saat melihat begitu banyak nya luka diwajah Raka, yang sial nya malah menambah kadar keimutan bocah itu.

"Wajah kamu---kenapa? Kamu tawuran lagi?" Tanya Kalan dengan memberikan ekspresi khawatir. "Tunggu sebentar." Dia membuka tas nya dan mengambil kotak P3k. "Luka kamu harus diobatin, kalo enggak nanti infeksi."

Raka melihat Kalan membuka Kotak P3k itu dan menyiapkan kapas serta Betadine, "kenapa lo baik banget sama gue? Padahal gue udah jahat banget sama lo." Ujar Raka lirih, dia tertegun melihat sikap dan perbuatan Kalan yang begitu baik padanya, mata nya sedikit berkaca saat Kalan mulai menempelkan kapas itu dikeningnya.

"Kata bunda, kita gak boleh balas orang yang jahat sama kita mungkin mereka ngelakuin itu karena ada alasan tersendiri. Aku pun berpikir begitu jadi aku gak pernah benci sama orang yang jahatin aku. Bunda juga ajarin aku untuk jadi orang yang selalu sabar dalam situasi apapun, karena pada akhirnya tuhan akan memberikan yang terbaik untuk kita."
Ucap Kalan dengan fokus mengobati luka Raka.

Raka tertegun seketika mendengarnya, pasti Bunda nya Kalan adalah orang yang sangat baik. Pantas saja anak nya sebaik ini, dia sangat iri terhadap Kalan yang memiliki hubungan yang sangat erat dan baik dengan bundanya.

"Bunda Lo baik banget, gue jadi iri." Lirih Raka.

"Kenapa harus iri? Aku yakin ibu kamu juga pasti orang baik."

Raka tersenyum tipis. "Mamah gue udah gak ada, tapi gue yakin dia juga orang baik. Hanya saja gue nya yang gak baik."

Kalan merasa bersalah dengan ucapannya. "Maaf aku gak tahu, kamu boleh. Kok, anggap bunda aku bunda kamu juga."

"Gue seneng, Lo sekarang jadi gak takut lagi sama gue. Gak kaya tadi." Ucap Raka menyadari perubahan Kalan yang tadi dengan yang sekarang.

Kalan pun menyadari sikapnya, kenapa dia jadi banyak bicara dengan Raka seperti ini? Biasanya dia sangat takut jika Raka menatapnya bahkan jika sedang berdua seperti ini pun dulu Raka selalu menjahilinya dengan cara mendorong kursi yang sedang di duduki Kalan, atau memasukan bangkai tikus kedalam tasnya, dan dia selalu melakukan sesuatu yang membuat dia senang.

"Aku---enggak tahu, tapi kali ini aku rasa kamu udah berubah, gak kaya kamu sebelum kecelakaan." Jelas Kalan dia menempelkan kapas dikening Raka, lalu merekatkan nya dengan handiplas, Raka sedikit neringis

"Luka kamu terlalu lebar, kalau kerumah sakit harusnya dijahit." Terang Kalan sedikit-sedikit dia tahu karena ayahnya adalah seorang dokter.

"Luka kecil doang pake dijahit segala, nanti juga sembuh sendiri. Tapi makasih yaa udah ngobatin gue."

"Itu kaya bekas beling, emangnya tawuran nya ada yang bawa beling?" Sejak tadi Kalan ingin menanyakan itu.

Raka bingung harus menjawab apa, bukan apa-apa hanya saja jika dia harus berbohong bahwa dirinya tawuran, itu akan memperburuk citranya. Atau kah dia harus jujur?

Saat Raka ingin menjawab, pintu kelas terbuka beberapa siswa maupun siswi masuk ke kelas. Raka menyadari raut wajah mereka yang tak suka melihat Raka.

"Dia ternyata udah masuk kelas?" Tanya Windi selaku bendahara kelas pada temannya.

