My Butterfly is You

By withifty

533 86 64

Harsa, dan Shireen telah melewati batasan mereka sebagai sepasang kekasih. Jika kebanyakan perempuan ingin di... More

PROLOG
01 - Awal
02 - Taruhan
03 - Nakal
04 - Nembak
05 - Beach
07 - Takut
08 - Our mistake
09 - That's okay
10 - Break up!
11 - Davi's
12 - Reality

06 - Butterfly

29 7 2
By withifty

Shireen terbangun, ia melirik Harsa yang ternyata sedang menatapnya dengan senyum indah yang terukir di wajahnya.

"Kenapa gak bangunin" Shireen melepas jaket milik Harsa, yang menyelimuti tubuhnya.

"Gak apa-apa, aku gak tega soalnya"

"Cepet banget udah sampe.. " Shireen benar-benar tertidur sepanjang perjalanan, jadi wajar saja jika sekarang tiba-tiba kebingungan.

"Kan kamu tidur, jadi gak kerasa" Harsa berjalan keluar, membantu Shireen membuka pintu mobil.

"Makasi ya kak, aku masuk duluan.." Shireen tidak mau berlama-lama karena ingin segera tidur di atas kasur, rasanya lelah padahal Shireen tidak melakukan banyak hal.

"Eh bentar. Makan dulu, aku udah beli tadi" Harsa memberikan tentengan sebelum Shireen menghilang dari pandangannya.

Apakah Tuhan sedang berpihak padanya, kenapa mendatangkan laki-laki malaikat seperti Harsa, begitu pikirnya.

"Makasi lagi" Shireen memeluk Harsa tiba-tiba, membuat lelaki itu tersenyum gemas.

"Iyaaa" Harsa mengacak pelan surai hitam milik Shireen.

Naren menyilangkan tangan saat melihat mereka berpelukan di sebrangnya. Berbeda dengan Davian, dan Galan yang saling berbisik-bisik.

"Kak Harsa mau langsung pulang?" Shireen mendongak.

"Enggak aku di rumah Naren sama yang lain"

Shireen mengangguk paham. "Kalo gitu aku ke rumah ya, kak? Shireen melepas pelukan.

"Oke" Harsa melambaikan tangannya, memberikan banyak flying kiss pada Shireen.

Tentu saja Shireen juga ikut memberikan flying kiss pada Harsa, sambil berjalan ke dalam rumah. Membuat Naren dan kawan-kawan merinding.

"Anjay" Bisik Galan.

"Anjing" Harsa refleks mendorong tubuh Galan yang tiba-tiba muncul di belakangnya.

"Anjing, mulu otak lo" Galan merangkul Harsa berjalan ke rumah Naren, yang tidak jauh dari sana.

"Lo gimana sama cewe itu?" Tanya Harsa, jika teman-temannya tahu tentang hubungannya dengan Shireen, maka Harsa juga harus tahu perkembangan hubungan temannya.

"Gue sih aman, tapi si Davi ketahuan" Katanya. Membuat Harsa mengangguk. "Sejauh ini udah dapet apa?" Lanjut Galan.

"Kiss" Harsa menunjuk bibirnya.

"Serius? lo beneran dapet?" Galan heboh tidak menyangka dengan taktik yang di mainkan Harsa, benar-benar pro player.

"Dahinya doang sih" Ucapan Harsa membuat Galan berdecak, kalo itu Galan juga sudah.

"Kemana kok lama banget?" Naren melirik Harsa dari atas hingga ke bawah.

"Maen sekitaran sini doang elah, lo terlalu posesif sama pacar gue" Harsa menepuk-nepuk pundak Naren.

༊·˚

"Mau kemana sih bunda, aku mau main" Harsa merengek, harusnya pagi ini Harsa menjemput Shireen tapi malah harus mengantar sang ibunda ke rumah temannya.

"Pacaran mulu" Sindir adik perempuannya, membuat Harsa ingin menyentil wajah mengesalkan adiknya.

