XAVIORA [On Going]

By choch0lates_

414 185 48

- Ketika aku memutuskan untuk jatuh cinta kepada mu, maka aku akan jatuh sejatuh-jatuh nya. Mengenai dua rem... More

01. Xavior Chakra Arnawama
02. Aurora Valerie Queensha
Cast tokoh
03. Allstar
04. Bertemu
05. Permintaan
06. Kedua kali nya
08. Dekat

07. Permintaan Pertama

33 7 2
By choch0lates_


"Tapi tetep aja, Ra. Yang namanya perpisahan akan selalu menyakitkan. Entah itu terjadi hari ini, esok, atau bahkan nanti." - Arabella.

Happy Reading!

***

"Ra, lo ga apa-apa kan?" Ucap Devin, penuh kekhawatiran.

Xavior yang melihat hal itu, sorot matanya menajam. Kenapa lelaki itu begitu khawatir pada Aurora?

Aurora menggeleng lemah. "Gue gapapa ko."

Xavior sibuk membuka plastik yang berisi makanan. Tadi, sebelum teman-teman nya kesini, ia menitip membeli bubur untuk Aurora.

"Makan." Xavior memberikan bubur itu kepada Aurora. "Kata dokter, lo belum makan dari tadi pagi." Lanjut nya.

Jeki berdehem. "Suapin ga sih harusnya."

"Ya iya atuh. Kan neng Aurora nya lagi sakit." Tambah Ricky.

"Gue bisa sendiri." Ucap Aurora, kemudian mengambil mangkuk yang berisi bubur itu.

"RAA!" Teriak seseorang yang baru saja datang. "Lo kenapa? Lo ga apa-apa kan? Lo kenapa bisa kaya gini si? Gue khawatir tau ga? Terus sekarang apa yang sakit?" Tanya, Bella yang baru saja memasuki ruanh rawat.

"Buset. Itu pertanyaan apa kereta api? Panjang bener." Sahut Jeki.

Bella mengedarkan pandangan nya. Ternyata ada Xavior dan teman-teman nya.

"Gue ga apa-apa ko, Bel." Jawab Aurora.

"Syukurlah. Gue panik banget tau ga."

Aurora menatap Xavior dan teman-teman nya. "Udah ada Bella. Kalian pulang aja."

Xavior dan teman-teman nya mengangguk. Pasalnya, sore ini mereka berencana akan membereskan basecamp bersama.

Xavior bangkit, mengambil jaket yang sedari tadi tersimpan pada kursi. "Mobil lo udah gue bawa ke bengkel. Nanti orang bengkel bakal nganterin mobil ke rumah lo." Ucap nya.

Aurora mengangguk, meng iyakan ucapan lelaki itu.

"Neng cantik, kita pamit pergi dulu ya." Ucap Ricky.

"Gws ya, Ra." Tambah Sagara.

"Kalo kangen sama gue, you can call me." Tambah Jeki, kemudian mendapat pukuluan pada kening nya oleh Sagara.

Aurora yang mendengar hanya terkekeh saja, dan mengangguk merespon Sagara.

Setelah itu, Xavior dan teman-teman nya pergi.

"Ko lo bisa kaya gini sih, Ra?" Tanya Bella.

Aurora mengingat kejadian tadi, sebelum ia benar-benar hilang kesadaran. "Tadi diperjalanan pas mau jemput lo, mobil gue mogok. Dan saat itu juga gue ngerasa kalo kepala gue pusing banget, ya akhirnya gue pingsan, Bel."

Bella menghela nafas. "Ini pasti karena lo lupa makan? Iya kan?!" Bella sudah tau gimana sahabat nya ini yang selalu lupa makan.

Belum sempat Aurora menjawab pertanyaan Bella, seseorang telah tiba diruangan Aurora.

"Hai, Ra, Bel." Sapa Alysa.

Aurora tak tahu kenapa Alysa bisa ada dirumah sakit. Dan siapa yang memberitahu nya?

"Ah ya, tadi gue dikabarin sama Sagara kalo lo masuk rumah sakit. Dan ya gue langsung kesini." Jelas Alysa. "Gimana kondisi lo, Ra?"