"Yahh, gue maunya dia dikeluarin dari sekolah. Sih, kok guru-guru gak ada yang kasih surat peringatan buat dia yah. Kalo dia membanggakan buat sekolah sih, gue fine-fine aja, tapi ini udah jadi sampah kelas sekaligus sekolah juga. Bingung nya gue belum ada yang nindak dia." Aurel gadis yang terkenal julid dan sombong itu berucap demikian menanggapi pertanyaan dari Windi.

Raka mendengarkan semuanya, walaupun mereka berbicara tidak terlalu keras. Tapi percakapan mereka tentu saja terdengar oleh Raka.

"Kamu gak papa?" Tanya Kalan yang menyadari ekspresi tak nyaman dari Raka. Dia mengambil sesuatu dari sakunya. "Nih, pake. Biar kamu gak dengerin ucapan mereka yang nyakitin." Kalan memberikan handset dan diterima baik oleh Raka.

"Makasih, gue pinjem dulu yah." Raka memakai handset itu dengan musik yang berasal dari handphone kalan. "Selera musik lo sama gue sama, lo juga nctzen?" Raka cukup kaget saat mendengarkan handset milik Kalan.

"Enggak, itu memang lagu kesukaan kamu, dulu kamu nyuruh aku buat siapin lagu-lagu kesukaan kamu, kalo kamu lagi diomongin sama banyak orang. "

'Arvie lo?!Ahh---sudahlah.' Raka sudah tak mampu lagi untuk berkata-kata, Merepotkan orang sekali lo Arvie. Ucapan Raka dalam hati.

Karena rasa kantuk yang menguasainya saat ini Raka tertidur di atas meja. Dengan handset yang masih terpasang dietelinganya.

*****

Ibu Ega selaku guru matematika masuk kedalam kelas 11 IPS 6 dengan wajah yang lumayan sangar dia duduk dimejanya. "Buka buku matematika kalian, sebelum itu. Ibu mau meng absen kalian terlebih dahulu."

Ibu Ega meng absen satu persatu murid yang berada dikelas, dan giliran Raka yang sedang di absen. "Raka Arviendra." Ucap ibu Ega beberapa kali karena tidak ada sahutan dari Raka. "Dia gak masuk lagi hari ini?" Tanya Bu Ega dengan wajah malasnya.

"Ibu gak liat, kebo yang lagi tidur dibelakang. Enak banget kan Bu, kita mau belajar, ehh. Dia enak-enak kan tidur." Ujar Aurel dengan nada sinis. "Udah Bu, keluarin aja dia dari kelas."

Dari tadi Kalan berusaha membangunkan Raka, tapi seakan Raka sedang simulasi mati, sulit sekali untuknya membangunkan Raka. Padahal handset yang tadi sudah kalan copot dari telinga Raka.

"Aduh, Raka Bu Ega kesini---bangun ka, nanti kamu akan dapat masalah."

Bu Ega sudah berada dekat dengan meja Raka dan Kalan. "Kalan ibu pinjam air kamu boleh?" Tanya Bu Ega dengan raut wajah menyeramkan Dimata Kalan.

Kalan tidak ingin memberikan air minumnya, dia tahu Bu Ega akan menyiramkan air itu kepada Raka.

"Kalan?"

"Ya sudah jika kamu tidak mau, Windi ibu minta air milik kamu." Ibu Ega mengalihkan pandangan kearah Windi.

Windi yang ditanyai seperti itu, dengan cepat memberikan air minumnya. "Nih Bu, gak papa abisin aja semuanya." Windi menyeringai kecil. 'mampus lo raka.'

Ibu Ega membuka penutup air minum itu dan langsung menyiramkannya ke wajah Raka, Raka yang kaget pun seketika terbangun. Seluruh air botol milik Windi di siram Bu Ega pada wajahnya, air itu masuk kedalam hidung dan telinga Raka.

Raka tersedak dan terbatuk dia merasakan perih pada hidungnya. Hidungnya memerah seketika karena air yang masuk kedalam hidung nya tidak lah sedikit. Perban yang tadi dipasangkan Kalan pun terlihat lusuh dan bercak darah terlihat karena luka yang masih basah itu langsung tersiram air.

Semua orang dikelas kaget menatap Bu Ega, mereka sedikit kasihan pada Raka yang disiram oleh air tanpa aba-aba.