"Pacaran sama siapa. Anterin dulu sebentar atuh, gak lama" Marni mengenakan sandal sambil berjalan ke arah mobil.

Mau tidak mau Harsa harus tetap pergi mengantar Marni. Lelaki itu ikut masuk ke dalam mobil, untuk mengantar sang ibunda pada alamat yang sangat dia hafal.

"Mau ke rumah Naren ya? ada tante Sarah?" Harsa sedikit tersenyum karena tujuannya juga kesana.

"Iya" Jawab Marni singkat, sambil memainkan ponsel genggam miliknya.

"Pusing, jangan main hp di mobil bundaku sayang" Harsa memperingati Marni, yang terus menatap layar ponsel.

Setelah menempuh perjalanan, Harsa menghentikan mobilnya di depan rumah Naren, tapi Marni malah berjalan ke arah lain.

"Ayo ikut dulu, salaman sama tante Viola" Ajak Marni. Harsa jelas tahu rumah siapa yang di masuki Marni, itu rumah Shireen.

"Haii jeng lama ya gak ketemu" Sapa Marni pada Viola, mereka berpelukan sambil cipika-cipiki, melepas rindu.

"Ayo masuk, ini Sarah juga ada di rumah, lagi ngobrol sama Shireen."

"Halo tante" Shireen spontan menyalami Marni, saat Marni memeluk tubuhnya, Shireen langsung melihat Harsa yang tersenyum di belakang Marni.

Ternyata sebelum di kenalkan pun Shireen sudah kenal dengan calon ibu mertuanya. Apalagi sampai cipika-cipiki seperti ini.

"Kak" Shireen kikuk saat Marni langsung beralih pada Sarah.

"Mau pelukan juga?" Tawar Harsa.

"Heh Harsa, katanya udah punya pacar, tapi genit sama cewe lain" Ucap Marni membuat Harsa tersenyum menunjukkan deretan giginya.

"Wah, kok Naren kalah sama Harsa ya" Gurau Sarah, membuat Harsa tersenyum.

"Loh ini kah pacar aku" Harsa menarik tangan Shireen. Kemudian, merangkul pundaknya.

Ketiga perempuan itu saling melirik, kenapa Harsa bisa pacaran dengan Shireen? padahal Marni belum mempertemukan mereka.

"Harsa. Ikut tante" Ajak Viola, tentu saja di ikuti oleh Marni.

Shireen hanya diam melirik punggung Harsa dari kejauhan, pada akhirnya perempuan itu berbincang lagi dengan Sarah.

Rasanya seperti sedang meminta izin untuk melamar, jantung Harsa berdebar sangat cepat, saat dua perempuan paruh baya menatapnya.

"Kamu yakin mau pacaran sama Shireen?" Viola menatap Harsa dengan wajah yang nampak serius. "Gak apa-apa sih.. tapi.."

"T-tapi tante?" Harsa bertanya saat Viola menghentikan kalimatnya

Marni mengusap punggung tangan Viola, seakan mengerti dengan apa yang hendak di katakan. "Aku ngerti kok, biar aku aja yang omongin Harsa, kamu lanjut temenin Sarah." Suruhnya.

Setelah Viola pergi, Marni memijat pelipisnya perempuan itu memukul keras pundak Harsa sampai lelaki itu meringgis.

"Ah, sakit Bun" Katanya, sambil mengusap bekas pukulan Marni.

"Kenapa pacaran sama Shireen ai kamu Harsa?" Harsa mengusap kepalanya, lagi pula apa salahnya itu wajar di kalangan anak seumurannya.

Satu cubitan mendarat di pahanya, Marni terduduk di samping Harsa, perempuan itu berbisik. "Tadinya Shireen mau di jodohin sama Naren, ih gak malu ai kamu ngambil jodoh orang"

Harsa bungkam, dia benar-benar tidak berpikir sampai kesana, rasanya terlalu jauh meskipun mereka terlihat sangat akrab tapi Harsa benar-benar tidak kepikiran akan hal ini. "Gimana atuh udah terlanjur" Harsa sedikit panik.