"Gue mendingan ko, Sa. Cuma kecapean aja." Jawab Aurora.

Sementara Bella terdiam. Apa katanya? Dikabarin sama Sagara? Itu artinya mereka benar-benar dekat, fikir Bella. Dan sepertinya ini udah saat nya Bella moveon dari lelaki itu.

"Yaudah, Sa. Sini duduk disini." Ajak Bella.

Kemudian Alysa duduk dikursi.

Aurora yang melihat itu, ia paham bahwa Bella sedang berpura-pura menerima kehadiran Alysa.

"Oh iya, lo deket sama Xavior?" Tanya Alysa membuka percakapan.

"Enggak. Dia cuma ngebantuin gue." Jawab Aurora, seadanya. Memang itu kan fakta nya?

"Bentar lagi sih kayanya jadian." Celetuk Bella dengan kekehan nya.

Alysa ikut terkekeh. "Duh gue gabisa bayangin kalo Aurora jadian sama Xavior. Udah pasti jadi couple goals ga sih?"

"Apaan sih ngawur banget." Aurora memutar bola mata nya malas.

"Aduh Ra, Bel. Sorry banget, gue harus jemput nyokap gue nih." Ucap Alysa ketika mendapat pesan dari sang Mama.

"Iya gapapa, Sa. Lagian disini ada gue ko. Dan tadi kata dokter juga, Aurora udah boleh pulang." Jawab Bella.

"Yaudah kalo gitu gue duluan ya. Cepet sembuh, Ra." Setelah berpamitan, Alysa pergi keluar meninggalkan Aurora dan Bella.

Mengingat kejadian tadi pagi, membuat hati nya kembali merasakan sakit. Bagaimana jika, Davina meninggalkan Aurora dan memilih bersama pria tadi?

"Ra! Lo kenapa? Lagi ada yang dipikirin ya?" Tanya Bella ketika melihat Aurora melamun.

Aurora menghela nafasnya. "Bel. Tadi nyokap bawa cowo kerumah. Gue kira rekan kerja atau sodara nya. Tapi ternyata cowo itu pacarnya Mama." Jelas Aurora dengan suara bergetar.

Memang Aurora dan Bella sudah bersahabat lama, bahkan dari mereka umur 8 tahun. Jadi, Aurora dapat leluasa bercerita kepada Bella, begitupun sebaliknya.

"Dan yang bikin gue sakit hati lagi, Mama bilang, dia gabisa nunggu Papa, karena selama lima tahun ini, Papa masih belum sadar." Tak tahan lagi. Air mata kini lolos di pipi Aurora.

Bella mengusap tangan Aurora. "Ra. Gue paham gimana sakit hati nya lo ketika mendapat kejadian tadi. Tapi menurut gue, akan lebih menyakitkan lagi kalo nyokap lo terus-terusan sembunyiin hubungan nya." Bella menarik nafas. "Tapi tetep aja, Ra. Yang namanya perpisahan akan selalu menyakitkan. entah itu terjadi hari ini, esok atau bahkan nanti."

"Bel. Gue cuma pengen kalo Mama tuh selalu ada disamping Papa. Karena dengan kondisi Papa yang sekarang, dia tuh butuh banget support dari orang terdekat nya. Terutama Mama." Aurora masih dengan tangisan nya.

"Iya, Ra. Apa yang lo omongin bener. Tapi ya gimana? Kalo nyokap lo punya keputusan sendiri?. Sekarang, lo fokus buat temenin terus om Dharma. Gue yakin Papa lo bangga punya sosok lo di kehidupan nya." Jelas Bella. "Dan gue juga yakin, Om Dharma bakal segera sadar." lanjutnya.

Aurora tersenyum dan mengangguk lemah. Benar apa yang diucapkan oleh Bella. Tugasnya sekarang hanya perlu menemani sang Papa sampai beliau sembuh.

"Thank you, Bel." Ucap Aurora.

Bella memeluk Aurora. "Santai, kaya sama siapa aja." dibalas dengan pelukan dari Aurora. "Pokonya kalo ada apa-apa. Lo wajib cerita ke gue." Lanjut Bella yang diangguki oleh Aurora.

