I Latte You (SLOW UPDATE)

By ThIsGiRlAw

84 6 0

Abel punya firasat bahwa ia dikhianati oleh pacarnya. Abel merasa ada yang tidak beres dengan Rio, pacarnya y... More

1. Kutukan 3 bulan
3. Ketahuan?
4. D'Special Latte
5. Berapa Persen?
6. Pelukan

2. Flashback

15 1 0
By ThIsGiRlAw

Abel masih ingat betul kejadian di hari itu.

Awalnya, Abel masih menjalani kesehariannya seperti biasa, ia sedang mengerjakan tugas di dalam perpustakaan kampus guna mencari ketenangan sebelum ponselnya bergetar sekali.

Riowww : Lagi dimana sayang?

Abel tersenyum tipis ketika pesan itu muncul dalam layar ponselnya. Mengingat belakangan ini Rio disibukkan dengan jadwal latihan basketnya karena pria itu memiliki perlombaan turnamen mewakili kampus mereka, mau tak mau hubungan mereka menjadi renggang beberapa waktu ini.

Lagi di perpus, kerjain pr. Kenapa?

Selang beberapa saat, balasan Rio kembali muncul. Jujur, Abel lumayan kaget dengan respon cepat pria itu.

Aku mau ajak makan

Sekarang?

Iya, di kafe dekat kampus

Lagi-lagi Abel tidak dapat menyembunyikan senyum lebarnya, hanya sepersekian detik sebelum pelipis Abel berkerut dan berakhir mengigigt bibirnya sendiri. Salah satu kebiasannya ketika sedang gugup. Jari-jari Abel sudah berhenti mengetikkan kalimat balasannya, namun matanya masih tertuju dengan tanda kirim pada layar ponselnya. Terpaut beberapa detik sebelum akhirnya ia menarik napas dan memutuskan untuk mengirim pesan itu.

Berdua aja kan?

Abel ingat terakhir kali saat mereka memutuskan untuk makan siang berdua setelah kelas, Abel pikir hanya akan ada mereka berdua tetapi nyatanya teman-teman Rio ikut. Abel bukannya tidak suka bergaul dengan mereka, apalagi mengingat mereka adalah sahabat Rio. Namun Abel berakhir diabaikan dengan mereka yang sibuk mengeluarkan ponsel untuk bermain game. Saat itu Abel memutuskan untuk membuka laptop dan mengerjakan tugass, tetapi kembali pada sifat sensitif Abel, ia tidak bisa fokus dengan suasana yang berisik disekitarnya. Apalagi mereka tidak segan-segan untuk mengelaurkan umpatan kasar layaknya tenggelam dan masuk, ikut merasakan suasana tegang dalam permainan mereka.

Dan secepat itu pula balasan Rio muncul setelahnya.

Iya

Senyum Abel lagi-lagi terbit, membayangkan mereka akan makan berdua setelah sekian lama tidak bertemu. Abel tidak dapat menyembunyikan perasaan gembiranya dan ia segera menutup laptopnya kemudian membereskan barang-barangnya di atas meja dan berjalan cepat meninggalkan area perpustakaan.

Ketika sampai di pintu masuk kafe, Abel menjejalkan pandangannya dan menemukan Rio sedang duduk sembari memainkan ponselnya.

Abel baru saja hendak melanjutkan langkahnya sebelum menyadari kehadiran seorang pria yang duduk tepat di meja yang bersebelahan dengan meja Rio. Abel merasa tidak asing dengan wajahnya.

Itu adalah teman Rio.

"Hi," sapa Abel kepada Rio setelah berhenti tepat di hadapan pria itu.

Jemari Rio masih sibuk menjelajahi layar ponselnya, dia mengangkat kepalanya sebentar untuk membalas sapaan Abel dengan tersenyum tipis dan kemudian lanjut menunduk untuk menatap ponselnya.

Sembari fokusnya masih terpaku pada lauar ponsel, Rio mengeluarkan suaranya seolah bisa membaca pikiran Abel saat itu juga.

"Doni sama aku nanti mau nginap ke rumah Jimmy. Motornya lagi di bengkel, jadi dia numpang nanti. Dia duduk di meja sebelah kok, gak bakal ganggu. Iya kan?" ujar Rio menjelaskan panjang lebar agar Abel tidak salah paham.

Melihat tidak ada respon jawaban dari Doni sebab pria itu sudah terlalu fokus dalam permainannya, akhirnya Rio menendang kaki pria itu.

Doni meringis sembari mengumpat pelan sebelum mengangkat kepalanya dan tatapannya beradu dengan raut dingin Abel.