"Gak apa-apa, karena udah terjadi, kalo kamu sampe putus sama Shireen liat aja we, ngalayang pacul" Ancam Marni membuat Harsa meremat ujung sofa.

"Atuh ih bunda, apa harus aku putusin?" Sebenarnya Harsa hanya ingin tahu, jawaban apa yang akan keluar dari mulut Marni jika dia mengatakan hal ini.

"Kalo kamu putusin Shireen, nanti di sangka ya kamu main-main doang sama dia. Jalani aja kalo cinta mah gak akan di larang sama kita juga, tapi inget ini ya. Shireen di tinggal ayahnya dari bayi, jadi kamu harus jadi cowo yang bisa bikin dia nyaman, awas kalo macem-macem, di sunatan dua kali nanti sama bunda"

Harsa bergidik ngeri dia memegang bagian sensitifnya saat perkataan Marni sampai di telinganya. "Ah, iya-iya"

Melihat Marni kembali menghampiri dua temannya, Shireen beranjak dari duduknya. "Tante. Jadi, kak Harsa tuh anaknya tante ya? aku baru tau..." Ucap Shireen membuat Marni tersenyum

"Itu si Harsa kemana?" Marni benar-benar ingin memukul anak sulungnya karena tiba-tiba menghilang.

Marni berjalan keluar, menatap Harsa dengan wajah garang. "Mau pulang ah mau tidur aja, Shireen juga kayaknya sibuk ikutan masak-masak, malu di sini banyak orang" Ucap Harsa saat melihat Marni menghampirinya.

"Kamu teh kenapa atuh Harsa, masa itu Shireen di biarin sendiri, sok sana main jangan rebahan mulu hidup kamu, siang jadi malem, malem jadi siang, sana main sama Shireen, katanya tadi mau pacaran" Titah Marni memaksa.

Harsa jadi merasa jahat saat Marni mengatakan jika dia harus menjaganya, kenyataannya di sini Harsa sedang menjadikan Shireen sebagai bahan taruhan bersama teman-temannya.

"Iya ih, bunda teriak-teriak mulu" Harsa berjalan kedalam rumah, seraya menggaruk kepalanya.

Sesampainya di sana Harsa kembali memasang wajah ramahnya, dia menarik tangan Shireen yang sedang duduk sendiri.

"Ayo"

Shireen melirik Mirna yang tersenyum ke arahnya. "Main ya, kalo mau jajan minta aja sama Harsa" Marni mengusap pundak Shireen.

"Jangan ngebut ya!"

Shireen baru pertama kali bertemu sudah di perlakukan seperti ini oleh Marni, bagaimana kedepannya?

༊·˚

Keduanya kini bersandar pada kursi dengan gelapnya ruangan yang membuat wajah mereka samar-samar terlihat, di temani berondong jagung di tengah-tengah mereka, Harsa mengerutkan tubuhnya saat film yang di tontonnya menunjukkan bagian seram.

"Kamu kok nontonnya beginian sih"

".."

Harsa melirik karena Shireen tidak menjawab, ternyata perempuan itu tidur dan bersandar di pundaknya.

"Sabar kan diri ini" Gumam Harsa.

Sesekali lelaki itu mencuri pandang, melihat Shireen yang tertidur lelap, meskipun terlihat samar-samar.

"Kak" Bisik Shireen pada telinga Harsa, itu dekat sekali mungkin tinggal beberapa senti lagi mulut Shireen akan mengenai kulit telinga Harsa.

"Kenapa?" Jawab Harsa sedikit gugup.

"Di depan ada orang ciuman berisik" Katanya, dengan suara yang hanya dapat di dengar oleh telinga Harsa

Segera Harsa tutupi mata Shireen, mengapa harus ada adegan tidak senonoh di tempat seperti ini, mungkin lain kali Harsa harus membawa Shireen ke timezone saja.

Setelah keluar dari dalam teater Harsa membawa Shireen ke dalam sebuah toko yang biasanya di gemari perempuan.

"Mau beli sesuatu di sini gak?"