Raka terbatuk dia mengusap hidungnya agar rasa perih itu hilang, telinganya sedikit berdengung.

"Enak tidur di jam pelajaran saya? Kamu ini sudah di skors langsung membolos, pas masuk langsung enak-enakan tidur. Kamu pikir ini rumah?!" Ujar Bu Ega dengan muka yang garang.

Raka sempat bingung tadi, tapi dia menyadari kesalahannya karena ketiduran. "Maaf Bu, tadi saya gak sengaja ketiduran."

Bu Ega terkekeh. "Maaf kamu bilang? Ini udah yang beberapa kalinya kamu kaya gini, ibu gak bisa tinggal diam. Ibu bakal laporin kamu ke kepala sekolah dan panggil orang tua kamu."

Raka membelalak. "Jangan Bu, orang tua saya sibuk kerja. Saya bakal lakuin apapun atau ibu mau hukum saya seberat apa pun. Asalkan orang tua saya gak dipanggil." Bisa gawat jika ayahnya datang ke sekolah, karena mereka semua tidak mengetahui Raka bersaudara dengan Erga, Raga, maupun Alkan. Sagara sengaja menutup identitas Raka bahkan dia juga melepaskan marga pada nama Raka.

"Oke, karena hari ini saya sedang baik. Saya gak akan laporin kamu ke kepala sekolah maupun panggil orang tua kamu. Tapi saya akan menghukum kamu dan hukumanya kerjakan 10 soal di depan, kalo ada yang salah kamu dilarang masuk dipelajaran saya selama 1 semester." Ujar Bu Ega, dia tahu Raka tidak akan bisa menjawabnya. Dia tidak ingin Raka selalu mengikuti pelajaranya.

"Baik Bu." Ucap Raka dengan mantap, dia melirik ke arah papan tulis, dia menyeringai kecil. Pelajaran itu telah dia pelajari di sekolah nya dulu.

Raka melangkah ke depan dan mengambil spidol.

"Semoga kamu bisa Raka." Guman Kalan.

Raka menjawab semua soal di papan tulis dengan sangat detail tanpa ada yang terlewat sedikit pun. Soal ini belum mereka pelajari, tapi Raka sudah mempelajarinya dikehidupan dulu. Ingatkan bahwa dia dulu sering mengikuti berbagai olimpiade.

Raka masih menuliskan berbagai rumus yang mana membuat mata sakit saat melihatnya.

Windi yang melihat itu sedikit tercengang, tapi dia yakin bahwa jawaban yang dituliskan Raka pasti salah semua.

Setelah menuliskan semua jawabanya, Raka memberikan spidol itu pada Bu Ega. "Gimana jawaban saya ada yang salah?"

Ibu Ega sempat mematung ditempat. "Jawaban kamu---"

"Salah semua, kan. Bu? Saya udah feeling sih Bu, orang bodoh kaya dia ini mana bisa ngerjain soal kaya gini. Udah deh Bu, biar saya aja yang kerjain. Ke depan." Potong Aurel dia mengibaskan rambutnya, memperlihatkan bahwa dia lebih hebat dibanding Raka.

"Iya Bu, saya juga yakin Aurel lebih mampu dibandingkan bocah bodoh kaya dia." Sahut Windi.

Bu Ega jengah denagn mereka berdua."diam kalian! Yang ibu suruh itu Raka bukan kalian. Mau saya kasih pertanyaan yang jauh lebih sulit dibanding ini?!"

Aurel maupun Windi sama-sama terdiam.

Raka masih menunggu jawaban dari Bu Ega.

"Raka jawaban kamu, benar semua. Maaf ibu tadi nyiram kamu karena ibu rasa kamu malah enak-enakan disaat jam pelajaran saya." Terang Bu Ega merasa sedikit bersalah atas tindakannya tadi.

Semua orang dikelas sulit mengeluarkan suaranya, Raka yang terkenal bodoh dan sulit diatur mengerjakan semua soal nya?! Bahkan Rayen dan Resi yang melihat itu sedikit takjub. Rayen dan Resi? Iya mereka satu kelas dengan Raka namun, bangku mereka berada dibarisan bangku lain dan jauh dari bangku Raka.