Mungkin setelah ini Doni akan menganggap Abel ini sangat tidak ramah sebagai pacar dari sahabatnya, terlihat dari bagaimana ekspresi kesal Abel ketika bertemu dengannya hari ini. Tapi Abel tidak perduli, karena saat ini Abel benar-benar kecewa. Entah sudah keberapa kalinya.

"Benar, feel free untuk kencana kalian. Anggap aku tidak ada disini, anggap saja orang asing," ujar Doni kemudian kembali fokus pada ponselnya.

Abel terdiam sebentar sebelum menyampirkan tasnya pada sisi bahu kursi kemudian duduk yang membuatnya dapat berhadapan langsung dengan wajah Rio. Berusaha mempertahankan suasana hatinya agar tidak turun dengan drastis, Abel akhirnya fokus untuk menyelamatkan kencan mereka ini.

"Udah pesan makanan?" tanya Abel kepada Rio.

"Belum, pesan aja. Aku ikut pesanan kamu."

"Oke."

Abel akhirnya pergi ke area kasir untuk memesan, kemudian setelah Abel balik ke meja mereka, ia masih mendapati Rio yang fokus dengan permainannya.

Abel menatap Rio untuk waktu yang lama, awalnya Abel tidak berniat untuk menganggu pria itu karena tampaknya Rio terlihat fokus dalam dunia gamesnya bersama Doni. Abel mendapati keduanya berbicara seolah sedang berada di dunia yang sama dan pastinya Abel tidak memahami apa yang mereka bicarakan. Abel tidak suka bermain game.

Tetapi kesabaran Abel mulai menipis saat menyadari kalau mereka tidak bertukar pandang sedetikpun saat terakhir kali Abel menyapanya.

"Rio."

Rio menjawab dengan berdehem.

"Tugas dari dosen kemarin udah siap?" tanya Abel, berusaha mendapatkan perhatian pria itu.

Belakangan ini nilai Rio menurun banyak, bahkan tidak sedikit dosen yang menegurnya ketika kelas sedang berlangsung untuk memperingatkan mengenai tugas dan ujian yang belum ia selesaikan. Sebagai pacarnya, Abel menadi khawatir dengan nilai akademis pria itu.

"Oh iya lupa," Rio tiba-tiba berseru kemudian meletakkan ponselnya ke atas meja. Sepertinya dia sudah selesai bermain.

Rio akhirnya membalas tatapan Abel setelahnya, "Bisa bantu aku kerjain? Soalnya nanti malam pasti bakal ramai di rumah Jimmy. Aku takut gak bisa fokus."

Abel terdiam beberapa saat sembari mempertahankan kontak mata mereka agar tidak terputus. Merasa ada yang janggal dari sikap Abel yang mendadak berubah dingin dan mencekam, Rio akhirnya mengulurkan tangannya dan meraih tangan Abel yang terletak di atas meja.

"Aku janji kalau kamu bantuin tugas aku kali ini, aku akan belajar buat ujian akhir nanti," Rio berkata dengan nada sungguh-sungguh sembari matanya menatap lekat ke arah Abel.

Sedangkan Doni yang melihat pemandangan itu dari samping refleks menyemburkan tawanya. Ia tidak terbiasa melihat sisi Rio yang seperti ini, benar-benar membuatnya mual seketika. Dan akibat dari tindakan cerobohnya itu, kini Rio dan Abel beralih memusatkan fokus mereka ke arahnya.

Doni langsung membekap mulutnya menggunakan telapak tangannya, apalagi setelah mendapat tatapan tajam dari Rio.

"Nilai itu untuk kamu, bukan aku Rio," ujar Abel lagi yang berhasil merebut fokus Rio kembali kepadanya.

"Tapi kalai nilai aku jelak, kau akan menanggung malu jalan denganku," ujar Rio dengan kalimat formalnya membuat Abel spontak membulatkan kedua matanya terkejut.

Abel tidak menyangka dengan cara berpikir Rio yang sedangkal ini. Abel tidak pernah malu apalagi membandingkan nilai mereka berdua. Abel hanya tidak ingin kehidupan akademis Rio hancur begitu saja, karena nyatanya nilai itu akan berpengaruh untuk masa depannya.

Bahkan selama ini Abel selalu meluangkan waktu untuk mengajari Rio, membantu pria itu untuk mengerjakan tugasnya agar dia bisa lebih menaruh fokus pada pelajaran. Karena Rio mengakui bahwa ia tidak terlalu bisa menangkap penjelasan dosen dengan sekali dengar, maka Abel mengajari untuk kedua dan ketiga kalinya untuk Rio.