"Boleh" Shireen berkeliling, mencari sesuatu di dalam sana, kesana kemari di ikuti Harsa.

Setelah menemukan apa yang di maksud, Shireen mengambilnya. Harsa yang sedang melihat barang-barang imut di sana kebingungan mencari Shireen yang tiba-tiba menghilang.

"Astaga cewe gue" Harsa berjalan kesana kemari.

"Kak, ayo pulang" Shireen sedikit menaikkan nada bicaranya sambil menaikkan tangan agar dapat terdengar oleh Harsa.

Lelaki itu langsung berjalan ke arah Shireen dengan raut yang terlihat sedikit kesal. "Kamu gimana sih? kok ninggalin?"

"Aku abis bayar" Jawab Shireen, sambil melanjutkan langkahnya.

"Kan udah bilang harus aku yang bayar Shireen?"

"Biarin aku gak akan ngadu kok"

"Tapi harusnya aku yang bayar"

Shireen tidak menjawab, perempuan itu memasangkan salah satu gelang yang baru saja di belinya pada tangan Harsa.

"Masa aku pake ginian" Melihat liontin kupu-kupu Harsa merasa sedikit terkejut, karena mana mungkin seorang Harsa memakai kupu-kupu.

"Oh, gak mau?" Shireen menjeda tindakannya, Harsa baru saja berkomentar, membuat niat Shireen urung untuk memberikan gelang yang di belinya.

"Enggak sayang. Ih ini sih cantik banget, aku bakal pake tiap hari" Katanya membuat Shireen mengulas senyum.

"Aku juga pake kok" Shireen menunjukkan miliknya pada Harsa.

Harsa tersenyum, memang terlihat lucu jika di pakai oleh Shireen, tapi Harsa harus siap menerima ejekan dari teman-temannya nanti malam.

"Gak ada yang lain selain kupu-kupu?" Harusnya Shireen memberikan gelang yang agak laki gitu pada Harsa.

"Gak apa-apa kalo gak suka, boleh di lepas kok, aku beli ini bukan karena suka kupu-kupu juga"

Apakah Shireen sakit hati karena Harsa terus membicarakan pemberiannya. "Enggak akan aku lepas kok, tapi aku tadi cuman nanya kenapa kupu-kupu gitu maksudnya"

"Emm, karena kupu-kupu itu lambang kebebasan, aku mau jadi kupu-kupu biar bisa terbang bebas" Ucap Shireen. "Aku baru kali ini bisa bebas kemana-mana bareng kak Harsa, kalo kak Naren soalnya sama aja kayak bunda, aku sering keluar sih, tapi tempatnya sama aja"

Harsa mengerti, Sepertinya Shireen benar-benar di jaga dengan baik oleh orangtuanya. Penilaian Davian benar-benar salah tentang Shireen.

༊·˚

HALOWWW JANLUP VOTE-VOTE

Continue Reading

You'll Also Like

1.1M 37.3K 63
𝐒𝐓𝐀𝐑𝐆𝐈𝐑𝐋 ──── ❝i just wanna see you shine, 'cause i know you are a stargirl!❞ 𝐈𝐍 𝐖𝐇𝐈𝐂𝐇 jude bellingham finally manages to shoot...
76.3K 10.7K 64
[ON GOING] "Demi melindungimu aku akan mengorbankan apapun. Meski aku melakukan kesalahan, aku takkan pernah ragu." A Trilogy of My Brother series. S...
12.5K 692 24
"𝐎𝐍𝐄 𝐅𝐎𝐑 𝐓𝐇𝐄 𝐌𝐎𝐍𝐄𝐘, 𝐓𝐖𝐎 𝐅𝐎𝐑 𝐓𝐇𝐄 𝐒𝐇𝐎𝐖. 𝐈 𝐍𝐄𝐕𝐄𝐑 𝐖𝐀𝐒 𝐑𝐄𝐀𝐃𝐘 𝐒𝐎 𝐈 𝐖𝐀𝐓𝐂𝐇 𝐘𝐎𝐔 𝐆𝐎." - Lizzie Laughlin l...