Sweet Kendy

By katamatcha

24.2K 4.3K 343

Ken suka balon warna oren. Ken juga sangat menyayangi nenek yang selalu berusaha mengimbangi ibu-ibu muda saa... More

SK | CH-00
SK | CH-01
SK | CH-02
SK | CH-04
SK | CH-05
SK | CH-06
SK | CH-07
SK | CH-08
SK | CH-09
SK | CH-10
SK | CH-11
SK | CH-12

SK | CH-03

1.6K 355 34
By katamatcha

Karena besok hari Minggu, Tirta memutuskan untuk menginap dirumah sang ibu. Usaha untuk terus mendekatkan diri dengan putra sulungnya masih Tirta lakukan.

Seperti saat ini. Dengan sengaja Tirta meminta kesempatan kepada ibunya untuk memberikan waktu hanya ia dan Kendy. Membuat Fena urung untuk menemani Kendy malam ini.

Entah memang Kendy tidak menyadari keberadaan Tirta, atau malah Kendy sengaja mengabaikan ayah kandungnya.

Sudah sepuluh menit berlalu, dan Kendy tidak menoleh kearah Tirta sama sekali.

Tirta menghembuskan nafasnya. Ia berjalan mendekat, lalu mendudukkan dirinya disamping sang putra.

Dengan lembut, Tirta usap rambut lurus serupa miliknya. "Kakak lagi mewarnai?"

Kendy tidak menggubris. Tangannya terus aktif menggores warna diatas kertas yang sudah terbingkai gambar. Dalam hati ia terus memanggil nenek agar segera datang kekamar dan menemaninya tidur seperti biasa.

Kendy tidak nyaman. Kendy merasa asing disituasi seperti ini, Kendy tidak suka berdekatan dengan Tirta, maupun Mika. Kendy lebih suka menghabiskan waktunya bersama nenek.

"Papa tanya," Tangan Tirta terus mengusap kepala Kendy. "Coba, papa mau liat wajah kakak dong. Papa kangen banget liat wajah kakak."

Jika ada sebuah pertanyaan yang tertuju untuk Kendy, apakah Ken membenci papa dan mama? Jawabannya tidak. Atau lebih tepatnya, Ken tidak tau. Ken hanya merasa asing didekat mereka. Dan Ken tidak tau kedepannya Ken harus bersikap seperti apa kepada kedua orang tuanya.

"Papa sayang sama Ken," Terkadang Tirta ingin menyerah membujuk putra sulungnya untuk tinggal bersamanya. Pernah terlintas dipikiran saat ia benar-benar merasa lelah dengan sikap Kendy. Tirta berpikir jika ia akan menitipkan Ken kepada Fena selama-lamanya, yang terpenting Tirta memenuhi kebutuhan Kendy.

Namun saat melihat foto masa kecil Kendy yang terabadikan, saat ia menggendong Ken kecil dengan gigi yang baru tumbuh, Tirta kembali merindukan momen bersama sulungnya.

Tirta mencintai anaknya, sungguh. Porsi cinta pada si sulung dan si bungsu pastinya berbeda.

Ken adalah sulung. Anak yang ia nantikan kelahirannya. Rasa cintanya kepada Ken sedikit lebih besar daripada cintanya kepada Ano.

Merasa tak nyaman dengan situasi seperti ini, Ken meletakkan pensil warna ketempat semula. Dengan gerakan pelan ia menutup buku gambarnya, lalu bangkit tanpa memperdulikan sang ayah.

Tujuan Ken adalah kamar nenek.

Tirta hanya memandang punggung si sulung dengan tatapan sendunya. Tidak sekarang, tapi pasti. Suatu saat Kendy akan kembali menjadi anak manjanya.

***

Dengan hati-hati, Ken membuka pintu kamar nenek. Kakinya melangkah kecil dan berhati-hati agar tidak menimbulkan suara. Karena Kendy melihat, nenek sudah berbaring membelakangi pintu.

"Nenek," Panggilnya. Ken mendusal manja dipunggung sang nenek. "Nenek bangun sebentar, Ken mau dipeluk."

Sebenarnya, Fena belum terlelap. Jujur saja ia juga tidak bisa tidur jika tidak memeluk Kendy.

"Ngapain kekamar nenek?" Sambil membalikkan badan, lalu memeluk cucunya lembut.

Kendy mendongak menatap nenek, ekspresinya cemberut. "Ken nggak bisa bobok."

"Kan ada papa."

Menggeleng. "Ken nggak suka, nek."

"Nggak suka kenapa? Nggak suka sama papa?"

Ken menggelengkan kepalanya. Anak itu memilih untuk mendusal manja, tak mau memperjelas perasaannya kepada nenek.

Fena memilih untuk diam. Tak lagi ia tanyakan alasan yang memang ia sudah tau jawabannya. Tangannya mengusap lembut kepala bagian belakang cucunya. Dalam hati ia tau, pasti saat ini Tirta kembali bersedih karena penolakan Kendy secara terang-terangan.

***

Keesokan harinya, pagi-pagi sekali Mika sudah berkutat dengan alat dapur milik ibu mertuanya. Mika ingin membuatkan Ken makanan kesukaannya semasa dulu saat tinggal bersamanya.