"Kenapa kamu mikir kayak gitu..."

"Iya, aku salah Bel. Aku minta maaf," potong Rio cepat sembari mengelus punggung tangan Abel, berusaha menurunkan ketegangan yang menguap diantara obrolan mereka berdua.

"Lain kali, aku bakal kerjain. Janji," ujar Rio dengan tatapan memohonnya kemudian mengerjapkan matanya beberapa kali berusaha menyakinkan Abel.

Abel menghela napas, tidak ingin melanjutkan perdebatan mereka apalagi Doni diam-diam menguping pembicaraan mereka sedari tadi. Abel semapt menangkap basah pria itu yang mencuri pandang kearahnya dan Rio, namun Doni segera membuang muka seolah tidak terjadi apa-apa.

Makanan mulai disajikan dan akhirnya keheningan kembali menemani mereka saat keduanya mulai fokus menyantap makanan mereka. Baru beberapa suapan, tiba-tiba bel pintu kafe terdengar.

"Rio!"

Abel menghentikan aksi makannya ketika mendengar teriakan itu, mengelap sudut bibirnya sekali kemudian menoleh ke arah pintu masuk untuk melihat si pelaku yang berteriak. Ternyata itu adalah teman-teman Rio dari kampus sebelah, terakhir kali Rio berkompetisi disana dan akhirnya pertemanannya bertambah.

Mereka semua saling menyapa dengan akrab sedangkan Abel merasa terpojok, berakhir tidak nyaman dan merasa ditinggalkan apalagi saat Rio tidak memperkenalkan dirinya. Mungkin pria itu terlalu asyik berbicara hingga melupakan kehadirannya.

Abel merasa dilupakan.

Akhirnya Abel memutuskan untuk melanjutkan acara makannya, secara cepat dan buru-buru. Berharap setelah ini ia dapat kabur dengan alasan ingin mengerjakan tugas dari dosen.

Tiba-tiba saat Abel fokus pada makanannya, secangkir latte tiba-tiba disodorkan tepat didepannya. Abel mengerjap beberapa kali, apa pelayan kafe disana salah mengantarkan pesanan?

"Ini adalah lattemu."

Abel menautkan alisnya bingung, "Maaf, tapi aku tidak memesan latte. Mungkin kau salah orang."

"Benarkah? Berarti temanku salah buat. Gratis saja untukmu daripada dibuang."

Abel melirik sekilas name tag nya. Bastian.

"Tapi..." Abel baru saja ingin melanjutkan kalimatnya tetapi Bastian sudah berbalik dan berjalan pergi menjauhinya.

Akhirnya Abel memutuskan untuk menyicip latte berbentuk love yang tersesat itu.

Abel meraih gagang cangkir kemudian mendekatkannya ke sudut bibirnya, bahkan Abel sempat memejamkan matanya beberapa saat untuk menikmati aroma harum dari asap yang mengepul keluar dari cangkir latte itu. Abel adalah pecinta kafein, sebab minuman itu bisa membantunya tetap fokus dalam mengerjakan tugasnya.

Wangi dan manis.

"Siapa cewek disampingmu Rio?"

"Oh ya, kenalin dia Abel pacar aku."

Abel yang merasa terpanggil hanya tersenyum kecil sebagai bentuk sapaan.

Kemudian hanya sebatas itu interaksi mereka. Sebab detik selanjutnya, mereka semua mulai mengeluarkan ponsel dan bermain game, berbagai topik mulai menguap yang Abel sendiri tidak tahu tentang apa itu. Abel benr-benar tersingkirkan. Akhirnya dia memutuskan untuk menyesap lattenya saja. Setidaknya secangkir latte itu bisa menurunkan kekesalannya, dimana lagi-lagi kencan antara dirinya dan Rio berakhir seperti ini.

Continue Reading

You'll Also Like

11.7M 301K 23
Alexander Vintalli is one of the most ruthless mafias of America. His name is feared all over America. The way people fear him and the way he has his...
227M 6.9M 92
When billionaire bad boy Eros meets shy, nerdy Jade, he doesn't recognize her from his past. Will they be able to look past their secrets and fall in...
7.3M 305K 38
~ AVAILABLE ON AMAZON: https://www.amazon.com/dp/164434193X ~ She hated riding the subway. It was cramped, smelled, and the seats were extremely unc...
4.9M 258K 34
Those who were taken... They never came back, dragged beneath the waves never to return. Their haunting screams were a symbol of their horrific death...