Windi dan Aurel merasa kesal, melihatnya bisa-bisa nya orang bodoh seperti Raka mampu mengerjakan soal yang bahkan belum mereka pelajari.

"Ya sudah Raka, hari ini saya bebaskan kamu untuk tidak mengikuti pelajaran saya, karena dilihatnya kamu sudah paham. Nanti kamu obati kening kamu, maaf sekali lagi saya telah menyiram kamu. Kening kamu kaya nya berdarah saya ngeri lihatnya, kamu boleh keluar dan langsung obati ya." Suruh Bu Ega dengan lembut tidak seperti tadi yang terlihat garang.

Satu kelas cengo dengan sikap Bu Ega, kemana Bu Ega yang galak itu? Mereka rasa mungkin ini kembaranya bu Ega, karena selama ini Bu Ega tak pernah berbicara dengan nada lembut.

Saat mereka memperhatikan Raka. Memang wajah Raka begitu banyak dipenuhi dengan luka lebam. Mungkin akibat tawuran pikir mereka.

*****

Raka menyandarkan tubuhnya di kursi taman, kenapa tidak ke UKS? Entah lah, untuk apa mengobati luka yang nantinya akan tergores lagi?

Dia menikmati udara yang segar dan sejuk. "Gue masih bingung ini dunia nyata atau novel? Kalau novel yakali ada banyak lagu NCT disini, itukan lagu idol K-Pop didunia gue dulu."

"Sekarang si Arvie juga gak pernah temuin gue lagi, ohh iyaa---untuk mastiin ini dunia novel atau bukan gue harus cari akun media sosial gue yang dulu---tapi kan hp si Arvie gue gak tahu sandinya. Ahhkk, pusing!"

"Awalnya gue mau jadiin Erga benteng pertahanan gue, tapi ngelihat sikapnya aja mirip bapaknya gak jadi deh, yang ada bukan benteng pertahanan. Tapi benteng kematian,"

Raka menghela nafas mengingat kejadian semalam. "Gue pikir si Erga beda dari si Raga ternyata lebih parah, sama-sama gila kayak bapaknya,  bisa gak sih gue kabur dari rumah itu?" Raka memikirkan hal tersebut.

"Tapi nanti gue mau tidur dimana? Kerjaan aja belum ada, mana si Arvie meninggal gak ninggalin uang atau kartu ATM gitu?"

Raka membaringkan tubuhnya di kursi taman. "Lama-lama gue bisa gila." Lirih Raka dia memejamkan matanya menikmati panas matahari pagi, dengan maksud mengeringkan bajunya yang tadi basah karena disiram Bu Ega, dan luka yang ayahnya torehkan semalam, terasa perih karena terkena air tadi.

Saat mata Raka terpejam seseorang menghalau sinar matahari itu, Raka mengernyit dia membuka matanya.

"L-Lo?"

TBC

Hai maaf yah baru update, maaf aku bikinya kepanjangan, jangan lupa vote dan komen. Aku takut part yang ini ngebosenin, maaf kalo ada yang typo.

Continue Reading

You'll Also Like

ZERO By SM

Teen Fiction

125K 12.8K 31
Dia Zero. Sosok spesial yang akan hadir setelah kematian seseorang. [On Going]
36.7K 2.1K 16
Bagaimana ceritanya seorang Haidar yang notabene nya seorang anak mami bertransmigrasi ke tubuh seorang anak yang dibenci oleh keluarganya karena kes...
40.6K 2.4K 11
Cover by Pinterest* βˆ† bukan BXB jadi jangan salah lapakβˆ† βˆ†brothershipβˆ† βˆ†cerita pertama sayaβˆ† βˆ†banyak typo! βˆ† βˆ†no plagiat! no copy pasteβˆ† βˆ†hasil pemik...
188K 15.6K 18
Alvaro seorang laki-laki dewasa berumur 30 tahun yang bertransmigrasi pada tubuh seorang remaja yang berumur 15 tahun setengah dari umur nya,gimana...