***

Aurora hari ini nekat masuk Sekolah. Ia merasa kondisi tubuh nya sudah baik-baik saja, dan Aurora pikir hanya kelelahan biasa.

Aurora mengedarkan pandangan nya, menatap lapangan, yang dimana ada Xavior dan teman-teman nya yang sedang bermain basket.

"Samperin dong." Bella yang tiba-tiba datang membuat Aurora kaget.

"Lo aja, sana samperin Sagara."

Bella memutar bola mata malas. "Ih sorry ya. gue mau moveon. Gausah lo bahas-bahas yang namanya Sagara didepan gue lagi."

Aurora terkekeh geli melihat ekspresi Bella. "Iya deh iya, yang mau moveon."

"Udah deh, Ra. Mending lo samperin Xavior. Gue tau, lo belum ngucapin terimakasih sama dia kan?" Tanya Bella.

Aurora mengangguk.

Bella menjentikan jari nya. "Nah! Kalo gitu, lo harus ucapin terimakasih ke Xavior."

"Harus banget?"

Bella menatap Aurora gemas. "Ya harus lah! Lo udah ditolongin sama dia, bahkan dua kali."

Aurora diam.

"Ck, udah sana. Mereka udah selesai tuh basket nya." Bella mendorong tubuh Aurora.

"Ih iya-iya, santai." Kemudian Aurora meninggalkan Bella yang tersenyum jahil, menuju tepi lapangan.

Kaki jenjang Aurora berjalan menuju lapangan, niatnya ingin mengucapkan terimakasih pada Xavior.

"Aduh ada bidadari, nih." Ujar Ricky, ketika melihat Aurora menghampiri ke arah mereka.

"Mau ke si bos, Ra?" Tanya Jeki.

Aurora mengangguk.

Xavior bangkit dari duduknya. "Jangan disini." Ucap nya kemudian menarik lembut tangan Aurora.

Sementara Aurora mengikuti kemana Xavior pergi.

"Disini aja." Ucap Xavior, setelah tiba di taman.

Aurora menatap lelaki dihadapan nya. "Xav, makasih ya lo udah nolongin gue."

Xavior menatap balik Aurora. "your welcome."

Tak ada percakapan lagi diantara keduanya.

"Tentang tiga permintaan itu." Xavior kembali membuka suara.

Aurora menaikan sebelah alis nya. "Apa? Lo mau apa?" tanya nya. "Ah ya, uang bekas benerin mobil gue, belum gue gan-"

"Gue ga butuh itu." Xavior memotong perkataan Aurora.

"Terus, lo mau apa?"

Bukan menjawab, Xavior malah maju mendekat ke arah Aurora. "Gue, mau nanti kita dinner." Bisiknya pada Aurora.

"A-apaan" jawab Aurora, gugup.

"Ini permintaan." Ucap Xavior. "See you tonight. I'll pick you up later." Bisiknya lagi.

Xavior tersenyum singkat, kemudian berlalu dihadapan Aurora, dan meninggalkan Aurora yang masih diam mematung.

Mengapa jantung Aurora derdetak lebih cepat dari biasanya? Atau hanya perasaan Aurora saja?

***

"Ra! Di loker lo ada makanan." Ucap Bella yang baru saja tiba dikelas, setelah ia mengambil barang pada loker miliknya.

"Lagi?" Tanya Aurora.

Pasalnya belakangan ini, selalu ada saja yang menyimpan makanan, susu, bahkan cokelat, yang Aurora tidak ketahui siapa pengirimnya.

Bella mengangguk. "Tapi menurut gue itu dari orang yang sama ga sih?"

"Mungkin, gua gatau."

"Yaudah sana lo ambil. Makan." Ujar Bella.

"Gue males, Bel. Kalo lo mau, lo aja yang makan."

"Yee enak aja. Lagian, itu kan buat lo." Bella memutar bola mata malas. "Ah Ra! Nanti malem kita ke salon, yuk?"

Bella terdiam. Nanti malem, dia memiliki janji dengan seseorang, ya siapa lagi kalau bukan Xavior.

"Gue gabisa, ada urusan." Jawab Aurora.

"Hum, yaudah. besok malam ya!"