Sembari mengaduk nasi goreng, Mika terus membayangkan bagaimana jika Ken benar-benar tinggal bersamanya lagi. Pasti setiap pagi Mika akan membuatkan makanan kesukaan Kendy. Setiap hari.

"Kamu jatuh cinta sama wajan, ma?" Ucap Tirta sembari membuka pintu kulkas.

"Enak aja," Melirik suaminya sekilas. "Dibilangin kalo pagi jangan langsung minum air dingin dulu."

"Siapa yang mau minum air dingin? Orang aku mau ambil kopi."

Mika menghela nafas. Memang, ya ... Laki-laki itu sulit untuk diberi tau. Selalu menyepelekan.

"Kamu ngapain senyum-senyum?" Tirta kembali bertanya. Belum puas saat Mika belum membalas gurauannya tadi.

"Hm?" Kembali tersenyum. "Aku cuma lagi bayangin kalo Ken udah sama kita lagi, pasti tiap hari aku bakal buatin dia nasi goreng. Dulu dia suka banget nasi goreng, apalagi dicampur telur. Setiap disuruh bawa bekel, Ken pasti mintanya cuma nasi goreng."

Tirta memilih untuk tidak menjawab. Pandangannya tertuju pada cangkir berisi kopi yang tengah ia aduk.

"Ano belum bangun?"

"Nggak tau. Bangunin gih."

"Mama," Baru juga dibicarakan, si bungsu Baswara sudah berjalan mendekati kedua orang tuanya. Terlihat anak itu masih mengantuk.

Tirta membawa si bungsu kegendongannya.

"Mama masak apa?"

"Nasi goreng," Jawab Mama.

Vano memberengut. "Ano nggak suka nasi goreng, Ano sukanya ayam!"

"Ini buat kakak, sayang. Bukan buat Ano," Mika mematikan kompor saat dirasa masakannya sudah pas. Beralih mengambil piring dan memindahkan nasi goreng dari wajan.

"Kok kakak."

"Kok?"

"Ngapain masak buat kakak dia. Nanti nggak dimakan lagi, kasian nasinya."

Tirta tertawa kecil. "Gitu?"

"Em!" Mengangguk. "Kakak nggak mau masakan mama kan, pa?"

Mika membenarkan dalam hati perkataan bungsunya. Setiap ia memasak, Ken pasti tidak mau memakannya. Lebih memilih kelaparan menunggu nenek memasak lagi daripada memakan hasil masakannya.

"Bukan nggak mau, bisa aja kakak lagi kenyang."

"Tapi Ano kalo bangun tidur kok laper."

"Udah ... Sekarang Ano duduk. Mama juga udah buatin Ano ayam goreng."

***

Mika tak bisa menahan senyumannya saat Kendy mau memakan nasi goreng buatannya. Meskipun disuapi ibu mertuanya, Mika tetap merasa senang. Ken, sedikit menerima kehadirannya.

"Ibu juga makan, biar aku gantiin suapin Ken," Ucap Tirta.

Fena ingin mengiyakan, tapi melihat tatapan Kendy yang seolah menyuruhnya berkata tidak, membuat Fena menjadi urung.

"Gapapa, ibu udah biasa makan satu piring sama Ken," Tersenyum. Fena mengusap rambut cucunya. "Iya kan, Ken?" Dan Kendy mengangguk semangat. Waktu bersama nenek adalah yang terbaik.

Tirta menghela nafas. "Ken," Panggilnya. "Papa, mama, sama Ano mau pulang hari ini. Ken mau ikut papa pulang?"

Tanpa menatap papa, Kendy menggeleng sebagai jawaban. Rumah Ken disini, bersama nenek.

"Emang Ken nggak kangen sama mobil-mobilan kesayangan Ken?" Mika menyahuti. Semua barang Kendy masih tersusun rapi dikamar Ken, semua masih sama. Dan Mila berharap suatu hari ini Ken akan kembali menempati kamar bertema dinosaurus yang terletak disamping kamarnya dan suami.

"Rumah Ken disini. Sama nenek."

Hanya beberapa kata yang terucap, mampu membuat Tirta dan Mika lagi-lagi merasa sedih akan penolakan Ken.

"Gapapa. Kalo Ken udah mau pulang kerumah papa, Ken kabari papa, oke? Nanti papa jemput Ken."

Continue Reading

You'll Also Like

76.5K 7K 28
Neo itu berbeda, hati Neo akan selalu menjadi hati anak kecil. Penuh kejujuran di dunia yang luas ini. Saat berusia 5 tahun perkembangan saraf otak...
12K 668 6
Cinta tak pernah salah melabuhkan rasa, mengisi kekosongan yang tak pernah diinginkan, hingga hati yang dipaksa menerima, menggoreskan luka tak perna...
10.9K 406 21
Kaza merasa tidak ada yang kurang dalam hidupnya. Meskipun harus lahir dengan kondisi berbeda, namun ia punya keluarga yang menyayanginya. Namun, ti...
164K 6.9K 11
bagi Alaska, putra nya adalah sumber kehidupan nya. tanpa anak itu, Alaska akan merasa kesepian. di saat semua orang berpaling menjauhi nya maka putr...