***

Malam ini, Aurora sudah siap dengan tampilannya. Sebenarnya, ia malas untuk dinner bersama Xavior. Tapi, ya mau gimana lagi, ini salah satu bagian dari tiga permintaan dari nya.

Outfit Aurora

"Aurora. Kamu mau kemana, sayang?" Tanya Davina, ketika melihat Aurora menuruni anak tangga nya.

Suara mobil yang berhenti didepan rumah nya, terdengar.

Aurora melewati Davina tanpa menjawab pertanyaan dari sang Mama.

Aurora hanya membutuhkan waktu, untuk menerima kenyataan pahit dalam hidupnya.

Davina menghela nafas. "Maaffkan Mama, Ra. Ini semua salah Mama." Ucap Davina, melihat Aurora yang berjalan keluar.

"Khem." Aurora berdehem, membuyarkan lamunan lelaki dihadapan nya.

Xavior membuang rokok dan menginjak nya. Kemudian berbalik badan, menatap Aurora pada malam ini. Cantik sekali, batinnya.

"Lo mau terus-terusan ngeliatin gue?" Ucap Aurora.

"Oke, ayo berangkat."

Xavior memasuki mobil nya. Begitupun dengan Aurora.

Pajero sport milik Xavior itu meninggalkan kediaman Aurora. Dan membelah jalanan ibu kota.

Tak ada percakapan selama diperjalanan. Xavior fokus pada jalan, dan Aurora sibuk dengan pikirannya sendiri.

ckitt!

"Shit." Umpat Xavior, ketika melihat ada beberapa motor menghadang perjalanannya.

"Dia siapa?" Tanya Aurora, ketakutan.

Xavior menggeleng. "Lo tunggu disini. Jangan kemana-mana."

Kemudian Xavior keluar dari mobilnya.

"Berani juga lo ngehadang gue? Keroyokan. Dasar ga punya nyali." Ucap Xavior.

"Cewe yang ada di mobil lo, siapa? Cewe lo?" Bagas menyeringai. "Akhirnya, leader Allstar punya pasangan juga." Lanjutnya.

Rahang Xavior mengeras. Sorot mata nya tajam.

"Wesh, santai dong, bro." Ucap Bagas, ketika melihat Xavior tersulut emosi.

"Sikat, Gas." Ucap Vino, salah satu anggota wolffas.

3 detik kemudian, mereka ber-fight.

Beruntung, wolffas hanya beberapa, membuaf Xavior masih bisa melawan mereka sendiri.

"Xa-vior."

Panggilan itu membuat Xavior melihat, hingga menghentikan mereka yang sedang ber-fight. Terdapat Aurora yang dibawa oleh Vino, dan terlihat tangan lelaki itu mencekik Aurora.

"Hai, Aurora. Akhirnya kita ketemu lagi." Ucap Bagas, menyeringai.

"Lepasin dia." Teriak Xavior.

Bugh!

Serangan dari Bagas ketika Xavior masih fokus melihat Aurora, membuat Xavior tersungkur.

"Anjing!" Umpat Xavior tak terima.

Kemudian, Xavior membalas pukulan Bagas.

Namun, dalam hati kecilnya ia khawatir dengan keadaan Aurora.

Aurora menatap khawatir Xavior. Terlihat sudut bibir yang sobek, pada wajah lelaki itu.

Aurora melihat lelaki yang sedang mencekik nya ini lengah. Ia mengigit keras lengan lelaki itu.

"Anjing!" Umpat Vino.

"TOLONG!! TOLOONG!" Teriak Aurora dengan air yang lolos dari pelupuk matanya.

"Bangsat!" Teriak Bagas, "WOLFFAS, CABUT." Setelah mengatakan itu, Bagas beserta anak wolffas nya pun pergi.

Aurora berlari mendekat pada Xavior.

"Lo, gapapa?" Aurora memegang pipi Xavior, tanpa sadar.

Xavior menarik senyumnya, kemudian menggelengkan kepalanya.

"Lo, kenal sama Bagas?" Tanya Xavior.

Tangan Aurora perlahan turun dari pipi Xavior.

Aurora menggeleng. "Gue ga kenal. Tapi, Abang gue berurusan sama dia, Xav."

"Jangan berurusan sama Bagas." Ucap Xavior.

Aurora bergetar. Tak tahan, air mata nya lolos.

"Gu-gue ta-takut." Ucap Aurora, dengan air mata yang membasahi pipi nya.

Xavior menarik Aurora kedalam pelukannya. Menenangkan perempuan itu.

"Jangan takut, ada gue." Xavior mengelus puncak kepala Aurora. "Lo bisa minta pertolongan ke gue. Kapanpun itu." Lanjutnya.

Aurora mengangguk dalam dekapan itu. Entah mengapa, pelukan ini mampu membuat Aurora tenang.

Xavior merenggangkan pelukannya, melepas jaket miliknya, dan memasangkan jaket itu pada tubuh Aurora.


"Kita pulang, ya?" Ajak Xavior.

Aurora mengangguk.

Melihat keadaan Aurora seperti ini, membuat Xavior tidak tega jika melanjutkan rencana dinner nya pada malam ini.

***

Ditempat lain.

"Aduh. Kenapa pake mogok segala sih ni mobil! Mana ini malem." Ucap Bella kesal. "Lo bisa ga sih, kalau mau mogok tuh bilang dulu." Lanjutnya, berbicara pada mobil miliknya.

"Bella?" Ucap lelaki yang baru saja berhenti didepannya.

Bella tersentak kala mengetahui siapa lelaki yang kini menyapanya.

"Sagara?"

"Iya gue, Sagara." Sagara terkekeh. "Lo ngapain disini?" Sagara melihat sekitar.

"Mobil gue mogok, Gar." Bella menghela nafasnya.

Sagar turun dari motornya.

"Biar gue cek dulu, Bel." Kemudian Sagara mengecek mobil Bella.

Bella menatap lekat lelaki itu. Tampan, tapi Bella harus segera move on dari nya. Ia tidak mungkin terus-terusan jatuh kepada hati yang tak jatuh kepadanya.

Lagi pula,

Cinta bertepuk sebelah tangan itu sakit.

"Kayanya ini bermasalah di mesinnya." Ucap Sagara membuyarkan lamunan Bella.

"Ah gitu ya?" Tanya Bella kaku.

Sagara mengangguk. "Mobil lo biar nanti dibawa dan di perbaiki. Gue kebetulan punya kenalan orang bengkel."

Bella mengangguk mengiyakan.

"Lo pulang bareng gue aja." Ucap Sagara.

Bella terkejut.

Apa katanya? Pulang bareng?

Astaga! Ini mimpi tidak?

1 tahun suka pada lelaki ini, akhirnya lelaki ini mengajak nya pulang bareng.

Bella mengangguk. "Sorry, ngerepotin banget ya, Gar."

"Engga, santai aja." Sagara tersenyum. "Udah, yuk pulang."

Lagi-lagi Bella terdiam. Melihat lelaki ini tersenyum, membuat ketampanan nya menambah berkali-kali lipat.

Setelah ini, Bella bingung.

Apakah ia harus melanjutkan misi moveon nya? atau kembali menjadi pengagum rahasia lelaki ini?

***

Hai! Aku kembali dengan chapter ini.

Kira-kira gimana part ini?

Semoga seru ya.

Jangan lupa kasih feedback dengan klik ⭐, kasih jejak di 💬, dan share cerita ini.

See you next chapter.

🍫

Continue Reading

You'll Also Like

Arzella By Vinnie

Teen Fiction

205K 14.3K 33
Teen fiction Berawal dikhianati sang pacar, Zella akhirnya bertemu dengan Arderas Kaizen. Cowok yang katanya paling anti sama cewek. Kisah mereka jug...
8.9K 1.3K 56
❝Teruntuk lelaki penuh pesona, Menyihir setiap orang yang menatapnya.❞
71.2K 2.9K 15
Terkadang dunia emang terlalu jahat bagi seseorang karena itulah seseorang itu harus kuat untuk menghadapi dunia. Mungkin banyak hal sakit yang suda...
175K 15.9K 17
[PRIVAT, ACAK! FOLLOW SEBELUM MEMBACA!] Ketika cowok manja + cengeng dengan beraninya mencintai seorang cewek bar-bar, jutek, bahkan yang paling para...